tag:blogger.com,1999:blog-46198786621823493382024-02-07T16:35:55.780+07:00Sontrotsontrothttp://www.blogger.com/profile/14352931898563600770noreply@blogger.comBlogger43125tag:blogger.com,1999:blog-4619878662182349338.post-74073680639010706602012-05-31T22:13:00.000+07:002012-05-31T22:16:16.708+07:00Politik Sastra Politik<br />
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: .5in;">
Sastra bisa
dinikmati dengan menggunakan dua pendekatan, bentuk dan isi. Pendekatan bentuk
memungkinkan seseorang mengidentifikasi apakah sebuah karya sastra masuk dalam
kategori prosa, sajak, atau yang lain—lengkap dengan ciri khas masing-masing.
Sedangkan melalui analisis isi, seorang akan masuk dan tenggelam lebih dalam
dalam lautan cerita yang disuguhkan.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: .5in;">
Namun, dalam
konteks kritik sastra, kedua hal itu sering dipertentangkan. Beberapa kalangan
menganggap krtik sastra hanya bisa menyentuh “bentuk”. Dengan kata lain, isi
atau substansi sebuah karya adalah wilayah terlarang bagi seorang kritikus. Mereka
beralasan, niai suatu karya sastra terletak pada eksistensinya, keberadaannya.
Melihat keberadaan suatu karya berarti melihat bentuk karya tersebut<a href="file:///C:/Users/Lilik/Documents/corat%20coret/Puisi%20esai/Politik%20Sastra%20Politik.doc#_ftn1" name="_ftnref1" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 12pt;">[1]</span></span></span></a>.
Sementara itu, kalangan lain beranggapan kedua wilayah itu—bentuk dan
isi—adalah area bebas alias tak bertuan, sehingga kritikus bebas bertualang dengan
leluasa di dalamnya. Antonio Gramsci adalah pemikir yang bersikeras bahwa
kritik atau analisis sastra bisa menembus ruang isi. Dengan membahas makna,
suatu analisis akan terasa lengkap dan berisi (Liftschitz dan Salamini, 2004)<a href="file:///C:/Users/Lilik/Documents/corat%20coret/Puisi%20esai/Politik%20Sastra%20Politik.doc#_ftn2" name="_ftnref2" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 12pt;">[2]</span></span></span></a>.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: .5in;">
Buku kumpulan
puisi esai <i>Atas Nama Cinta</i> adalah
sebuah karya yang laik menjadi obyek analisis dengan menggunakan pendekatan
bentuk dan isi secara bersamaan. Lima puisi esai karya Denny J. A. ada di dalam
buku tersebut. Format puisi esai menjadi pilihan Denny untuk berkarya dan
mengungkapkan cinta sekaligus kegelisahannya terhadap realitas sosial-politik
yang kadang penuh diskriminasi. Format puisi esai dan kegelisahan terhadap
diskriminasi itulah yang menjadi batu loncatan bagi penulis untuk “mengiris”
dan “menusuk” lebih dalam dengan menggunakan <i>Politik Sastra Politik</i> sebagai pisaunya.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: .5in;">
<i>Politik Sastra Politik</i> adalah untaian
tiga kata yang ditawarkan oleh penulis untuk memasuki dua alam analisis, yaitu alam
bentuk dan isi. <i>Politik Sastra Politik</i>
bisa memiliki dua makna sekaligus—hanya dengan melesapkan dua kata <i>politik</i> secara bergantian. Pelesapan
pertama menghasilan <i>Politik Sastra</i>
yang digunakan oleh penulis untuk menganalisis bentuk. Sedangkan pelesapan
kedua memunculkan <i>Sastra Politik</i>,
yang digunakan untuk mengurai substansi sebuah karya. </div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<b>Politik Sastra<o:p></o:p></b></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<b> </b>Katrin Bandel,
seorang doktor kelahiran Jerman yang menekuni sastra Indonesia, pernah mengulas
politik sastra melalui analisis tentang kecenderungan pola pikir masyarakat mengenai
sastra, perempuan, dan seks. Ia menekankan, kebiasaan publik yang secara
otomatis menganggap sejumlah sastrawan perempuan selalu mengumbar soal seks
merupakan salah satu periode politik sastra di Indonesia<a href="file:///C:/Users/Lilik/Documents/corat%20coret/Puisi%20esai/Politik%20Sastra%20Politik.doc#_ftn3" name="_ftnref3" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 12pt;">[3]</span></span></span></a>.
</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: .5in;">
Sementara itu, Kamus
Besar Bahasa Indonesia <i>online</i> mengartikan
<i>politik</i> sebagai <i>kebijakan</i>. Dalam bidang kebahasaaan, KBBI menyamakan politik dengan
ketentuan yang bisa dijadikan rujukan untuk menyelesaikan masalah kebahasaan<a href="file:///C:/Users/Lilik/Documents/corat%20coret/Puisi%20esai/Politik%20Sastra%20Politik.doc#_ftn4" name="_ftnref4" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 12pt;">[4]</span></span></span></a>.
Merujuk kepada sederet pengertian itu, penulis memberanikan diri untuk
menawarkan salah satu makna <i>politik
sastra</i>, yaitu semacam kesepahaman tentang hal-hal terkait dengan sastra.
Jika pembicaraan diperuncing menjadi pembahasan tentang bentuk karya sastra,
maka <i>politik sastra</i> bisa dimaknai
sebagai kesepahaman tentang bentuk-bentuk karya sastra.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Posa
dan puisi atau sajak jelas adalah bentuk-bentuk karya sastra. Selama puluhan
tahun, masyarakat meyakini bahwa masing-masing bentuk sastra itu memiliki ciri-ciri
yang khas. Puisi, misalnya, pernah diyakini sebagai karangan yang terikiat oleh
baris dan bait, oleh irama dan rima, dan oleh jumlah kata dan suku kata
(Atmazaki, 1993). Pakar yang lain, Jakob Sumardjo mengartikan puisi sebagai
bentuk pengucapan sastra dengan bahasa yang istimewa, bukan bahasa biasa.
Prinsip puisi adalah berkata sedikit mungkin, tetapi mempunyai arti sebanyak
mungkin (Sumardjo, 1984). </div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: .5in;">
<i>Sapu Tangan Fang Yin</i> adalah salah satu
karya Denny J. A. dalam buku <i>Atas Nama
Cinta</i>. Oleh pengarangnya, <i>Sapu Tangan
Fang Yin</i>—dan empat karya lain di dalam buku itu—disebut dengan istilah
puisi esai. </div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: .5in;">
<i>Sapu Tangan Fang Yin </i>bercerita tentang
permenungan seorang perempuan yang menjadi korban pemerkosaan pada pertengahan
Mei 1998. Dari segi bentuk, karya itu terdiri dari 13 bagian. Masing-masing
bagian terdiri dari sejumlah bait. Dan setiap bait terdiri dari sejumlah baris.
Sampai di sini, puisi esai itu nampaknya padu dengan politik puisi yang pernah
berkembang pada masanya. Namun, setelah mengamati lebih rinci, karya ini
menembus garis batas ”kepatutan” sebuah puisi. Ia menggunakan bahasa yang lugas
dan tidak mengumbar metafora; ia tidak terpaku pada jumlah dan keserasian kata,
suku kata, rima, dan irama; ia seakan tak berpola.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: .5in;">
Karya itu seakan mendobrak kebuntuan
berekspresi yang disebabkan oleh “kesepakatan” angkatan sebelumnya. Dobrakan
serupa sebenarnya sudah dilakukan oleh angkatan 45 dan penganut paham puisi
modern. Mereka bercerita secara lebih lugas dan kadang terlepas dari estetika
bentuk sebuah puisi. Namun, sesuatu yang mucul dalam <i>Sapu Tangan Fang Yin</i> adalah fenomena yang berbeda. Ia memang
melepas belenggu. Akan tetapi—pada saat yang sama—ia mengawinkan konsep
penulisan esai dengan tatanan penulisan puisi. Ia menggunakan bahasa yang lugas
dan data yang tegas, namun masih sesekali mengandalkan kekuatan personifikasi.
Sebaliknya, ia terwujud dalam sederet bait, namun terlepas dari ketentuan
tentang keserasian kata, suku kata, rima, dan irama.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: .5in;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<b>Sastra Politik<o:p></o:p></b></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: .5in;">
Fang Yin
tergambar sebagai korban perkosaan yang terjadi pada pertengahan Mei 1998. Dia
diperkosa sekelompok orang ketika terhadi kerusuhan bernuansa rasial di
Jakarta. Setelah kejadian itu, ia dan keluarganya mengungsi ke Amerika Serikat.
Dalam duka, Fang Yin, kehilangan dua cinta sekaligus; cinta kekasih dan cinta
tanah air. Dilihat dari isinya, <i>Sapu
Tangan Fang Yin </i>adalah karya sastra tentang politik; <i>sastra politik</i>.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: .5in;">
Denny J. A., si
penulis puisi esai, berusaha mendekatkan karyanya dengan peristiwa yang benar-benar
muncul pada Mei 1998 itu. Ia berulang kali mendeskripsikan kekacauan yang
terjadi saat itu dengan berbagai kata yang mendefinisikan kekacauan, seperti <i>pemerkosaan, kerusuhan, asap, api</i>, dan
sebagainya. Dalam hal ini, puisi esai itu memang merefleksikan kenyataan karena
ungkapan tentang pemerkosaaan dan permusuhan terhadap etnis Tionghoa
bersesuaian hasil investigasi Tim Gabungan Pencari Fakta (TGPF)<a href="file:///C:/Users/Lilik/Documents/corat%20coret/Puisi%20esai/Politik%20Sastra%20Politik.doc#_ftn5" name="_ftnref5" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 12pt;">[5]</span></span></span></a>.
Puisi esai itu berhasil membawa nuansa kerusuhan saat itu ke atas kertas.
Kelugasan cara bertutur, yang kadang dibumbui dengan metafora secukupnya,
membuat pembaca bisa dengan mudah membayangkan suasana mencekam yang menghantui
Fang Yin.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: .5in;">
Hal lain yang
menjadi titik berat puisi esai itu adalah pertanyaan mengenai cinta. Sang
pengarang berusaha menempatkan rasa cinta terhadap kekasih sebagai gambaran
tentang rasa cinta kepada negara. Sekaligus, bagian tentang cinta kekasih itu
menjadi pemanis dalam cerita. Rasa cinta tanah air terlontar dan tersurat dalam
beberapa bait melalui ungkapan, <i>“Apa arti
Indonesia bagiku?”.</i> Melalui pertanyaan itu, puisi itu ingin menegaskan
sekaligus mempertanyakan nasionalisme warga Tionghoa. </div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: .5in;">
Selanjutnya, si
penulis puisi-esai secara “cantik” mampu membuat pagar pembatas antara narasi
pribadi dan penokohan. Ia bisa menggambarkan nuansa rasisme dalam peristiwa itu
dengan “membuat” sejumlah tokoh mengucapkan kata “cina”. Pada saat yang sama,
beberapa narasi yang ada menunjukkan penghormatan si pengarang terhadap etnis
itu dengan menggunakan istilah Tionghoa. Hal itu antara lain bisa dibaca dalam
bait berikut: </div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: .5in;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: .5in;">
<span style="font-size: 10pt;">Teriakan pun berubah arahnya<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: .5in;">
<span style="font-size: 10pt;">Dan terdengarlah <i>Bakar
Cina! Bakar Cina!</i><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: .5in;">
<span style="font-size: 10pt;">Gerombolan yang tegap dan gagah<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: .5in;">
<span style="font-size: 10pt;">Menyisir toko, kantor, dan pemukiman Tionghoa<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: .5in;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: .5in;">
Baris ketiga
dalam bait itu, juga menjadi cara si pengarang untuk berusaha memberikan
gambaran pelaku pemerkosaan tanpa menuduh kelompok atau korps tertentu.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: .5in;">
Hal mendasar
yang patut menjadi bahan permenungan dalam diskusi <i>sastra politik</i> adalah bagaimana suatu karya sastra mencerminkan
realitas politik. Sejauh pengamatan penulis, tidak ada catatan bahwa cerita
tentang Fang Yin adalah kisah nyata. Pertanyaan itu juga sering kali ditujukan
terhadap karya sastra lain yang mengulas peristiwa sejarah. Pergumulan tersebut
kadang berujung pada pernyataan bahwa karya sastra tidak bisa dijadikan sumber
sejarah. Itulah sebabnya, <em><span style="font-style: normal;">Sutardji Calzoum Bachri</span></em>
menulis kata-kata tentang buku <i>Atas Nama
Cinta</i> dengan tegas, <i>“Puisi atau
imajinasi bisa sewenang-wenang terhadap fakta sebagaimana sewenang-wenangnya
kata terhadap maknanya. Ia bisa melecehkan fakta demi meraih kepuisiannya.”</i>
</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: .5in;">
Namun, bagaimana
pun juga, sebuah karya sastra yang terinspirasi dari kenyataan akan mengandung
kenyataan, meskipun sedikit. Dan yang terpenting, <i>Sapu Tangan Fang Yin</i>, mengajak masyarakat untuk tidak lupa dan
terus mencari kebenaran dari peristiwa kelam di pertengahan Mei 1998.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: .5in;">
<i>“Menulis puisi adalah menulis di atas
tulisan. Mempertebal, menggarisbawahi tulisan kehidupan/peristiwa/makna yang
telah ada atau yang sedang terjadi. Puisi yang mempertebal tulisan kehidupan
adalah puisi yang melawan lupa,”</i> kata Sang Presiden Penyair. </div>
<div>
<br />
<br />
Oleh:<br />
F. X. Lilik Dwi Mardjianto<br />
<i>tukang ketik</i><br />
<br />
<hr align="left" size="1" width="33%" />
<div id="ftn1">
<div class="MsoFootnoteText">
<a href="file:///C:/Users/Lilik/Documents/corat%20coret/Puisi%20esai/Politik%20Sastra%20Politik.doc#_ftnref1" name="_ftn1" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 10pt;">[1]</span></span></span></a>
Mikhail Liftschitz dan Leonardo Salamini dalam <i>Praksis Seni: Marx & Gramsci</i> mencatat, kritik estetik
memilahkan mana gejala seni dengan yang bukan seni dari sudut pandang “wujud”. </div>
</div>
<div id="ftn2">
<div class="MsoFootnoteText">
<a href="file:///C:/Users/Lilik/Documents/corat%20coret/Puisi%20esai/Politik%20Sastra%20Politik.doc#_ftnref2" name="_ftn2" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 10pt;">[2]</span></span></span></a>
Gramsci menganggap, suatu kritik sastra yang hanya terbatas pada wujud akan
menjadi sesuatu yang datar dan kering. Kritik yang positif akan mengarah pada
isi maupun wujud, maka jadilah ia kritik sosial dan budaya.</div>
</div>
<div id="ftn3">
<div class="MsoFootnoteText">
<a href="file:///C:/Users/Lilik/Documents/corat%20coret/Puisi%20esai/Politik%20Sastra%20Politik.doc#_ftnref3" name="_ftn3" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 10pt;">[3]</span></span></span></a>
Katrin Bandel dalam <i>Sastra, Perempuan,
Seks</i>.</div>
</div>
<div id="ftn4">
<div class="MsoNormal">
<a href="file:///C:/Users/Lilik/Documents/corat%20coret/Puisi%20esai/Politik%20Sastra%20Politik.doc#_ftnref4" name="_ftn4" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 10pt;"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 10pt;">[4]</span></span></span></span></a><span style="font-size: 10pt;"> <b>politik: </b>cara
bertindak (dl menghadapi atau menangani suatu masalah); kebijaksanaan: -- <i>dagang; -- bahasa nasional; <o:p></o:p></i></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-size: 10pt;">-- <b>bahasa nasional</b> kebijakan nasional yg berisi perencanaan,
pengarahan, dan ketentuan yg</span> dapat dipakai sbg <span style="font-size: 10pt;">dasar bagi pengolahan keseluruhan masalah bahasa; <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoFootnoteText">
<br /></div>
</div>
<div id="ftn5">
<div class="MsoNormal">
<a href="file:///C:/Users/Lilik/Documents/corat%20coret/Puisi%20esai/Politik%20Sastra%20Politik.doc#_ftnref5" name="_ftn5" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 10pt;"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 10pt;">[5]</span></span></span></span></a><span style="font-size: 10pt;"> Berdasarkan catatan Yustina Dian Rachmawati dalam
penelitian yang berjudul <i>MENYINGKAP LAPIS
TRAUMA SEKUNDER: Studi tentang Pengalaman Traumatis Para Pendamping Korban
Perkosaan Massal Mei 1998,</i><b> </b>TGPF
menyebutkan terdapat 152 korban perkosaan pada Tragedi Mei 1998. Hampir semua
korban perkosaan adalah perempuan etnis Tionghoa. Selanjutnya, hasil temuan
TGPF menjadi satu-satunya data tentang korban perkosaan. Lihat Esther Indahyani
Jusuf dan Raymond R. Simanjorang (ed) <i>Kerusuhan
Mei 1998: Fakta, Data dan Analisa: Menyingkap Kerusuhan Mei 1998 sebagai
Kejahatan terhadap Kemanusiaan</i> (Jakarta: SBN & Asosiasi Penasehat Hukum
dan HAM Indonesia, 2007), Komnas Perempuan. Hal.21-23.<o:p></o:p></span></div>
</div>
</div>sontrothttp://www.blogger.com/profile/14352931898563600770noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4619878662182349338.post-61054842577529244082011-10-23T20:04:00.005+07:002011-10-24T07:36:30.471+07:00Gaya Dahlan Iskan di Istana<span class="post-content" style="margin-top: 20px;">Sepintas tidak ada yang berbeda dalam acara pelantikan menteri di Istana Negara, Rabu pagi. Semua tampak seragam. Para menteri yang dilantik dan mantan menteri serempak mengenakan Pakaian Sipil Lengkap (PSL).<br /><br /> PSL berarti celana berbahan halus, kemeja bewarna terang, dasi jas berwarna serasi dengan celana. Semuanya baru lengkap jika mengenakan kaos kaki dan sepatu kulit mengkilap.<br /><br /> Hanya satu orang di antara mereka yang sedikit <span style="font-style: italic;">nyeleneh</span>. Dia berdiri di deretan belakang barisan menteri. Dia adalah Dahlan Iskan.<br /><br /> Mantan wartawan yang didaulat menjadi Menteri BUMN itu mengenakan sepatu olah raga atau sepatu kets, bukan sepatu kulit untuk keperluan resmi.<br /><br /> Sepatu yang dia pakai memang bewarna hitam legam. Namun hal itu tidak bisa menyamarkan nuansa kasual yang muncul.<br /><br /> Dahlan mengakui memilih sepatu bewarna hitam untuk menyesuaikan diri dengan suasana resmi selama pelantikan menteri. "Tapi<span style="font-style: italic;"> kan</span> sepatunya tetap kets," katanya lalu tersenyum lebar.<br /><br /> Pria yang berulang tahun setiap 17 Agustus ini bertekad tidak akan mengubah gaya dalam berpakaian, meski telah menjadi menteri. "Nggak berubah saya. Nggak berubah. Sudah terlalu lama seperti itu," katanya.<br /><br /> Dia tidak khawatir ditegur Presiden karena kebiasaannya itu. Menurut dia, Presiden bisa memaklumi hal-hal tertentu.<br /><br /> "Kemarin saja pas menghadap Presiden, saya pakai sepatu kets, cuma warnanya hitam," katanya dengan tenang.<br /><br /> Dahlan Iskan sebenarnya menolak tawaran Presiden untuk menjadi Menteri BUMN. Dia telah berencana untuk mengabdi sebagai Dirut PLN selama tiga tahun.<br /><br /> Namun, akhirnya pria kelahiran Magetan, Jawa Timur, itu menyanggupi tantangan sebagai seorang menteri. Jejak awal yang akan ditapakinya adalah membuat para pejabat BUMN terbiasa bekerja, bukan hanya rapat.<br /><br /> "Terlalu banyak rapat, itu harus dikurangi 50 persen," katanya.<br /><br /> Menurut Dahlan, pejabat BUMN terlalu sering mengikuti rapat, baik rapat internal BUMN maupun rapat di Kementerian BUMN. Pengurangan rapat akan membuat pejabat BUMN lebih fokus kepada pekerjaan yang membuahkan hasil.<br /><br /> "Supaya BUMN lebih sibuk bekerja, daripada mengurus surat, laporan, dan rapat," katanya.<br /><br /> Dahlan mengatakan, BUMN akan diberi keleluasaan untuk melakukan aksi korporasi. Kementerian BUMN akan mendorong dan memfasilitasi setiap aksi korporasi tersebut.<br /><br /> "Kementerian BUMN tidak akan menjadikan mereka instansi di bawah (Kementerian-red) BUMN, tapi korporasi di bawah (Kementerian-red) BUMN," katanya.<br /><br />Usai pelantikan, Dahlan Dahlan melangkah keluar meninggalkan Istana Negara sambil menjawab pertanyaan wartawan.<br /><br /> </span><a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiIKaudnAhTAPVA5TDDfGVruzHVFSjGjlO5FZh_KdSreRhOm8iO6aZcgjZ4cQiYScpnERhak87HF5W_jFvOXGXl2dJYikq1CVbySZUdyq7G2L1iCZiPBrH8Y-S4tUR5aSGLcEKY50T7rzh1/s1600/Dahlan+Iskan+1.jpg"><img style="float: left; margin: 0pt 10px 10px 0pt; cursor: pointer; width: 320px; height: 240px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiIKaudnAhTAPVA5TDDfGVruzHVFSjGjlO5FZh_KdSreRhOm8iO6aZcgjZ4cQiYScpnERhak87HF5W_jFvOXGXl2dJYikq1CVbySZUdyq7G2L1iCZiPBrH8Y-S4tUR5aSGLcEKY50T7rzh1/s320/Dahlan+Iskan+1.jpg" alt="" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5666849545343909618" border="0" /></a><span class="post-content" style="margin-top: 20px;">Dia melepas jas yang dikenakan selama pelantikan. Dasi juga dilepas, kemudian diletakkan di bahu sebelah kirinya.<br /><br /> Beberapa saat kemudian, sejumlah wartawan sadar bahwa Dahlan berjalan menuju arah yang berlawanan dengan menteri yang lain.<br /><br /> Para menteri tersebut berjalan menuju mobil yang terparkir di halaman komplek istana, sedangkan Dahlan berjalan ke luar istana. Mobil Mercedes-Benz S 500 bernomor polisi L 1 JP miliknya diparkir di halaman Sekretariat Negara, terpisah dari mobil para koleganya.<br /><br /> "Gak apa-apa. Toh jalan juga dekat," katanya ketika ditanya alasan memilih parkir di luar.<br /><br /> Dahlan tidak segera pergi setelah sampai di mobil. Dia menunggu wakilnya, Mahmudin yang juga baru saja dilantik. Dahlan berniat mengajak Mahmudin pulang bersama, sekalian membicarakan nasib kementerian yang mereka pimpin.<br /><br /> Mahmudin dan istrinya kemudian menghampiri Dahlan. Berkumpul lima orang di situ, yaitu Dahlan bersama istri, Mahmudin dan istrinya, serta sopir Dahlan yang sudah siap di belakang kemudi.<br /><br /> </span><a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgoqPTCnwr9ttC2F6qRWwkP88TJDJBZavaZNmVwBID4RLab_Pn0Mp_GXRHJCxQAmgnWf2e1YQWtVvGQUURsn3bG4dbmp-zHjW32913G9X-1AsOyKpa0G-pEys4T6Aja7pVfVIZ_1jfgVkIf/s1600/Dahlan+Iskan+2.jpg"><img style="float: right; margin: 0pt 0pt 10px 10px; cursor: pointer; width: 320px; height: 240px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgoqPTCnwr9ttC2F6qRWwkP88TJDJBZavaZNmVwBID4RLab_Pn0Mp_GXRHJCxQAmgnWf2e1YQWtVvGQUURsn3bG4dbmp-zHjW32913G9X-1AsOyKpa0G-pEys4T6Aja7pVfVIZ_1jfgVkIf/s320/Dahlan+Iskan+2.jpg" alt="" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5666850251809639922" border="0" /></a><span class="post-content" style="margin-top: 20px;">Alhasil, Dahlan pun bingung, bagaimana caranya mengangkut lima orang sekaligus di dalam satu mobil.<br /><br /> Tanpa banyak pertimbangan, dia segera menghampiri sopir yang duduk di bangku depan. Dia perintahkan orang itu untuk keluar. "Biar saya yang nyetir," katanya.<br /><br /> </span><span class="post-content" style="margin-top: 20px;">Dia kemudian masuk mobil, diikuti Mahmudin yang memilih duduk di sebelahnya. Para istri duduk di bangku belakang.<br /><br /> Tanpa berlama-lama, mereka meninggalkan tempat parkir Sekretariat Negara.<br /><br />*****<br /><br />F.X. Lilik Dwi Mardjianto<br /><span style="font-style: italic;">tukang ketik</span><br /><br /><br /><br /><br />Cerita ini juga bisa dibaca di:<a style="color: rgb(255, 0, 0);" href="http://www.antaranews.com/berita/280619/gaya-dahlan-iskan-di-istana"> http://www.antaranews.com/berita/280619/gaya-dahlan-iskan-di-istana</a><br /></span>sontrothttp://www.blogger.com/profile/14352931898563600770noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4619878662182349338.post-37681207959604407832011-08-08T23:03:00.009+07:002011-08-09T11:16:41.545+07:00Foto Nazaruddin di Istana??<div><div><div><div><div>8 Agustus 2011
<br />
<br />Setelah sekian lama undur diri dari aktivitas menumpahkan rasa di blog ini, akhirnya saya kembali lagi. Maklum, dua bulan terakhir saya sibuk dengan olah pikir dan olah fisik untuk sebuah keputusan besar dalam hidupku. Semoga saja nanti ada tulisan lain soal itu.
<br />
<br />Singkat saja, kali ini saya tidak akan berpanjang lebar.
<br />
<br />Beberapa hari lalu, kami--para pewarta jelata--berkumpul di Istana Kepresidenan. Seperti biasa, kami menunggu, bercerita, dan menelisik apakah ada kabar yang laik kami kabarkan kepada rakyat. Sayang sekali, siang itu sepi kabar.
<br />
<br />Aku terus memutar otak, sembari melangkahkan kaki melewati koridor di sekitar Istana Kepresidenan. Koridor itu cukup panjang, berbentuk huruf L. Salah satu sisi koridor itu berhias aneka macam foto, dalam aneka ragam ukuran. Tentu saja, foto yang dipajang selalu ada hubungannya dengan kegiatan yang empunya Istana, Presiden SBY.
<br />
<br />Salah satu foto di sana menarik perhatianku. Foto yang sama juga menarik perhatian teman-teman pewarta lain beberapa hari sebelumnya. Fokus utama foto itu adalah Presiden Yudhoyono dan Ketua DPR Marzuki Alie yang berdiri berdampingan, masing-masing berada di belakang podium.
<br />
<br />Sementara itu, sejumlah orang berada di sisi sebelah kiri dan kanan kedua orang itu. Sepertinya mereka adalah anggota DPR, ya anggota dewan yang terhormat. Bukan SBY atau menarik perhatianku, namun justru seorang yang berada di salah satu sisi foto itu. Orang itu, paling tidak menurutku, benar-benar mirip M. Nazaruddin. Ya, mirip Nazaruddin yang kini menjadi buah bibir karena diduga terkait kasus korupsi yang sedang ditangani oleh KPK. Namun, bisa jadi penglihatanku salah.
<br />
<br />Kabarnya, dia ditangkap di Kolumbia setelah kabur sekian lama dan singgah ke sejumlah negara.
<br />
<br />Sayangnya tidak ada keterangan tertulis sama sekali tentang foto itu. Aku tidak menemukan keterangan tentang waktu foto itu dibuat, tentang peristiwa apa yang digambarkan dalam foto itu, dan tentang siapa saja yang hadir. Ahh...andai saja ada keterangan...paling tidak ada kepastian: mataku ini masih normal atau sudah rabun :) hehehehe...
<br />
<br />Untuk lebih jelasnya, kuunggah foto itu dari beberapa sudut pandang. Perhatikan orang kedua dari kanan<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg8igGxQR2RQ20tsH6kcUK5GTTxel4U-nScI6q8glsAY0_EXuSW_BD6s1-ZhgWLe9foNOrcHaaIuyKAFVTidaaxJVHq8UhIqDK_UZ4CJIZLtMVQ2AdildB5zL9GGUF-WdVw1g4_CUF-Ve3L/s1600/Nazar4.jpg" onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}"><img src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg8igGxQR2RQ20tsH6kcUK5GTTxel4U-nScI6q8glsAY0_EXuSW_BD6s1-ZhgWLe9foNOrcHaaIuyKAFVTidaaxJVHq8UhIqDK_UZ4CJIZLtMVQ2AdildB5zL9GGUF-WdVw1g4_CUF-Ve3L/s320/Nazar4.jpg" style="margin: 0px 10px 10px 0px; width: 320px; height: 240px; float: left; cursor: pointer;" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5638518600346426050" border="0" alt="" /><img src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjwNW1ipzyiy_V_dIdJIE95pMNaXxP6Xh4BVJjn9vh_-pBTC7l-WcCHeXhsYu9NQ9HQN8rpmN1_9uFX0oI63eLRZYrjKtw-MJZwMR4KuctDI_4Pozi47iOGqs6oQdVaCUEdHHokT8fwry5c/s320/Nazar1.jpg" style="margin: 0px 10px 10px 0px; width: 320px; height: 240px; float: left; cursor: pointer;" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5638517935943442754" border="0" alt="" /></a>
<br /></div><div>
<br /></div><div> </div><div> </div><div> </div><div>
<br /><img src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEixLu9t1aYAhagJZClTb_bPxWxuA_n-XLmiVutz073v7GoRe-DDEZf3aFiND_eVh_1aNDst69QuMawNoIGP_ZuYpPksLtfKBIb36t2WvX0RibFuxOUDyeXHfwu2kmo2aFD65xfxp0Zp48fq/s320/Nazar2.jpg" style="margin: 0px 10px 10px 0px; width: 320px; height: 240px; float: left; cursor: pointer;" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5638518353773502226" border="0" alt="" /><img src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjrptuC2dHyaY5NfUp2qRQb4rjMdcyKaQDuECAaqs2hF5nfk3TnRA9DRBoJ_H39Q1_VtkrfvXtGrGYpwXYcarFRDC4WhTSnzX5Xs7Lx873WqFTO0d8PQp72ZQdYuAkjARb01i2c4StExdU4/s320/Nazar3.jpg" style="margin: 0px 10px 10px 0px; width: 320px; height: 240px; float: left; cursor: pointer;" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5638518472354754690" border="0" alt="" />
<br /></div></div></div></div></div>sontrothttp://www.blogger.com/profile/14352931898563600770noreply@blogger.com2tag:blogger.com,1999:blog-4619878662182349338.post-59871502405984833462011-03-23T17:46:00.004+07:002011-03-23T18:27:41.331+07:00Libya yang Berminyak dan BerdarahLibya dikeroyok oleh pasukan koalisi dari beberapa negara. Negeri di sisi utara Benua Afrika itu hancur lebur setelah diterpa serangan udara yang mengatasnamakan perlindungan terhadap rakyat sipil.<br /><br />Muammar Gaddafi, presiden Libya, juga tak luput dari serangan. Bahkan, menurut pemberitaan internasional, Gaddafi menjadi target dan alasan utama serangan terhadap Libya.<br /><br />Sang Kolonel Gaddafi dianggap membahayakan karena tega memerintahkan tentara untuk menembak rakyat Libya yang menuntut perubahan. Namun demikian, menurut pemberitaan AFP, pasukan koalisi belum bisa mengetahui keberadaan Gaddafi.<br /><br />Amerika Serikat dan sekutunya yang tergabung dalam pasukan koalisi melakukan serangan secara terstruktur. Mereka menggempur kekuatan udara Libya, yang kemudian diteruskan dengan menghancurkan segala kekuatan pendukung militer negeri itu.<br /><br />AFP melaporkan, sejumlah kapal perang Amerika Serikat dan satu kapal selam Inggris telah menembakkan lebih dari 120 rudal Tomahawk pada awal serangan ke Libya.<br /><br />Sejumlah pesawat tempur, termasuk milik Prancis, juga dilibatkan untuk melumpuhkan kekuatan militer Libya.<br /><br />Serangan pasukan koalisi itu didasarkan pada resolusi 1973 yang dikeluarkan oleh Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa. Resolusi itu mengesahkan keputusan zona larangan terbang di Libya dan memerintahkan semua tindakan yang diperlukan untuk melindungi warga sipil.<br /><br />Awalnya, gertakan PBB itu ditanggapi dengan niat gencatan senjata dari kubu Gaddafi. Namun, pada akhirnya pasukan koalisi memutuskan membombardir Libya karena mereka menganggap Gaddafi tetap menyiksa rakyat dan ingkar janji.<br /><br />Serangan awal itu memperjelas peta geo-politik dunia dan mengidentifikasi pihak-pihak yang saling bemusuhan. Paling tidak, pihak-pihak di balik serangan itu mudah dikenali, karena mereka telah bertemu sesaat sebelum serangan pertama menghujam di Libya.<br /><br />Pihak-pihak yang bertemu itu adalah Presiden Prancis Nicolas Sarkozy, para pimpinan Eropa, Menlu Amerika Serikat Hillary Clinton, Sekjen PBB Ban Ki-moon, serta beberapa utusan Liga Arab, seperti Jordania, Maroko, Qatar, dan Uni Emirat Arab. Pertemuan yang berlangsung di Prancis itu menyepakati penggunaan kekuatan udara untuk melaksanakan resolusi Dewan Keamanan PBB.<br /><br />Presiden Amerika Serikat, Barack Obama menegaskan, kebijakan politik Amerika Serikat adalah menuntut Gaddafi mundur dari jabatannya.<br /><br />"Kebijakan AS adalah Gaddafi harus mundur," kata Obama saat konferensi pers bersama Presiden Chile, Sebastian Pinera.<br /><br />Obama menegaskan, operasi militer negara-negara koalisi adalah bentuk perlindungan terhadap warga sipil Libya dari kekejaman Gaddafi.<br /><br />"Amerika Serikat tidak bisa diam tanpa kata sementara Gaddafi, yang telah kehilangan legitimasinya, membunuh rakyatnya dan mengancam akan melakukan lebih banyak pembunuhan lagi," kata Obama.<br /><br />Minyak<br /><br />Serangan terhadap Libya membuka kembali luka lama dalam perseteruan geo-politik dunia. Keputusan pasukan koalisi ditentang oleh rival abadi, terutama Kuba dan negara-negara lainnya.<br />Kementerian Luar Negeri Kuba secara resmi mengutuk serangan terhadap Libya. Seperti dilaporakan oleh kantor berita Xinhua, serangan itu adalah bentuk intervensi asing terhadap kedaulatan sebuah negara.<br /><br />Kementerian Luar Negeri Kuba juga menyatakan dukungan untuk mempertahankan keutuhan wilayah Libya dan kedaulatan atas sumber daya negara itu.<br /><br />Diskusi tentang sumber daya atau kekayaan Libya pasti berkaitan dengan potensi minyak. Tidak dapat dipungkiri, pemerintahan Libya dibangun di atas tanah yang mengandung minyak--komoditas berharga yang seringkali diperebutkan.<br /><br />Organisasi negara-negara pengekspor minyak (OPEC) menyatakan, komoditas utama Libya adalah minyak. Selain itu, Libya juga masyur dalam hal cadangan gas dan gipsum.<br /><br />Dalam laman resminya, OPEC menyatakan sektor minyak menyumbang 95 persen pendapatan ekspor Libya. Minyak juga menopang seperempat pendapatan negara dan sekitar 60 persen dari total upah penduduknya.<br /><br />OPEC menyatakan, produksi minyak yang melimpah dan jumlah penduduk yang tidak terlalu banyak membuat Libya menjadi negara dengan pendapatan per kapita tertinggi di Benua Afrika.<br />Nuansa yang sama juga dipaparkan oleh badan intelijen Amerika Serikat (CIA) dalam laman resminya. CIA memiliki data yang sangat rinci tentang Libya, mulai dari kondisi geografis hingga pemerintahan, mulai dari sejarah negeri itu hingga kekayaannya.<br /><br />CIA sependapat dengan OPEC bahwa minyak dan gas adalah produk andalan Libya. Bahkan, dinas rahasia Amerika Serikat itu "mengendus" Libya akan menjadi daya tarik internasional, dengan memompa produksi minyak hingga tiga juta barel per hari pada 2012.<br /><br />Pada 2009, menurut CIA, produksi minyak di negeri itu mencapai 1,79 juta barel per hari. Kondisi itu menghantarkan Libya menempati urutan ke 18 dalam daftar negara-negara di dunia yang memproduksi minyak paling besar.<br /><br />Produksi minyak itu mengalahkan United Kingdom yang ikut-ikutan menyerang Libya dan hanya mampu memompa minyak 1,5 juta barel per hari. Prancis, negara anggota koalisi yang juga menyerang Libya, mengalami hal yang sama. Prancis terseok-seok dan hanya mampu menghasilkan minyak hampir 80 ribu barel per hari.<br /><br />Namun demikian, Libya memang masih tertinggal dari Irak. Irak yang telah ditumbangkan oleh Amerika Serikat itu mampu menghasilkan minyak 2,39 juta barel per hari.<br /><br />Amerika Serikat sendiri mampu menghasilkan minyak hingga 9,05 juta barel per hari. Namun sebagian besar dari produksi itu untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri. Amerika Serikat hanya mampu mengekspor minyak sejumlah 1,7 juta barel per hari.<br /><br />Sebaliknya, menurut CIA, Libya mampu menjual sebagian besar minyaknya ke luar negeri. Negeri itu menjual minyak sebanyak 1,54 juta barel per hari dari total produksi 1,7 juta bareal per hari.<br /><br />CIA bahkan melaporkan, Libya masih memiliki cadangan minyak hingga mencapai 47 miliar barel pada 2010, atau menempati posisi ke-9 dalam daftar negara sedunia dengan cadangan minyak terbesar. Jumlah ini tidak jauh berbeda dengan yang dilaporkan oleh OPEC, bahwa negeri itu masih memiliki cadangan minyak sebanyak 46,42 miliar barel.<br /><br />Khusus untuk cadangan minyak, masih menurut CIA, Libya mengalahkan Amerika Serikat. Cadangan minyak negeri Paman Sam itu semakin menipis, yaitu 19,12 miliar barel.<br /><br />Potensi Libya bukan hanya minyak. Negeri yang pendapatan per kapitanya mencapai 13.800 dolar AS pada 2010 itu juga bisa menghasilkan gas sebanyak 15,9 miliar meter kubik pada 2008.<br /><br />Negeri itu juga memiliki cadangan gas sebanyak 1.539 triliun meter kubik pada 2010, sehingga berada pada urutan ke 23 dalam daftar negara dengan cadangan gas terbesar di dunia.<br /><br />Selain itu, Libya juga dikenal dalam industri perminyakan dan industri ketenagalistrikan. Bahkan, negeri itu juga memiliki cadangan dalam bentuk mata uang asing dan emas hingga mencapai 107,3 miliar dolar AS pada 2010.<br /><br /><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiaNbGBi4B86DqhJ7uJNUUWj-CtxWusFpMuBzqXf3OpuEmAobUZ1EKaXVT76Msmq8tVPcF6uoDvhuDF0iBECx6mYtDtHthq27-5zAw_raJA1pkRUcVUHf5ElVSV7qnUcAtXikjCENIZ8dJ9/s1600/suez.gif"></a><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiaNbGBi4B86DqhJ7uJNUUWj-CtxWusFpMuBzqXf3OpuEmAobUZ1EKaXVT76Msmq8tVPcF6uoDvhuDF0iBECx6mYtDtHthq27-5zAw_raJA1pkRUcVUHf5ElVSV7qnUcAtXikjCENIZ8dJ9/s1600/suez.gif"></a><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi0DIe5mMERrK5Os9ZmaI6pQl3mBXPXqfamcmEHf1OeEw7etyVdKKDA1_x3gKjpaAPe_XiObCpmEmQs9ewf4W4ZLzTLBV6f2I_K__nykUhwdyluZizqfCo8jnssoRnAgE8oiJzeotzVo-MG/s1600/suez.gif"><img id="BLOGGER_PHOTO_ID_5587235100296018466" style="FLOAT: left; MARGIN: 0px 10px 10px 0px; WIDTH: 272px; CURSOR: hand; HEIGHT: 300px" alt="" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi0DIe5mMERrK5Os9ZmaI6pQl3mBXPXqfamcmEHf1OeEw7etyVdKKDA1_x3gKjpaAPe_XiObCpmEmQs9ewf4W4ZLzTLBV6f2I_K__nykUhwdyluZizqfCo8jnssoRnAgE8oiJzeotzVo-MG/s320/suez.gif" border="0" /></a>Sampai dengan hari ketiga, pasukan koalisi masih bersikeras bahwa serangan yang dilaksanakan murni untuk melindungi warga sipil dari kekejaman Gaddafi.<br /><br />Namun, fakta yang terjadi memperlihatkan bahwa Libya adalah negara kaya minyak yang bergolak secara mendadak. Negeri itu bergolak setelah dua negeri yang mengapitnya, Tunisia dan Mesir, dilanda huru-hara dan tumbang lebih dulu.<br /><br />Jika Libya menyusul tumbang, maka tiga negeri itu akan menjadi negeri "kalah" yang secara geografis berada pada garis lurus di sisi utara benua Afrika dan berdekatan dengan Terusan Suez--sebuah jalur perdagangan yang ramai.<br /><br /><br /><div><div><div><div align="left">Bagaimanapun, posisi geo-politik itu akan sangat menguntungkan bagi mereka yang memenangkan perang. Sebuah perang yang berlangsung di atas ceceran darah dan semburan minyak dari perut bumi.</div><br /><br /><div align="center"><br />***** </div></div></div></div>sontrothttp://www.blogger.com/profile/14352931898563600770noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4619878662182349338.post-12484201284739168112011-03-23T17:42:00.002+07:002011-03-23T17:44:48.336+07:00Sayup-Sayup ReshuffleAburizal Bakrie melangkah tenang memasuki komplek Istana Kepresidenan. Ketua Umum DPP Partai Golkar yang sering disapa Ical itu masuk istana melalui pintu yang sering dilalui oleh para menteri yang ingin menghadap Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.<br /><br />Politikus yang juga pengusaha itu datang ke Istana pada Selasa sore (8/3) dengan menggunakan sedan Lexus bernomor polisi B 1907 A. Dia masuk ke Istana melalui gerbang bagian luar yang menghadap Jalan Veteran.<br /><br />Mobil itu kemudian berhenti di tempat parkir yang biasa digunakan untuk memarkir mobil para menteri.<br /><br />Beberapa saat kemudian, mobil itu merapat ke gerbang lapis berikutnya--gerbang yang biasa dilewati sejumlah pejabat menuju bagian dalam komplek istana.<br /><br />Aburizal kemudian keluar dari mobil setelah sampai di depan gerbang yang dijaga ketat itu. Dia langsung mengayunkan kaki dengan tenang dan memasuki halaman dalam istana tanpa bersedia memberi keterangan kepada wartawan.<br /><br />Aburizal datang ke komplek Istana Kepresidenan untuk hadir dalam pertemuan empat mata dengan Presiden Yudhoyono. Mereka membicarakan permasalahan koalisi partai politik.<br />Pertemuan kedua tokoh itu berlangsung singkat, tidak sampai satu jam. Meski singkat, keduanya mencapai kata sepakat.<br /><br />"Iya sepakat. Untuk memperbaiki koalisi menjadi lebih baik," kata Aburizal setelah pertemuan.<br /><br />Ia menegaskan, Golkar mendukung upaya partai-partai koalisi untuk menyelesaikan berbagai masalah prinsipil sehingga pengelolaan negara bisa berjalan lebih baik.<br /><br />"Nanti secara bersama-sama kita benahi, kita cari objektifnya untuk sesuatu tujuan yang lebih baik. Tujuan yang lebih baik untuk kesejahteraan rakyat. Itu yang kita bicarakan," katanya menambahkan.<br /><br />Dalam pertemuan itu, menurutnya, Presiden Yudhoyono menekankan perlunya evaluasi sehingga masalah-masalah kecil tidak lagi menggangu kerja sama partai-partai koalisi pemerintah.<br /><br />"Kita sepakat bahwa ini tinggal tiga setengah tahun lagi. Efektifnya tiga tahun dalam pemerintahan. Kita sepakat bahwa tiga tahun ini harus dimanfaatkan secara maksimal," kata Aburizal.<br /><br />Kesepakatan<br /><br />Pertemuan Presiden Yudhoyono dan Aburizal laksana pendulum atau bandul yang bergantung pada seutas tali. Tanpa pendulum, tali itu akan berkibas tak tentu arah karena tertiup angin. Kata "kesepakatan" yang diucapkan beberapa kali oleh Aburizal menyerupai pendulum yang bisa meredam gerakan, sehingga kini tali dalam posisi stabil.<br /><br />Fakta yang muncul adalah, dua hari setelah komunikasi Presiden Yudhoyono dengan Aburizal Bakrie, sejumlah pihak lingkaran dalam Istana seperti sepakat untuk mengatakan bahwa komunikasi politik yang dilakukan oleh Presiden Yudhoyono tidak berhubungan langsung dengan perombakan kabinet (reshuffle-red).<br /><br />Juru Bicara Kepresidenan Julian Aldrin Pasha mengatakan, komunikasi itu bisa berujung pada penyesuaian dalam kesepakatan baru antarpartai koalisi pendukung pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.<br /><br />"Bisa saja ada beberapa penyesuaian dalam kesepakatan baru. Namun persisnya akan kembali pada keputusan akhir yang disepakati antara presiden dan pimpinan parpol," katanya.<br /><br />Sehari setelah itu, Staf Khusus Presiden Bidang Komunikasi Politik, Daniel Sparingga menegaskan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono belum membicarakan nama orang dalam komposisi Kabinet Indonesia Bersatu II karena presiden masih fokus pada penataan koalisi di tingkat partai politik.<br /><br />"Belum sampai pada pos dan orang," katanya.<br /><br />Menurut dia, Presiden sampai saat ini baru membangun komunikasi pada tingkat partai politik. Komunikasi dengan pimpinan partai politik itu akan terus dilakukan sampai ada kesepakatan tentang penataan koalisi.<br /><br />"(komunikasi dengan parpol) masih berlangsung, dan proses itu akan memasuki babak baru, yaitu merumuskan pertimbangan-pertimbangan penting untuk pada akhirnya dipakai sebagai bahan pertimbangan menata koalisi," ujarnya.<br /><br />Menurut dia, diskusi tentang perombakan kabinet itu sebenarnya adalah akibat jika ada hal-hal tertentu yang terjadi dalam penataan koalisi.<br /><br />Namun, dia kembali menegaskan, sampai saat ini presiden belum pernah membicarakan nama orang dalam susunan kabinet.<br /><br />"Percakapan mengenai orang, sebenarnya sampai hari ini, belum menyentuh membicarakan orang," katanya menegaskan.<br /><br />Pada hari yang sama, Menteri Sekretaris Negara Sudi Silalahi juga menegaskan, evaluasi dan komunikasi Presiden dengan partai politik yang tergabung dalam koalisi maupun di luar koalisi tidak terkait dengan reshuffle kabinet.<br /><br />"Dikaitkan dengan apa yang tengah dilakukan oleh Presiden Yudhoyono saat ini dan kegiatan ini masih terus berlangsung yaitu penataan kembali etika dan efektifitas koalisi, evaluasi terhadap kinerja menteri tersebut tidak terkait langsung," katanya.<br /><br />Sudi menjelaskan Presiden Yudhoyono tidak pernah mengatakan akan melakukan reshuffle dalam waktu dekat.<br /><br />Pernyataan seragam itu akhirnya ditutup oleh Presiden Yudhoyono saat membuka sidang kabinet paripurna di kantor kepresidenan, Kamis (10/3).<br /><br />Presiden menegaskan, dirinya tidak pernah mengatakan akan melakukan reshuffle dalam jangka waktu tertentu.<br /><br />"Kepada masyarakat luas, sabar jernih dan logis terutama mereka yang terus goreng isu reshuffle dengan persepsi sendiri, saya akan lakukan reshuffle bila sungguh diperlukan, jangan ada pemaksaan, percayalah semua ada tujuan, alasan dan aturan manakala reshuffle dilakukan," katanya.<br /><br />Pada kesempatan itu, presiden tidak menyinggung secara khusus dan rinci pernyataan yang dia sampaikan sebelumnya bahwa ada satu atau dua partai politik yang telah melanggar kesepakaran koalisi.<br /><br />Pernyataan para pihak lingkaran dalam Istana itu senada. Mereka menegaskan, komunikasi politik yang terjadi adalah untuk menata koalisi. Hal itu membuat pendapat sejumlah pihak tentang reshuffle menjadi teriakan yang semakin sayup-sayup.<br /><br />Mengulangi pernyataan Juru Bicara Kepresidenan, Julian Aldrin Pasha, komunikasi antara presiden dengan sejumlah petinggi partai itu bisa jadi hanya berujung pada kompromi alias kesepakatan.<br /><br />Kebiasaan berkompromi para elit ini sebenarnya sudah diprediksi oleh Antonio Gramsci, seorang pemikir politik asal Italia.<br /><br />Puluhan tahun silam, dia berkata "Politikus membayangkan manusia sebagaimana adanya, dan pada saat yang sama, sebagaimana seharusnya, untuk mencapai tujuan tertentu; tugas ini memaksa orang untuk bergerak, keluar dari adaan mereka sekarang agar dapat mencapai tujuan-tujuan bersama, artinya `menyesuaikan diri` dengan tujuan tertentu."<br /><div align="center">*****</div>sontrothttp://www.blogger.com/profile/14352931898563600770noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4619878662182349338.post-17691465133876088482011-03-23T17:31:00.003+07:002011-03-23T17:53:08.778+07:00Politik Gertak SambalSejak hampir lima abad silam, seorang menteri disamakan dengan seorang pelayan yang wajib mengabdi kepada atasannya. Seorang atasan memiliki hak untuk mengizinkan atau tidak mengizinkan seseorang bekerja sebagai pelayan.<br /><br />Niccolo Machiavelli, filosof politik asal Italia, adalah orang yang menyatakan hal itu. Machiavelli secara tegas menyatakan hal tersebut dalam sebuah buku yang dia tulis pada 1513, "The Prince".<br /><br />"...seorang pangeran, dengan sekelompok pembantu yang mendampinginya sebagai para menteri untuk memerintah kerajaan atas namanya dan dengan izinnya," demikian diungkapkan Machievelli dalam buku itu.<br /><br />Dia dikenal sebagai filosof yang blak-blakan menyatakan bahwa seorang penguasa yang ingin tetap berkuasa haruslah akrab dengan tipu muslihat, kelicikan, dan dusta. Meski demikian, filosofi politik dan kekuasaan yang ditawarkannya mengilhami sejumlah praktik kenegaraan di berbagai belahan bumi.<br /><br />Akhir-akhir ini, "gonjang-ganjing" posisi menteri melanda dunia politik Indonesia. Hal ini terutama dialami oleh para menteri yang juga petinggi partai politik.<br /><br />Alam politik Indonesia, menurut sejumlah pihak, penuh dengan gertak sambal. Politisi saling gertak, meski tidak menggunakan bahasa yang kasar dan menghentak. Namun, maksud yang disampaikan cukup jelas, yaitu untuk saling mengunci dan mematahkan pendapat.<br /><br />Masih jelas teringat ketika sejumlah media massa memberitakan pernyataan politisi Partai Demokrat, Ruhut Sitompul yang terang-terangan berniat membuka keburukan Partai Golkar. Ruhut bersuara keras setelah muncul gejala bahwa partai berlambang pohon beringin itu akan tetap mengusung hak angket DPR yang terkait dengan mafia perpajakan.<br /><br />Jika suara keras Ruhut itu dianggap sebagai gertakan, maka sebaliknya, pihak Partai Demokrat dan kubu pendukungnya juga menganggap niat sejumlah partai untuk menggunakan hak angket perpajakan merupakan sebuah gertakan dan manuver politik.<br /><br />Lepas dari siapa menggertak dan isi gertakannya, kemelut hak angket perpajakan itu dimenangkan oleh kubu Partai Demokrat.<br /><br />Rapat paripurna Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) akhirnya memutuskan menolak usulan hak angket pajak. Hasil pemungutan suara menunjukkan 266 suara menolak dan 264 menerima.<br />Dalam pemungutan suara itu, anggota Fraksi Partai Demokrat hadir 145 orang dan seluruhnya menyatakan menolak.<br /><br />Sementara, F-PAN hadir 43 orang dan solid menyatakan menolak. Begitu juga F-PPP yang hadir 26 orang dan sepakat untuk menolak.<br /><br />Sementara itu, F-PKB hadir 28 orang, 26 orang di antaranya menolak. Sedangkan dua orang, yakni Lili Wahid dan Effendi Choirie menyatakan menerima usulan hak angket. Dan F-Gerindra yang hadir 26 orang, seluruhnya menyatakan menolak.<br /><br />Sementara itu, F-PG hadir 106 orang dan solid untuk menerima. Sedangkan dari F-PDI-P yang hadir 84 orang seluruhnya sepakat untuk menerima usulan hak angket.<br /><br />F-PKS hadir 56 orang dan seluruhnya menyatakan menerima. Dan terakhir dari F-Hanura hadir 16 orang dan solid menerima.<br /><br />Gertak koalisi<br /><br />Keputusan rapat paripurna DPR itu paling tidak menjadi penanda untuk dua hal. Pertama, Partai Demokrat dan pendukungnya masih terlalu tangguh untuk dilawan; dan kedua, publik semakin bisa membedakan partai politik yang berjalan bersama pemerintah, dan partai yang mengambil jalan berbeda.<br /><br />Hal ini menjadi perhatian Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Setelah melakukan evaluasi mendalam, presiden akhirnya memberikan pernyataan.<br /><br />"Saya ingin kalau memang semua masih tetap ingin bersama-sama, berjuang dalam koalisi untuk rakyat, bangsa, dan negara, maka semua kesepakatan yang disebut "code of conduct" atau tata etika yang sebelas butir ini harus betul-betul dipatuhi, diindahkan, dan dijalankan," katanya.<br /><br />Menurut presiden, salah satu butir nota kesepahaman yang ditandatangani oleh pimpinan partai politik dengan dirinya pada Oktober 2009 adalah koalisi dilaksanakan atau berlaku di bidang eksekutif dan legislatif.<br /><br />Presiden bahkan sudah secara tegas menyebut kemungkinan pemberian sanksi kepada mereka yang tidak patuh. Dia juga sudah mulai membahas perombakan kabinet, sesuatu yang selama ini selalu ditutupi.<br /><br />"Jika tidak, ke depan tentu sanksi harus diberikan. Dalam penataan kembali koalisi yang Insya Allah akan kami lakukan dalam waktu dekat ini, jika memang ada partai politik tidak lagi bersedia mematuhi atau menaati kesepakatan yang sudah dibuatnya bersama-sama saya dulu, tentu partai politik seperti itu tidak bisa bersama-sama lagi dalam koalisi," tuturnya.<br /><br />Presiden memang tidak secara gamblang menyebut nama partai politik yang sudah dianggap menyimpang. Namun, berdasar gambaran umum yang terjadi di DPR, sejumlah pengamat menyimpulkan bahwa kedua partai itu adalah Golkar dan PKS.<br /><br />Wakil Ketua Umum DPP Partai Golkar yang yang juga Menko Kesejahteraan Rakyat, Agung Laksono, menyatakan, Golkar tidak pernah ingkar terhadap nota kesepahaman yang dibuat dengan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.<br /><br />Menurut dia, yang terjadi sebenarnya hanyalah perbedaan pendapat yang merupakan suatu pilihan terbuka yang bisa saja terjadi di wilayah parlemen.<br /><br />"Kalau saya baca partai, selama ini tidak ada pengingkaran. Isunya satu pendapat boleh berbeda. Memang kemudian menjadi seolah tidak kompak, tapi itu suatu pilihan yang dibuka di parlemen. Itu yang terjadi," tuturnya.<br /><br />Ia mengusulkan, Presiden Yudhoyono perlu mengundang partai politik anggota koalisi guna memperbaiki komunikasi.<br /><br />Agung berpendapat, Golkar seharusnya tidak diposisikan sebagai berbeda pendapat dan sebaliknya justru sudah cukup membantu dalam koalisi.<br /><br />Sementara itu, Menteri Komunikasi dan Informatika yang juga politisi PKS, Tifatul Sembiring menyatakan siap untuk "direshuffle" (diganti) jika presiden mengambil langkah tersebut.<br /><br />"Kita siap, karena kita memang ditugaskan untuk siap, mati saja siap. Bagi saya jabatan ini sebuah amanah," kata Tifatul.<br /><br />Dia menegaskan, yang terjadi antara PKS dan Demokrat adalah perbedaan pendapat, bukan perselisihan. Menurut dia, hal yang terpenting saat ini adalah melakukan komunikasi dengan baik agar masalah serupa tidak terulang lagi.<br /><br />Presiden Yudhoyono menekankan perlunya kesetiaan para anggota koalisi, paling tidak kesetiaan terhadap komitmen bersama.<br /><br />Hal itu juga yang ditekankan oleh Machiavelli dalam "The Prince". Pada bab 22, Machiavelli menulis, jika seorang pangeran dan pelayan sudah tidak saling percaya, maka cerita akan berakhir laksana bencana bagi salah satu dari mereka.<br /><br />Prinsip menuntut kesetiaan menteri dalam "The Prince" memang sedang dimainkan di atas panggung politik Indonesia.<br /><br />Namun, di belakang panggung, Machiavelli juga menyusun prinsip-prinsip untuk membuat seorang pelayan setia dan jujur.<br /><br />"Untuk membuat seorang pelayan jujur, seorang pangeran harus mempelajarinya, menghormatinya, memperkaya, dan memperlakukannya dengan baik," kata Machiavelli.<br /><br /><div align="center">*****</div>sontrothttp://www.blogger.com/profile/14352931898563600770noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4619878662182349338.post-81797028313999231242011-03-07T19:35:00.006+07:002011-03-07T19:59:40.252+07:00Still Got The Blue(s), Pak Presiden<div style="text-align: justify;">Ini tulisan tidak penting. Saya sarankan anda tidak perlu membacanya.<br /><br />Ancol mendadak ramai pagi itu, Jumat pagi, 4 Maret 2011. Orang-orang berkerumun di salah satu ruang terbuka, dikenal dengan kawasan Ecopark. Mereka serempak memakai kaos putih bergambar bola dunia berwarna hijau. Tulisan di kaos itu pun sebagian besar berwarna hijau.<br /><br />Mulai dari pejabat sampai petugas kebersihan hampir senada dalam hal warna. Memang sih, nasib mereka berbeda.<br /><br />Semua sibuk, semua berusaha tampil menawan, semua ingin acara berjalan lancar karena Pak Presiden SBY dijadwalkan hadir. Pak presiden akan menanam pohon di kawasan itu.<br /><br />Panitia sudah mengatur tempat sedemikian rupa. Kursi-kursi "berbaris" rapi seperti tentara. Karpet membentang menjadi alasnya.<br /><br />Kursi-kursi itu menghadap dekorasi berwarna hijau menyala, lengkap dengan tulisan yang juga menjadi tema besar acara itu "We Do Green". Untaian bunga dan tanaman hias lainnya mempercantik dekorasi tersebut. Semuanya serba hijau, sesuai dengan tema acara.<br /><br />Panitia juga memastikan agar semua yang hadir di acara itu tidak kepanasan, apalagi kehujanan. Sebuah tenda besar, lengkap dengan juntai-juntai kain, berdiri tegak.<br /><br /><a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiOpsn1_D5Wk-k44f7mRMj6fs8Z0dTafs0HvrcgzTK7XnZ17JSeMDT9KfvKT6UANbCwGYX-L9zsw8xS21fOhvslIeF6cIzHbChZyT_v6v74ccn_9Sk537RjbOMJBg8RuwcK0p102SAgxvb9/s1600/we+do+green.jpg"><img style="margin: 0pt 10px 10px 0pt; float: left; cursor: pointer; width: 320px; height: 240px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiOpsn1_D5Wk-k44f7mRMj6fs8Z0dTafs0HvrcgzTK7XnZ17JSeMDT9KfvKT6UANbCwGYX-L9zsw8xS21fOhvslIeF6cIzHbChZyT_v6v74ccn_9Sk537RjbOMJBg8RuwcK0p102SAgxvb9/s320/we+do+green.jpg" alt="" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5581315976580847378" border="0" /></a>Satu hal yang menarik perhatianku adalah warna biru yang ikut-ikutan muncul di acara yang serba hijau itu. Memang sih ada warna putih di sana. Tapi entah kenapa, warna biru ini menarik perhatianku. Boleh-boleh saja kan? Warna biru itu adalah warna kain yang menjadi ornamen tenda besar yang menjadi peneduh mereka yang hadir di acara itu. Kain biru itu membentang ke sejumlah arah dan berpusat pada satu titik di tengah tenda. Rumbai-rumbai kain itu tertata rapi.<br /><br />Pihak protokol istana kepresidenan memang selalu menempatkan ketepatan berbusana dan pilihan warna sebagai bagian dari suksesnya suatu acara. Bahkan, hampir setiap informasi acara yang akan dihadiri presiden selalu mencantumkan ketentuan berbusana bagi para tamu undangan. Sebagai contoh, ketika presiden akan mengadakan kunjungan kenegaraan ke Brunei Darussalam, semua anggota rombongan dihimbau untuk tidak mengenakan pakaian berwarna kuning---sebab kuning adalah warna kebesaran kerajaan Brunei. Contoh lainnya adalah ketika presiden meresmikan Museum Batak di Sumatera Utara. Saat itu, anggota rombongan disarankan mengenakan batik khas Batak. Memang, <a style="color: rgb(255, 0, 0);" href="http://sontrot.blogspot.com/2011/01/janganbapak-presiden-tidak-senang.html">busana dan warna menjadi pertimbangan utama di Istana</a>.<br /><br />Khusus untuk acara di Ancol, entah siapa yang "mengundang" warna biru untuk hadir. Bisa jadi protokol, bisa jadi panitia, bisa jadi tukang pemasang tenda yang mencoba berimprovisasi.<br /><br />Apapula maksud menggabungkan warna biru dan hijau? tak ada yang mengerti kecuali mereka yang (punya ide) menggabungkannya.<br /><br />Yang jelas, seorang konsultan warna dan penulis buku <em>More Alive With Colors, </em><a style="color: rgb(255, 0, 0);" href="http://nasional.kompas.com/read/2008/10/09/15551015/psikologi.dan.arti.warna">Leatrice Eisman</a>, menyatakan biru warna biru memiliki makna kesetiaan, ketenangan. Makna warna biru yang lain--dan cukup menarik--adalah sensitif.<br /><br />Mungkin nasib sial sedang menghantui mereka yang menyiapkan acara "We Do Green" di Ancol. Tata warna dan dekorasi acara itu batal dinikmati Pak Presiden. Pak SBY memilih arah yang sama dengan para artis Java Jazz. Mereka batal menghadiri acara penanaman pohon itu. Alasannya? masih menjadi misteri :)<br /></div><div style="text-align: center;">*****<br /></div>sontrothttp://www.blogger.com/profile/14352931898563600770noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4619878662182349338.post-64138316780218591392011-03-07T14:46:00.002+07:002011-03-07T15:26:42.299+07:00SBY dan Inspirasi "Eat, Pray, Love"<span class="post-content" style="margin-top: 20px;">Siapa tak tahu film bertajuk "Eat, Pray, Love"? Bahkan presiden pun terinspirasi oleh film yang dibintangi aktris kondang Julia Roberts. Salah satu penyebab film itu begitu dikenal di Indonesia, tentu saja kisah tentang Bali yang disisipkan dalam film tersebut.</span><br /><div style="text-align: justify;"><br /><span class="post-content" style="margin-top: 20px;">Film itu bercerita tentang perjalanan hidup perempuan bernama Elizabeth Gilbert, yang bertekad tidak menikah lagi dan memutuskan untuk berkelana dan mencari arti hidup. Dalam perjalanannya, dia singgah di tiga tempat, yaitu Italia, India, dan Bali--Indonesia.</span><br /><span class="post-content" style="margin-top: 20px;"></span><br /><span class="post-content" style="margin-top: 20px;">Di Italia, Gilbert menemukan berbagai hal yang terkait dengan makan. Sedangkan di India, perempuan itu berjibaku dengan devosi terhadap sesuatu yang transenden; dia belajar untuk menemukan diri dalam doa di India.</span><br /><span class="post-content" style="margin-top: 20px;"></span><br /><span class="post-content" style="margin-top: 20px;">Penggalan terakhir film ini berkisah tentang Bali. Liz--panggilan Elizabeth Gilbert, belajar untuk mencintai. Sejumlah pengalamannya di Pulau Dewata itu membawanya pada pemahaman tentang cinta.</span><br /><span class="post-content" style="margin-top: 20px;"></span><br /><span class="post-content" style="margin-top: 20px;">Rupanya film yang satu ini memberi kesan tertentu bagi Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Presiden terkesan bukan kepada sosok Liz, bukan juga kepada Bali. Yudhoyono terkesan pada pesan dalam film itu, bahwa ciri khas suatu daerah bisa menjadi daya tarik daerah itu sebagai tujuan wisata.</span><br /><span class="post-content" style="margin-top: 20px;"></span><br /><span class="post-content" style="margin-top: 20px;">Inspirasi itu dia bawa ke pulau Bintan, Provinsi Kepulauan Riau, pada 26 Februari 2011 lalu. Saat itu, presiden meresmikan kawasan wisata terpadu di pulau yang berbatasan langsung dengan Singapura tersebut.</span><br /><span class="post-content" style="margin-top: 20px;"></span><br /><span class="post-content" style="margin-top: 20px;">Yudhoyono juga diberi kehormatan untuk memberikan nama untuk kawasan wisata terpadu di kawasan itu. Kemudian, dipilihlah nama "Pesona Lagoi Bintan", sesuai dengan letaknya di Teluk Sebong, Desa Sebong Lagoi, Kabupaten Bintan.</span><br /><span class="post-content" style="margin-top: 20px;"></span><br /><span class="post-content" style="margin-top: 20px;">Menurut Yudhoyono, sebuah daerah tujuan wisata hendaknya memiliki ciri khas yang bisa menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan.</span><br /><span class="post-content" style="margin-top: 20px;"></span><br /><span class="post-content" style="margin-top: 20px;">Jika Bali identik dengan "cinta" seperti digambarkan dalam kisah Elizabeth Gilbert, maka dia berharap Bintan bisa menawarkan hal yang lebih. Hal itu sesuai dengan impian untuk menjadikan Bintan sebagai kawasan wisata terpadu.</span><br /><span class="post-content" style="margin-top: 20px;"></span><br /><span class="post-content" style="margin-top: 20px;">"Silakan datang ke Bintan, maka anda bisa mendapatkan makanan, anda bisa berdoa, dan anda akan menemukan cinta," kata Yudhoyono dalam bahasa Inggris saat memberikan sambutan dalam acara itu.</span><br /><span class="post-content" style="margin-top: 20px;"></span><br /><span class="post-content" style="margin-top: 20px;">Presiden begitu menaruh hati kepada Kepulauan Riau, sehingga dia menggelar rapat khusus pada akhir kunjungan kerja di provinsi itu (27/2).</span><br /><span class="post-content" style="margin-top: 20px;"></span><br /><span class="post-content" style="margin-top: 20px;">Tidak tanggung-tanggung, sejumlah menteri terkait langsung datang dari Jakarta. Rapat itu digelar di salah satu ruangan di Bandara Raja Haji Fisabilillah, Tanjungpinang.</span><br /><span class="post-content" style="margin-top: 20px;"></span><br /><span class="post-content" style="margin-top: 20px;">Para menteri dan pejabat itu adalah Menteri Lingkungan Hidup Gusti Muhammad Hatta, Menteri Perindustrian M.S Hidayat, Menteri Kehutanan Zulkifli Hasan, Menteri Perhubungan Freddy Numberi, Menteri Kelautan dan Perikanan Fadel Muhammad, dan Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal Gita Wirjawan.</span><br /><span class="post-content" style="margin-top: 20px;"></span><br /><span class="post-content" style="margin-top: 20px;">Selain itu, juga ada Menteri Pertanian Suswono dan Ketua Komite Ekonomi Nasional Chaerul Tanjung yang tiba di Tanjungpinang menggunakan pesawat jet khusus.</span><br /><span class="post-content" style="margin-top: 20px;"></span><br /><span class="post-content" style="margin-top: 20px;">Beberapa menteri yang lain sudah berada di Tanjungpinang untuk mendampingi presiden, antara lain Menteri Koordinator Kesejahteraan Rakyat Agung Laksono, Menteri Koordinator Perekonomian Hatta Rajasa, Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Jero Wacik, Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro, dan Mensesneg Sudi Silalahi.</span><br /><span class="post-content" style="margin-top: 20px;"></span><br /><span class="post-content" style="margin-top: 20px;">Presiden pada awal kunjungan memang sudah mengatakan, akan menggelar rapat khusus sebelum kembali ke Jakarta. Dia meminta para pejabat pemerintah daerah setempat memberikan laporan pelaksanaan pembangunan dan investasi di kawasan tersebut.</span><br /><span class="post-content" style="margin-top: 20px;"></span><br /><span class="post-content" style="margin-top: 20px;">"Saya minta dipresentasikan dengan lengkap," kata Yudhoyono.</span><br /><span class="post-content" style="margin-top: 20px;"></span><br /><span class="post-content" style="margin-top: 20px;"><span style="font-weight: bold;">Nuansa Singapura</span></span><br /><span class="post-content" style="margin-top: 20px;">Presiden Yudhoyono optimistis Provinsi Kepulauan Riau akan menjadi pusat ekonomi baru, sehingga bisa menyaingi Singapura.</span><br /><span class="post-content" style="margin-top: 20px;"></span><br /><span class="post-content" style="margin-top: 20px;">"Tempat kita ini adalah satelit Singapura. Kita akan menjadi <span style="font-style: italic;">new economy center</span>," kata Presiden Yudhoyono saat membuka rapat bersama pejabat Kepulauan Riau dan sejumlah menteri itu.</span><br /><span class="post-content" style="margin-top: 20px;"></span><br /><span class="post-content" style="margin-top: 20px;">Yudhoyono meminta semua pihak untuk bekerja keras, sehingga pembangunan Kepulauan Riau bukan hanya menjadi pepesan kosong.</span><br /><span class="post-content" style="margin-top: 20px;"></span><br /><span class="post-content" style="margin-top: 20px;">Presiden juga meminta pembangunan Kepulauan Riau memerhatikan empat sasaran utama, yaitu pertumbuhan ekonomi, pertumbuhan tenaga kerja, pengurangan kemiskinan, dan pemeliharaan lingkungan.</span><br /><span class="post-content" style="margin-top: 20px;"></span><br /><span class="post-content" style="margin-top: 20px;">"Pada saatnya nanti itu akan menjadi <span style="font-style: italic;">center</span> yang tidak kalah dengan Singapura," katanya.</span><br /><span class="post-content" style="margin-top: 20px;"></span><br /><span class="post-content" style="margin-top: 20px;">Yudhoyono juga menyambut baik upaya berbagai pihak untuk mengembangkan Pulau Bintan, sehingga dia dengan senang hati memberikan nama "Pesona Lagoi Bintan" dan berbagi inspirasi "Eat, Pray, Love".</span><br /><span class="post-content" style="margin-top: 20px;"></span><br /><span class="post-content" style="margin-top: 20px;">Bintan adalah salah satu dari sekian banyak gugusan pulau di Provinsi Kepulauan Riau. Bintan adalah salah satu "pintu" Indonesia karena tepat berhadapan dengan Singapura di sebelah utara.</span><br /><span class="post-content" style="margin-top: 20px;"></span><br /><span class="post-content" style="margin-top: 20px;">Pulau Bintan tidak terlalu besar. Seorang bisa melintas dari Tanjungpinang di sisi selatan hingga Lagoi di sisi utara hanya dalam waktu sekitar dua jam melalui jalur darat, dengan menggunakan mobil.</span><br /><span class="post-content" style="margin-top: 20px;"></span><br /><span class="post-content" style="margin-top: 20px;">Sisi utara Bintan, termasuk Lagoi, kini "disulap" menjadi <span style="font-style: italic;">resort</span> alias tempat berlibur. Kawasan ini membentang di sisi utara Pulau Bintan dengan luas mencapai ratusan hektare, dan langsung menghadap Singapura. "Pesona Lagoi Bintan" adalah salah satu proyek wisata yang digarap di kawasan itu.</span><br /><span class="post-content" style="margin-top: 20px;"></span><br /><span class="post-content" style="margin-top: 20px;">Direktur PT ND Rekayasa Prima yang juga anggota konsorsium pembangunan proyek tersebut, Noegroho Djadjoesman mengatakan, nilai investasi proyek "Pesona Lagoi Bintan" mencapai Rp16,5 triliun.</span><br /><span class="post-content" style="margin-top: 20px;"></span><br /><span class="post-content" style="margin-top: 20px;">"Kami merencanakan penanaman modal lebih dari Rp16,5 triliun," katanya saat memberikan sambutan di hadapan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, dalam acara peresmian proyek tersebut.</span><br /><span class="post-content" style="margin-top: 20px;"></span><br /><span class="post-content" style="margin-top: 20px;">Proyek itu dibangun oleh konsorsium yang terdiri dari PT ND Rekayasa Prima, dan dua perusahaan asing, yaitu Landmarks Berhad dan WHT Capital Sdn Berhad.</span><br /><span class="post-content" style="margin-top: 20px;"></span><br /><span class="post-content" style="margin-top: 20px;">Noegroho menjelaskan, perusahaan yang berbasis di Malaysia, Landmarks Berhad, telah membeli kawasan seluas 338 hektar itu pada 2006 dan akan membangun kawasan wisata bertema "Water City Resort".</span><br /><span class="post-content" style="margin-top: 20px;"></span><br /><span class="post-content" style="margin-top: 20px;">Kawasan itu memiliki sejumlah fasilitas, antara lain terminal kapal ferry internasional, terminal marina, terminal pesawat terbang laut, tempat kunjungan kapal pesiar, pelayanan imigrasi terpadu.</span><br /><span class="post-content" style="margin-top: 20px;"></span><br /><span class="post-content" style="margin-top: 20px;">Kawasan itu juga menawarkan sarana wisata air, pusat perbelanjaan, hotel, taman hiburan, dan villa.</span><br /><span class="post-content" style="margin-top: 20px;"></span><br /><span class="post-content" style="margin-top: 20px;">Selain itu, pengembang juga akan membangun permukiman, apartemen, ruang pertemuan, universitas, dan rumah sakit, yang semuanya berstandar internasional.</span><br /><span class="post-content" style="margin-top: 20px;"></span><br /><span class="post-content" style="margin-top: 20px;">Pembangunan tahap pertama kawasan itu diperkirakan selesai pada 2015 dan terhubung dengan pulau-pulau lain di Provinsi Kepulauan Riau.</span><br /><span class="post-content" style="margin-top: 20px;"></span><br /><span class="post-content" style="margin-top: 20px;">Namun, berdasar pantauan, sejumlah fasilitas di kawasan itu sudah dibangun. Lapangan golf yang terawat membentang di sisi kiri dan kanan jalan. Restoran dan sejumlah pusat kebugaran tertata apik, lengkap dengan petugas yang siap melayani dengan senyum sumringah.</span><br /><span class="post-content" style="margin-top: 20px;"></span><br /><a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhqDqnWvqT_h3NNf7kJ6eOFVv353N6J9HXmTqLOYusHRJfeHcfHQqH5jPINOEXJgb6CdlPYy5u9AjCAMzSN14cmebUMVbcKBRUe2d0zpgmUPwN2hLkOOLgIaPhpTubH1pSOlbt4LBn0oOEP/s1600/Lagoi+Bintan.jpg"><img style="margin: 0pt 10px 10px 0pt; float: left; cursor: pointer; width: 320px; height: 239px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhqDqnWvqT_h3NNf7kJ6eOFVv353N6J9HXmTqLOYusHRJfeHcfHQqH5jPINOEXJgb6CdlPYy5u9AjCAMzSN14cmebUMVbcKBRUe2d0zpgmUPwN2hLkOOLgIaPhpTubH1pSOlbt4LBn0oOEP/s320/Lagoi+Bintan.jpg" alt="" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5581249283737098338" border="0" /></a><span class="post-content" style="margin-top: 20px;">Sejumlah pengunjung juga mulai menggunakan fasilitas-fasilitas itu. Berdasarkan ciri fisik dan pengakuan langsung, sebagian besar dari mereka berasal dari Asia, khususnya Singapura. Sementara itu, sebagian pengunjung lainnya berasal dari Eropa dan Amerika.</span><br /><span class="post-content" style="margin-top: 20px;"></span><br /><span class="post-content" style="margin-top: 20px;">Cita rasa Singapura di wilayah kedaulatan Republik Indonesia itu memang begitu kental.</span><br /><span class="post-content" style="margin-top: 20px;"></span><br /><span class="post-content" style="margin-top: 20px;">Sebuah restoran di kawasan itu dipenuhi oleh warga negara Singapura. Mereka berbusana santai, tapi modis. Mereka berfoto, tertawa, dan bercanda menggunakan bahasa Inggris khas Singapura.</span><br /><span class="post-content" style="margin-top: 20px;"></span><br /><a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhfwfr83XraLpD358odX_L34zLPDm_k5MFGn71KvcjhztVdxjUDx4Nj9xxiPCp1EgQX8ysBJ4Kh-jGSMXkt1JpFwicFrT1alRGywUqVhQtS8jKLe4UQSxnUK2YkWFuHIQ8Q-RHk76s4dY4-/s1600/Lagoi+Bintan1.jpg"><img style="margin: 0pt 0pt 10px 10px; float: right; cursor: pointer; width: 320px; height: 239px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhfwfr83XraLpD358odX_L34zLPDm_k5MFGn71KvcjhztVdxjUDx4Nj9xxiPCp1EgQX8ysBJ4Kh-jGSMXkt1JpFwicFrT1alRGywUqVhQtS8jKLe4UQSxnUK2YkWFuHIQ8Q-RHk76s4dY4-/s320/Lagoi+Bintan1.jpg" alt="" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5581249561500950386" border="0" /></a><span class="post-content" style="margin-top: 20px;">Fasilitas di kawasan itu pun beroperasi dengan memerhatikan kenyamanan pengunjung, khususnya yang berasal dari Singapura. Hal itu terlihat dengan pengaturan tarif khusus yang menggunakan mata uang Singapura, bukan Rupiah.</span><br /><span class="post-content" style="margin-top: 20px;"></span><br /><span class="post-content" style="margin-top: 20px;">Sebuah restoran menyediakan informasi sejumlah fasilitas, misalnya lapangan golf lengkap dengan peralatan pendukungnya, sewa mobil lengkap dengan supirnya, sewa vila lengkap dengan perlengkapannya, dan sewa berbagai sarana olah raga lengkap dengan prasarananya. Lagi-lagi, semua tarif diatur dalam mata uang dolar Singapura.</span><br /><span class="post-content" style="margin-top: 20px;"></span><br /><span class="post-content" style="margin-top: 20px;">Infrastruktur di kawasan itu juga serba bagus. Lebar ruas jalan di kawasan itu mencapai sekitar 15 meter. Tidak ada lubang di semua ruas jalan, sehingga kendaraan bisa melaju dengan lancar.</span><br /><span class="post-content" style="margin-top: 20px;"></span><br /><span class="post-content" style="margin-top: 20px;">Pihak pengembang juga memperhatikan keindahan dengan menanam berbagai tanaman hias di samping ruas jalan.</span><br /><span class="post-content" style="margin-top: 20px;"></span><br /><span class="post-content" style="margin-top: 20px;">Hal itu berbeda dengan kondisi jalan di sekitar tempat tinggal penduduk setempat. Ruas jalan bagi masyarakat setempat lebih sempit dan kadang berlubang.</span><br /><span class="post-content" style="margin-top: 20px;"></span><br /><span class="post-content" style="margin-top: 20px;">Pihak pengembang membangun pos penjagaan dan pagar pembatas yang secara nyata memisahkan kawasan wisata terpadu dengan permukiman penduduk.</span><br /><span class="post-content" style="margin-top: 20px;"></span><br /><span class="post-content" style="margin-top: 20px;">Harapan presiden untuk menjadikan pembangunan kawasan Kepulauan Riau sebagai pendongkrak perekonomian lokal hendaknya ditaati dan diwujudkan. Hendaknya masyarakat setempat bisa ikut menikmati keindahan, bukan hanya melihat wisatawan Singapura yang sedang berlibur.</span><br /><span class="post-content" style="margin-top: 20px;"></span><br /><span class="post-content" style="margin-top: 20px;">Hendaknya inspirasi "Eat, Pray, Love" bisa menyentuh masyarakat Bintan, sehingga mereka bisa makan, berdoa, dan merasakan cinta di tanah kelahiran.</span><br /><span class="post-content" style="margin-top: 20px;"></span><br /><span class="post-content" style="margin-top: 20px;">Hendaknya Bintan benar-benar menjadi milik Indonesia, bukan menjadi "negara bagian" Singapura.<br /></span><div style="text-align: center;"><span class="post-content" style="margin-top: 20px;">*****</span><br /></div><span class="post-content" style="margin-top: 20px;"><br /></span><div style="text-align: left;"><span class="post-content" style="margin-top: 20px;">Cerita ini juga bisa dibaca di<a style="color: rgb(255, 0, 0);" href="http://www.antaranews.com/berita/248131/sby-dan-inspirasi-eat-pray-love"> http://www.antaranews.com/berita/248131/sby-dan-inspirasi-eat-pray-love</a></span><br /></div></div>sontrothttp://www.blogger.com/profile/14352931898563600770noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4619878662182349338.post-4421526807378718162011-03-01T11:41:00.004+07:002011-03-01T13:07:23.781+07:00BBB: Buku Bagus BuAniPak presiden SBY memang gemar menggelar rapat. Betapa tidak? Pak presiden masih punya tenaga untuk memimpin rapat setelah melakukan kunjungan kerja di Tanjungpinang selama tiga hari, akhir Februari 2011.<br /><div style="text-align: justify;"><br />Sebelum pak presiden terbang ke Jakarta, sejumlah menteri berduyun-duyun datang ke Bandara Raja Haji Fisabilillah, Tajungpinang. Ya, mereka tidak ingin terlambat menghadiri rapat yang dipimpin langsung oleh Pak SBY.<br /><br />Para menteri dan pejabat itu adalah Menteri Lingkungan Hidup Gusti Muhammad Hatta, Menteri Perindustrian M.S Hidayat, Menteri Kehutanan Zulkifli Hasan, Menteri Perhubungan Freddy Numberi, Menteri Kelautan dan Perikanan Fadel Muhammad, Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal Gita Wirjawan.<br /><br />Selain itu, juga ada Menteri Pertanian Suswono dan Ketua Komite Ekonomi Nasional Chaerul Tanjung yang tiba di Tanjungpinang menggunakan pesawat jet khusus.<br /><br />Beberapa menteri yang lain sudah berada di Tanjungpinang untuk mendampingi presiden, antara lain Menteri Koordinator Kesejahteraan Rakyat Agung Laksono, Menteri Koordinator Perekonomian Hatta Rajasa, Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Jero Wacik, Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro, dan Mensesneg Sudi Silalahi.<br /><br />Di dalam rapat, mereka bicara tentang pembangunan dan gelontoran dana investasi di Kepulauan Riau.<br /><br />SBY memang pintar, begitu kata banyak orang. Kata orang juga, pidatonya memukau; bahkan sampai dibukukan sebagai pidato yang mengguncang dunia.<br /><br />Bicara soal buku, Pak SBY sempat digempur dengan kabar pembagian buku di sejumlah sekolah di Jawa Tengah. Buku-buku itu berisi seluk beluk SBY; seorang mantan jenderal yang menjadi presiden....yang masih sempat mecipta lagu saat masyarakat bingung dengan kenaikan harga cabai.<br /><br />Bicara soal pembagian buku, saya sempat mengintip kajadian menarik di Tanjungpinang.<br /><br />Alkisah, semua orang setia menunggu pak presiden yang sedang memimpin rapat. Ada yang menunggu di dalam ruangan, ada yang menunggu sambil duduk di kursi yang tertata rapai di koridor, ada juga yang nunggu sambil berpanas-panas di pinggir landasan pacu.<br /><br />Beberapa dari mereka adalah ibu-ibu pejabat daerah. Jangan sekali-kali anda berpikir ibu-ibu itu menunggu sambil berpanas-panasan. Ajudan dan panitia telah menyediakan kursi untuk diduduki, tepat di bawah atap yang tak tertembus sinar terik mentari.<br /><br />Entah dari mana asalnya, tiba-tiba saja ada sepasang petugas yang menghampiri para istri pejabat itu. Satu petugas pria membawa tas plastik besar, dan seorang petugas wanita mendampingi.<br /><br />Di depan salah seorang ibu pejabat yang sedang duduk manis, petugas wanita tadi mengambil sejumlah buku yang berada di dalam kantong plastik yang dibawa rekannya.<br /><br />Melihat sampulnya, saya langsung mengenali buku yang dibagikan. Buku itu adalah biografi Ani Yudhoyono yang juga pasangan hati pak presiden. Judul buku itu adalah "Ani Yudhoyono, Kepak Sayap Putri Prajurit".<br /><br />Namun, saya tidak begitu tahu tentang buku lain yang juga dibagikan. Yang jelas, ada gambar Bu Ani di sampul buku-buku itu.<br /><br />Saya tidak sempat bertanya kepada ibu-ibu pejabat kenapa mereka mendapat buku-buku itu. Saya juga tidak sempat bertanya apakah buku itu dibeli atau gratis. Yang jelas saya tidak melihat transaksi jual beli di sana.<br /><br /><a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj5bGkURtBPPlSCJm2KCPWw3DZo9QQWylz0sLk8wC4TriUsrVxSGzk2zuu7qXEljg59gpqn9oRAC6yJwvxv2Fwr_E11EHIzoXVwPbMRR7dVX_CmqdrneAhP4sujSEJSru5ymMCfA9GGqrmD/s1600/Buku+Ani+Yudhoyono1.jpg"><img style="margin: 0pt 10px 10px 0pt; float: left; cursor: pointer; width: 320px; height: 240px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj5bGkURtBPPlSCJm2KCPWw3DZo9QQWylz0sLk8wC4TriUsrVxSGzk2zuu7qXEljg59gpqn9oRAC6yJwvxv2Fwr_E11EHIzoXVwPbMRR7dVX_CmqdrneAhP4sujSEJSru5ymMCfA9GGqrmD/s320/Buku+Ani+Yudhoyono1.jpg" alt="" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5578967618170898242" border="0" /></a>Ibu-ibu itu girang. Mereka bolak-balik buku itu, sambil terus tersenyum tentunya. Ibu-ibu lain yang melihat menjadi penasaran. Alhasil, hinggaplah buku Bu Ani itu dari satu tangan ke tangan yang lain.<br /><br />Sepertinya, membaca buku adalah kegiatan yang sudah membudaya di keluarga Pak SBY.<br /><br />Akhir-akhir ini, saya juga mulai melihat kebudayaan lain dari anggota keluarga pak presiden; 'membukukan' diri supaya dibaca orang lain. Mengapa demikian? sepertinya hanya beliau-beliau yang tahu.<br /><br />Ah, saya jadi ingat kata-kata Pak Frederick Douglass, salah satu tokoh reformasi sosial di Amerika. Dia bilang, <span style="font-style: italic;">"Once you learn to read, you will be forever free"</span>.<br /><br />Semoga ibu-ibu pejabat daerah itu menemukan kebebasan setelah membaca buku tentang Bu Ani, bukan malah tepenjara dalam alam pikiran tertentu.<br /><div style="text-align: center;">*****<br /></div></div><input id="gwProxy" type="hidden"><!--Session data--><input onclick="jsCall();" id="jsProxy" type="hidden"><div id="refHTML"></div><input id="gwProxy" type="hidden"><!--Session data--><input onclick="jsCall();" id="jsProxy" type="hidden"><div id="refHTML"></div>sontrothttp://www.blogger.com/profile/14352931898563600770noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-4619878662182349338.post-64927234252850140562011-02-07T17:58:00.004+07:002011-02-07T18:09:43.649+07:00Berpisah Dengan Orang Tua di Mesir<a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjnsYkFIjV-C-xrOjod-mZuV0quk7YX6YJguG4qx1cVzt7MYCM4AMtvaoEb8VzP4q8oJcsM_tyVFyJrj3m6FPkzZxuBUYjg9mr9dfJx7okqfuMate226B4UK_YXg5z1IKMFls7MnpWMDKbN/s1600/alla.jpeg"><img style="margin: 0pt 10px 10px 0pt; float: left; cursor: pointer; width: 221px; height: 166px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjnsYkFIjV-C-xrOjod-mZuV0quk7YX6YJguG4qx1cVzt7MYCM4AMtvaoEb8VzP4q8oJcsM_tyVFyJrj3m6FPkzZxuBUYjg9mr9dfJx7okqfuMate226B4UK_YXg5z1IKMFls7MnpWMDKbN/s320/alla.jpeg" alt="" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5570902839171334466" border="0" /></a><span class="post-content" style="margin-top: 20px;">Rambut gadis itu berminyak. Bukan minyak wangi, namun minyak yang keluar dari pori-pori kulit kepala yang membasahi rambut sebahu itu.</span><br /><div style="text-align: justify;"><br /><span class="post-content" style="margin-top: 20px;"> Rambutnya saling silang, tak tersisir rapi layaknya bocah sebaya yang selalu dimanja dalam hangat dekapan orang tua.</span><br /><span class="post-content" style="margin-top: 20px;"></span><br /><span class="post-content" style="margin-top: 20px;"> Kaos lengan panjang bercorak garis-garis melintang yang dia kenakan memang masih terlihat cerah, namun kusut. </span><br /><span class="post-content" style="margin-top: 20px;"></span><br /><span class="post-content" style="margin-top: 20px;"> Afna, bocah yang baru empat tahun berada di dunia itu, harus merasakan sepinya hati. Dia terpisah dari kedua orang tuanya yang kini sedang mengadu nasib dalam kemelut di Mesir. Jarak dan waktu memisahkan mereka.</span><br /><span class="post-content" style="margin-top: 20px;"></span><br /><span class="post-content" style="margin-top: 20px;"> Di samping Afna, seorang bocah mungil lainnya duduk termangu. Namanya Ala, saudara sekandung Afna yang hanya dua tahun lebih tua.</span><br /><span class="post-content" style="margin-top: 20px;"></span><br /><span class="post-content" style="margin-top: 20px;"> Penampilan Ala tak jauh berbeda. Kaos kuning yang dia kenakan tak lagi rapi, terlipat tak teratur. </span><br /><span class="post-content" style="margin-top: 20px;"></span><br /><span class="post-content" style="margin-top: 20px;"> Matanya sembab dan basah oleh air mata yang terus mengalir. Jilbab yang menutup sebagian wajah tak mampu menutup kesedihan yang terpancar dari mata mungilnya.</span><br /><span class="post-content" style="margin-top: 20px;"></span><br /><span class="post-content" style="margin-top: 20px;"> Mulut mereka selalu terkatup, hanya terbuka ketika rintih tangis tak tertahan.</span><br /><span class="post-content" style="margin-top: 20px;"></span><br /><span class="post-content" style="margin-top: 20px;"> </span><br /><span class="post-content" style="margin-top: 20px;"> <span style="font-weight: bold;">Kasih</span></span><br /><span class="post-content" style="margin-top: 20px;"></span><br /><span class="post-content" style="margin-top: 20px;"> Afna dan Ala masih bisa bercengkerama ketika Mesir masih damai. Mereka berada di negeri orang karena harus bersama sang ayah, Muhammad Taisri, yang sedang menuntut ilmu di Kairo. Sang ibu, Umi Khulsum, juga turut serta. </span><br /><span class="post-content" style="margin-top: 20px;"></span><br /><span class="post-content" style="margin-top: 20px;"> Keluarga itu hidup dalam kebersamaan, hingga pada akhirnya Mesir tersulut amarah demonstran yang menuntut Presiden Hosni Mubarak turun tahta.</span><br /><span class="post-content" style="margin-top: 20px;"></span><br /><span class="post-content" style="margin-top: 20px;"> Amuk masa membuat semua orang tertunduk haru, termasuk keluarga Afna. Namun, masih ada kasih di dalam amuk masa. Kasihlah yang menyelamatkan Afna dan Ala.</span><br /><span class="post-content" style="margin-top: 20px;"></span><br /><span class="post-content" style="margin-top: 20px;"> Setelah kerusuhan melanda Kairo, keadaan sangat mencekam. Semua orang seperti berlomba untuk lari dari kerusuhan. Beberapa dari mereka berusaha keluar dari Mesir, sedangkan yang lain tetap tinggal dan berusaha mengunci pintu rumah rapat-rapat.</span><br /><span class="post-content" style="margin-top: 20px;"></span><br /><span class="post-content" style="margin-top: 20px;"> Pemerintah sejumlah negara pun saling beradu cepat untuk menyelamatkan warga negaranya yang terjebak. Pemerintah Indonesia juga turun tangan.</span><br /><span class="post-content" style="margin-top: 20px;"></span><br /><span class="post-content" style="margin-top: 20px;"> Ribuan warga Indonesia tinggal di Mesir, jumlahnya sekitar 6.149 orang. Sebagian besar dari mereka adalah mahasiswa beserta keluarganya, sedangkan sisanya adalah tenaga kerja dan wisatawan.</span><br /><span class="post-content" style="margin-top: 20px;"></span><br /><span class="post-content" style="margin-top: 20px;"> "Sekarang mereka berkomunikasi melalui 20 posko," kata Menteri Luar Negeri, Marty Natalegawa dalam keterangannya di Jakarta. </span><br /><span class="post-content" style="margin-top: 20px;"></span><br /><span class="post-content" style="margin-top: 20px;"> Beberapa hari setelah kerusuhan, para petugas Kedutaan Besar Republik Indonesia di Kairo mengumumkan bahwa akan dilakukan evakuasi udara bagi warga negara Indonesia.</span><br /><span class="post-content" style="margin-top: 20px;"></span><br /><span class="post-content" style="margin-top: 20px;"> Evakuasi itu akan dilakukan secara bertahap. Untuk itu, semua warga negara Indonesia diminta berkumpul di lokasi yang telah ditentukan. Setelah itu, petugas akan membimbing mereka ke bandara untuk selanjutnya diterbangkan menuju Tanah Air.</span><br /><span class="post-content" style="margin-top: 20px;"></span><br /><span class="post-content" style="margin-top: 20px;"> Afna, Ala, dan kedua orang tua mereka juga sibuk berbenah. Tak butuh waktu lama, mereka bergabung dengan rombongan menuju bandara dengan satu tujuan, pulang ke Indonesia.</span><br /><span class="post-content" style="margin-top: 20px;"></span><br /><span class="post-content" style="margin-top: 20px;"> Sesampainya di bandara, mereka masih harus menunggu. Keinginan untuk kembali ke Tanah Air harus dipendam sesaat setelah mereka mengetahui keterbatasan yang ada.</span><br /><span class="post-content" style="margin-top: 20px;"></span><br /><span class="post-content" style="margin-top: 20px;"> Pemerintah saat itu hanya menyediakan satu pesawat terbang berkapasitas sekitar 400 orang. Mau tidak mau, pemerintah harus membuat keputusan yang mungkin pahit bagi sebagian orang, termasuk keluarga Afna. </span><br /><span class="post-content" style="margin-top: 20px;"></span><br /><span class="post-content" style="margin-top: 20px;"> Hanya sebagian warga negara Indonesia yang bisa pulang saat itu. Orang tua Afna dan Ala tidak termasuk di dalamnya.</span><br /><span class="post-content" style="margin-top: 20px;"></span><br /><span class="post-content" style="margin-top: 20px;"> Pemerintah sebenarnya mengutamakan pemulangan kepada wanita dan anak-anak. Namun, nasib baik memang belum berpihak. Ibunda Afna tidak masuk dalam daftar.</span><br /><span class="post-content" style="margin-top: 20px;"></span><br /><span class="post-content" style="margin-top: 20px;"> Pada saat-saat yang menentukan itu, Muhammad Taisri dan Umi Khulsum membuat keputusan. Kasih membimbing mereka untuk tabah terpisah dari buah hati, Afna dan Ala. </span><br /><span class="post-content" style="margin-top: 20px;"></span><br /><span class="post-content" style="margin-top: 20px;"> Dua gadis kecil itu dititipkan kepada orang lain supaya bisa pulang ke Indonesia. Adalah Asep Anwar Mustofa (30) yang memikul kepercayaan untuk mengantar dua gadis itu ke Indonesia.</span><br /><span class="post-content" style="margin-top: 20px;"></span><br /><span class="post-content" style="margin-top: 20px;"> "Kita ketemu di airport, ternyata ini anaknya, kemudian mereka menitipkan ketika ketemu di bandara," kata Asep.</span><br /><span class="post-content" style="margin-top: 20px;"></span><br /><span class="post-content" style="margin-top: 20px;"> Pria asal Garut, Jawa Barat, itu juga mahasiswa di Kairo. Dia bersama istrinya, Kharifah Khairani, menerima tanggung jawab itu dengan tulus.</span><br /><span class="post-content" style="margin-top: 20px;"></span><br /><span class="post-content" style="margin-top: 20px;"> </span><br /><span class="post-content" style="margin-top: 20px;"> <span style="font-weight: bold;">Mencekam</span></span><br /><span class="post-content" style="margin-top: 20px;"></span><br /><span class="post-content" style="margin-top: 20px;"> Asep dan Kharifah tak sampai hati untuk menolak permintaan rekannya. Dia tidak tega meninggalkan Afna dan Ala di Mesir yang sedang berkecamuk.</span><br /><span class="post-content" style="margin-top: 20px;"></span><br /><span class="post-content" style="margin-top: 20px;"> Selama penerbangan menuju Jakarta, kedua bocah itu selalu bersama Asep dan Kharifah. Bahkan, kata Kharifah, gadis-gadis mungil itu selalu memeluk erat.</span><br /><span class="post-content" style="margin-top: 20px;"></span><br /><span class="post-content" style="margin-top: 20px;"> Sejak saat itu, dia bertekad menyelamatkan Afna dan Ala.</span><br /><span class="post-content" style="margin-top: 20px;"></span><br /><span class="post-content" style="margin-top: 20px;"> "Pesannya supaya segera ditemukan dengan nenek mereka di Jakarta," kata Kharifah menirukan keinginan hati orang tua Afna dan Ala saat berpisah di Mesir.</span><br /><span class="post-content" style="margin-top: 20px;"></span><br /><span class="post-content" style="margin-top: 20px;"> Asep menambahkan, warga negara Indonesia di Kairo hanya berpikir bagaimana cara supaya keluar dari negeri itu. </span><br /><span class="post-content" style="margin-top: 20px;"></span><br /><span class="post-content" style="margin-top: 20px;"> Menurut dia, situasi Kairo sudah tidak terkendali dan mencekam. Semua warga tidak boleh keluar rumah sejak pukul tiga sore sampai tiga dini hari waktu setempat.</span><br /><span class="post-content" style="margin-top: 20px;"></span><br /><span class="post-content" style="margin-top: 20px;"> Ketika warga memutuskan untuk ke luar, mereka harus berhadapan dengan tentara.</span><br /><span class="post-content" style="margin-top: 20px;"></span><br /><span class="post-content" style="margin-top: 20px;"> "Di tiap belokan ada penjagaan dari tentara Mesir," kata Asep.</span><br /><span class="post-content" style="margin-top: 20px;"></span><br /><span class="post-content" style="margin-top: 20px;"> Asep juga menyatakan, jumlah makanan semakin menipis. Bahkan, katanya, persediaan bahan pangan di sejumlah tempat mulai habis. Kalaupun ada, harganya sangat mahal.</span><br /><span class="post-content" style="margin-top: 20px;"></span><br /><span class="post-content" style="margin-top: 20px;"> "Apalagi kami tidak bisa mengambil uang dari bank atau ATM," katanya menambahkan.</span><br /><span class="post-content" style="margin-top: 20px;"></span><br /><span class="post-content" style="margin-top: 20px;"> Suasana semakin mencekam, ketika sejumlah stasiun televisi memberitakan kaburnya puluhan tahanan dari penjara dan maraknya penjarahan.</span><br /><span class="post-content" style="margin-top: 20px;"></span><br /><span class="post-content" style="margin-top: 20px;"> Hal-hal itulah yang membuat Asep dan Kharifah mau membimbing Afna dan Ala pulang ke Indonesia.</span><br /><span class="post-content" style="margin-top: 20px;"></span><br /><span class="post-content" style="margin-top: 20px;"> Sedikitnya 411 warga negara Indonesia berhasil pulang ke Indonesia. Sujud syukur, tangis haru, hingga tawa berderai ketika mereka tiba di terminal haji Bandara Soekarno Hatta, Tangerang, Rabu (2/2) siang. </span><br /><span class="post-content" style="margin-top: 20px;"></span><br /><span class="post-content" style="margin-top: 20px;"> Mereka bertemu sanak saudara, saling berpelukan. Begitu banyak orang berkumpul, sehingga kursi yang berjajar rapi di terminal itu terpakai, tak tersisa.</span><br /><span class="post-content" style="margin-top: 20px;"></span><br /><span class="post-content" style="margin-top: 20px;"> Di kursi barisan depan, Afna duduk di pangkuan Kharifah. Dia peluk erat tubuh perempuan yang bukan ibunya itu, dengan mata yang masih berkaca-kaca.</span><br /><span class="post-content" style="margin-top: 20px;"></span><br /><span class="post-content" style="margin-top: 20px;"> Di sebelahnya, Ala bersandar lunglai di bahu Asep. Lelaki yang bukan ayahnya itu tak henti mengelus pundak si gadis kecil.</span><br /><span class="post-content" style="margin-top: 20px;"></span><br /><span class="post-content" style="margin-top: 20px;"> Afna dan Ala masih harus menunggu untuk bisa bertemu orang tua yang masih bertahan hidup di Mesir.</span><br /><span class="post-content" style="margin-top: 20px;"></span></div><div style="text-align: center;"><span class="post-content" style="margin-top: 20px;">*****</span><br /><div style="text-align: left;"><br />Cerita ini juga bisa dibaca di <a style="color: rgb(255, 0, 0);" href="http://www.antaranews.com/berita/244509/berpisah-dengan-orang-tua-di-mesir">http://www.antaranews.com/berita/244509/berpisah-dengan-orang-tua-di-mesir</a><br /></div><div style="text-align: left;"><br /></div><span class="post-content" style="margin-top: 20px;"></span></div>sontrothttp://www.blogger.com/profile/14352931898563600770noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-4619878662182349338.post-61447042980633273582011-01-05T14:28:00.005+07:002011-01-05T14:55:46.449+07:00"Jangan!...Bapak Presiden Tidak Senang"Dia tidak banyak bicara. Bahasanya ringkas. Suaranya berat, seakan tertekan oleh timbunan otot tubuhnya. Kalimat bertingkat jarang keluar dari mulutnya ketika berbicara di hadapan sejumlah wartawan di Komplek Istana Kepresidenan.<br /><div style="text-align: justify;"><br />Dia adalah Kolonel Eko Margiono. Jangan main-main dengannya. Mendengar jabatannya saja mungkin anda akan berpikir ulang untuk "cengengesan". Dia adalah Komandan Grup A Pasukan Pengamanan Presiden.<br /><br />Sebelum mulai berbicara, Pak Eko harus meninggikan penyangga mikrofon yang baru saja digunakan oleh pembicara sebelumnya. Rupanya, penyangga mikrofon itu tidak terlalu tinggi untuk menyesuaikan dengan postur sang kolonel.<br /><br />Saat itu, 4 Desember 2010, pak kolonel didaulat untuk memberikan arahan tentang "kode etik" peliputan di komplek Istana Kepresidenan.<br /><br />Tanpa banyak cakap, pak kolonel menegaskan pihak Paspampres tidak berniat untuk membatasi dan mencampuri pekerjaan para kuli tinta. Paspampres, katanya, hanya berusaha menegakkan perilaku ideal bagi setiap orang yang bertugas di Istana, termasuk wartawan.<br /><br />Dan sejumlah larangan pun disampaikan.<br /><br /><a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEimLkQkZNWr7Y_oLq2-yUt16vQld9TBoCDiIUB8485v1W8mhNMO0Qj6nm0juVSJDVFdauzrw3FfLDft4q_wJPzTczzWgW0EPRCKY3dg-gBgEbepNlJjHKcjjNGEYKzF1htrePRAuTCkMzQk/s1600/no+smoking.jpg"><img style="margin: 0pt 0pt 10px 10px; float: right; cursor: pointer; width: 300px; height: 225px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEimLkQkZNWr7Y_oLq2-yUt16vQld9TBoCDiIUB8485v1W8mhNMO0Qj6nm0juVSJDVFdauzrw3FfLDft4q_wJPzTczzWgW0EPRCKY3dg-gBgEbepNlJjHKcjjNGEYKzF1htrePRAuTCkMzQk/s320/no+smoking.jpg" alt="" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5558607215700298578" border="0" /></a>Saya hanya mampu mengingat beberapa larangan saja. Yang paling saya ingat adalah soal rokok. Semua yang masuk ke komplek Istana dilarang keras merokok di sembarang tempat. Sejumlah ruangan khusus telah disediakan bagi mereka yang "kebelet" menghisap lintingan tembakau yang sengaja dibakar itu.<br /><br />Pak kolonel tidak menyebut alasan kesehatan untuk larangan merokok itu. Satu-satunya alasan yang dia sebutkan adalah kenyataan bahwa Pak Presiden SBY tidak merokok.<br /><br />"Kalau masuk ke suatu tempat dan tercium bau rokok, bapak presiden tidak senang," begitu kira-kira pak kolonel menjelaskan.<br /><br />Dengan alasan itu, Paspampres akan sangat leluasa melarang siapapun untuk merokok sembarangan ketika ada presiden di tempat itu.<br /><br />Pak kolonel mengaku pernah menegur seorang pejabat tinggi sebuah stasiun televisi swasta di dalam pesawat kepresidenan. Saat itu, sang pejabat sedang asyik mengepulkan asap rokok yang baru saja dia hisap di dalam kabin pesawat. Saat itu juga, sang kolonel menegur dan memberikan dua pilihan, matikan rokok atau pergi kokpit pesawat jika tetap ingin merokok.<br /><br />Kolonel Eko tidak melanjutkan cerita. Entah apa akhirnya yang dipilih oleh bos televisi itu. Yang jelas, dia harus melewati para menteri dan presiden jika "ngotot" merokok di kokpit. Waduhh...saya tak bisa membayangkan kalau harus "mundhuk-mundhuk" di depan presiden :)<br /><br />Larangan berikutnya terkait dengan rambut. Pak Kolonel menghimbau semua yang masuk ke Istana atau mengikuti kegiatan presiden untuk menata rambut dengan rapi.<br /><br />"Tidak harus cepak," katanya.<br /><br />Dia kemudian menjelaskan, rambut panjang boleh, asalkan ditata dengan rapi. Ketika pak kolonel bicara soal rambut, saya langsung membayangkan pak presiden SBY yang berambut rapi jali...bahkan selalu basah tertata setiap kali tampil di hadapan rakyatnya.<br /><br />Selain rokok, Paspampres juga sangat perhatian dengan urusan jongkok. Tapi kali ini tidak disampaikan oleh Kolonel Eko.<br /><br />Alkisah, ada seorang wartawan wanita yang sedang jongkok di suatu tempat di komplek istana. Si mbak wartawan melakukannya setelah seorang anggota Paspampres meminta rombongan wartawan untuk menghentikan langkah karena iring-iringan mobil kepresidenan akan memasuki istana. Mungkin si mbak jongkok sambil menunggu instruksi untuk kembali melangkah.<br /><br />Posisi enak si mbak wartawan tidak bertahan lama. Pak Paspampres dengan sigap memintanya kembali berdiri. "Nanti pak presiden lihat," kata Pak Paspampres.<br /><br />Oke, cukup. Sekarang kita bicara tentang pakaian. Kali ini, giliran Kepala Biro Pers dan Media, DJ Nachrowi yang memberikan pembekalan kepada para wartawan.<br /><br />Pria yang akrab disapa Pak DJ (baca: pak dije) itu mengulas pakaian yang pantas bagi semua "penghuni" istana. Pak DJ merinci pakaian yang layak versi istana adalah celana atau rok berbahan bukan jins, kemeja, batik, dan sepatu resmi.<br /><br />"Istana adalah simbol kenegaraan," begitu kurang lebih alasan Pak DJ.<br /><br /><a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhJ6u13sIRZuoUpWC2oPegBexcPieZ6uldcAKVfgGlcf2ww2tokHtF52Zl0McOI-NpbUSNx3_AP1Q5DeZ2k_vLilzfF1lgi2uv7auc4BQuxhDyp3vden7RVwJKDrnIxsLH5S-8DmRnCiFZw/s1600/legging.jpg"><img style="margin: 0pt 10px 10px 0pt; float: left; cursor: pointer; width: 150px; height: 200px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhJ6u13sIRZuoUpWC2oPegBexcPieZ6uldcAKVfgGlcf2ww2tokHtF52Zl0McOI-NpbUSNx3_AP1Q5DeZ2k_vLilzfF1lgi2uv7auc4BQuxhDyp3vden7RVwJKDrnIxsLH5S-8DmRnCiFZw/s200/legging.jpg" alt="" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5558603410474512290" border="0" /></a>Pak DJ mengatakan, semua yang masuk ke istana, termasuk wartawan, tidak boleh memakai "blue jeans". Tapi, bapak yang satu ini tidak menjelaskan apakah jins dengan warna lain boleh dipakai atau tidak.<br /><br />Pak DJ juga tidak memberikan toleransi kepada segala macam jenis celana berbahan elastis dan melakat ketat di kulit. Anak sekarang menyebutnya "legging". Pakaian jenis ini tidak boleh dikenakan di dalam istana, meski dipadukan dengan jenis pakaian resmi yang lain. Mohon pecinta atau pemerhati mode untuk memaklumi, hehehe...<br /><br />Sepatu olah raga dan sandal juga menjadi "barang terlarang" di istana. Intinya kegiatan di istana, kecuali kegiatan khusus, adalah acara resmi yang hanya boleh dihadiri oleh mereka yang berpakaian resmi pula. Wah..saya jadi khawatir, bisa jadi saudara-saudara kita di pedalaman--yang juga warga negara--harus menanggalkan identitas kebudayaan dan kearifan lokal jika hendak ke istana :(<br /><br />Omong-omong soal sandal; kalau memang sandal tidak boleh dipakai di istana, apa arti foto berikut menurut anda?<br /></div><br /><div style="text-align: center;"><a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhKw_Tg97Z2tzqhyphenhyphen-e83oxKMLIrULtlqGlowfTWUroQG7pU_fJNO_aQDybbM3T_eenOZPNTbxN8zGL9mwlQUDFpOctabOyrD4uG3-mJ6UQkbk1s_9gVaDXOQJdc6OvSqyA0g4fc0TsEJK-L/s1600/sby+sendal.jpg"><img style="margin: 0px auto 10px; display: block; text-align: center; cursor: pointer; width: 214px; height: 320px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhKw_Tg97Z2tzqhyphenhyphen-e83oxKMLIrULtlqGlowfTWUroQG7pU_fJNO_aQDybbM3T_eenOZPNTbxN8zGL9mwlQUDFpOctabOyrD4uG3-mJ6UQkbk1s_9gVaDXOQJdc6OvSqyA0g4fc0TsEJK-L/s320/sby+sendal.jpg" alt="" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5558601134914883954" border="0" /></a>*****<br /></div>Foto-foto diunduh dari www.google.co.idsontrothttp://www.blogger.com/profile/14352931898563600770noreply@blogger.com5tag:blogger.com,1999:blog-4619878662182349338.post-8208356008301317692011-01-03T20:06:00.009+07:002011-01-04T17:30:45.582+07:00Kedahsyatan Bahasa Inggris Pak Presiden<a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhdeMrGRcUdDDn_ZNjYrcqFXUC162-ZToPH65CPd9TEwqC6NCo6eiK0gx0yg8QEQQAz9Je7bvQczDdSgB5XN6YK7I3BN8Gkn4KwMb88VdsWdLN6A7Fl37r7kEhZWk9HAO_DeVaoNISgIY5e/s1600/SBY-BEI.jpg"><img style="margin: 0pt 10px 10px 0pt; float: left; cursor: pointer; width: 320px; height: 214px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhdeMrGRcUdDDn_ZNjYrcqFXUC162-ZToPH65CPd9TEwqC6NCo6eiK0gx0yg8QEQQAz9Je7bvQczDdSgB5XN6YK7I3BN8Gkn4KwMb88VdsWdLN6A7Fl37r7kEhZWk9HAO_DeVaoNISgIY5e/s320/SBY-BEI.jpg" alt="" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5557947125505177474" border="0" /></a><meta name="GENERATOR" content="OpenOffice.org 2.4 (Win32)"><style type="text/css"> <!-- @page { size: 21cm 29.7cm; margin: 2cm } P { margin-bottom: 0.21cm } --> </style> <p style="margin-bottom: 0cm; text-align: justify;"> Pagi itu, iring-iringan mobil kepresidenan meluncur ke kawasan elit di Jalan Jenderal Sudirman, Jakarta. Deretan mobil mengkilat dan puluhan puluhan anggota pasukan pengamanan presiden berjajar rapi, tepatnya di depan gedung Bursa Efek Indonesia. </p><div style="text-align: justify;"> </div><p style="margin-bottom: 0cm; text-align: justify;"> Ya, hari itu..3 Januari 2010, Pak SBY akan membuka perdagangan saham perdana.</p><div style="text-align: justify;"> </div><p style="margin-bottom: 0cm; text-align: justify;"> Seperti biasa, persiapan kedatangan pak presiden sungguh sangat matang. Semua alat kelengkapan, termasuk Podium Garuda, disiapkan. Maklum, pak presiden akan berpidato di acara itu.</p><div style="text-align: justify;"> </div><p style="margin-bottom: 0cm; text-align: justify;"> Pak SBY pun tiba di tempat acara. Tanpa berlama-lama, pemandu acara langsung mengambil alih komando dan meminta hadirin memberikan tepuk tangan meriah untuk menyambut sang presiden.</p><div style="text-align: justify;"> </div><p style="margin-bottom: 0cm; text-align: justify;"> Nampaknya, acara itu dihadiri orang-orang kaya, penting, dan pintar. Semua mengenakan baju batik, rapi, dan...wangi. Mereka yang bukan berasal dari kalangan itu dilarang bergabung. Orang-orang tak penting itu, termasuk aku, ditempatkan di ruang tertentu...terpisah dari pusat acara.</p><div style="text-align: justify;"> </div><p style="margin-bottom: 0cm; text-align: justify;"> Namun, kami masih beruntung karena boleh mendengarkan dan menyaksikan pidato pak presiden melalui layar televisi.</p><div style="text-align: justify;"> </div><p style="margin-bottom: 0cm; text-align: justify;"> Aku berharap mendapat pelajaran berharaga dari pidato itu, khususnya tentang seluk beluk saham dan perekonomian.</p><div style="text-align: justify;"> </div><p style="margin-bottom: 0cm; text-align: justify;"> Rambutku seperti rontok seketika setelah mencerna kata demi kata dalam pidato pak presiden. Banyak kata asing yang tak kumengerti. Ya, pak presiden mengumbar sejumlah kata dalam bahasa Inggris.</p><div style="text-align: justify;"> </div><p style="margin-bottom: 0cm; text-align: justify;"> Sepertinya rambutku tak kuat menancapkan akarnya setelah kulit kepalaku memanas karena otakku bekerja keras menerka maksud yang ingin disampaikan pak presiden dalam pidatonya. Maklum, orang kampung ini tak fasih berbahasa Inggris.</p><div style="text-align: justify;"> </div><p style="margin-bottom: 0cm; text-align: justify;"> Pak SBY berpidato sekitar satu jam. Dalam satu jam itu pula, rangkaian kata asing berderet seperti semut yang girang karena menemukan tumpukan gula. Mereka berjubel, berdesakan.</p><div style="text-align: justify;"> </div><p style="margin-bottom: 0cm; text-align: justify;"> Pak presiden paling gemar menerjemahkan kata dari bahasa Indonesia ke dalam bahasa Inggris, misalnya “Dalam melakukan evaluasi kita harus merujuk pada parameter dan ukuran yang jelas. <i>Correct measurement”.</i></p><div style="text-align: justify;"> </div><p style="margin-bottom: 0cm; text-align: justify;"> <span style="font-style: normal;">Keberuntungan memang belum memihakku. Aku harus terus memutar otak ketika pak presiden menggbungkan serentetan kata bahasa Inggris untuk menggantikan sejumlah kata bahasa Indonesia sekaligus. </span> Misalnya ketika pak SBY berkata, “Sambil kita membangun diri menuju <i>emerging power, emerging nation, emerging country, emerging economy</i>, mari kita pastikan tiga pilar itu berjalan secara simultan.”</p><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;"> </div><p style="text-indent: 0.42cm; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;"> Bahkan, dalam beberapa kalimat, pak SBY nampak lugas membuat terobosan dalam kaidah berbahasa Indonesia. Dia memadukan kata asing sedemikian rupa sehingga diucapkan dalam nuansa bahasa Indonesia. Singkat kata, kata-kata asing itu dipaksa untuk menjadi kata dalam bahasa Indonesia.</p><p style="text-indent: 0.42cm; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">Coba anda perhatikan kalimat berikut ini, “<i>Unemployment</i> menurun. Banyak negara yang meledak <i>unemploymentnya,”</i></p><p style="text-indent: 0.42cm; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">"Kita punya RPJPN yaitu <i>time horizon</i>nya 2025."</p><p style="text-indent: 0.42cm; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;"><span style="font-style: normal;">Atau kalimat yang satu ini, “</span>Apa faktor yang bisa menggagalkan pencapaian sasaran itu, atau dari perspektif yang lain <i>what kind of assumptions</i> yang bisa kita tetapkan…”</p><div style="text-align: justify;"> </div><p style="text-indent: 0.42cm; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">Ah...saya jadi ingat Cinta Laura. Pasti anda tahu siapa dia...</p><div style="text-align: justify;"> </div><p style="text-indent: 0.42cm; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">Sudahlah, saya tidak akan lama-lama bercerita. Harapanku untuk mendengarkan pidato yang mudah dimengerti telah sirna.</p><div style="text-align: justify;"> </div><p style="text-indent: 0.42cm; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">Mungkin aku terjebak pada berita yang menyebutkan presiden kita ternyata adalah salah satu dari enam<a href="http://berita.liputan6.com/sosbud/200310/64461/Penghargaan.Berbahasa.Indonesia.Terbaik.bagi.Sejumlah.Tokoh"> <span style="color: rgb(255, 0, 0);">tokoh berbahasa Indonesia lisan terbaik</span></a> versi Pusat Bahasa Departemen Pendidikan. Beliau menerima penghargaan itu pada 2003 silam, ketika masih menjadi Menko Polkam.</p><div style="text-align: justify;"> </div><p style="text-indent: 0.42cm; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;"> Bahkan, pada awal Januari 2009, pak SBY pernah<span style="color: rgb(255, 0, 0);"> </span><a style="color: rgb(255, 0, 0);" href="http://www.antaranews.com/view/?i=1233403444&c=SBH&s=">menyindir Kapolri Jenderal Pol Bambang Hendarso Danuri</a> untuk menghindari penggunaan kata asing dan selalu berusaha menggunakan bahasa Indonesia yang benar. </p><div style="text-align: justify;"> </div><p style="text-indent: 0.42cm; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;"> Ah..sudahlah, mungkin aku yang terlalu bodoh...tak pintar berbahasa Inggris. Atau justru bahasa Indonesia sudah tidak menarik lagi, sehingga orang lebih memilih berbahasa asing?</p><div style="text-align: justify;"> </div><p style="text-indent: 0.42cm; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">Kalau punya waktu, silahkan mencermati daftar kalimat hasil kawin silang antara bahasa Indonesia dan bahasa Inggris yang diucapkan Pak SBY dalam pidato di Bursa Efek Indonesia berikut ini. </p><div style="text-align: justify;"> </div><p style="text-indent: 0.42cm; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">Oh iya, sekedar catatan. Dalam 60 menit pidato, paling tidak ada 54 kalimat berisi sejumlah kata campuran dari kedua bahasa itu. Dengan kata lain, hampir setiap menit, pak presiden menyelipkan bahasa Inggris dalam pidatonya :)</p><div style="text-align: justify;"> </div><p style="margin-bottom: 0cm; text-align: justify;"> </p><div style="text-align: justify;"> </div><p style="margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<br /></p><div style="text-align: justify;"> </div><p style="text-align: justify;">1. Dalam melakukan evaluasi kita harus merujuk pada parameter dan ukuran yang jelas. <i>Correct measurement.</i></p><div style="text-align: justify;"> </div><p style="text-align: justify;">2. Jangan mengukur sesuatu yang tidak menjadi rencana yang dijalankan pemerintah pada 2010 kemarin, termasuk <i>means </i>yang kita gunakan…</p><div style="text-align: justify;"> </div><p style="text-align: justify;">3. …bukan hanya ditinjau dari implementasi dari kinerja pemerintah. Tetapi, secara umum, <i>in general</i>, kita harus juga melihat…</p><div style="text-align: justify;"> </div><p style="text-align: justify;">4. Pemulihan ekonomi untuk menjaga kesejahteraan rakyat, atau dengan bahasa bebas saya katakan <i>minimizing the impact of the global economic crisis.</i></p><div style="text-align: justify;"> </div><p style="text-align: justify;">5. Kita tetapkan sejumlah kebijakan, <i>policies</i>, dan tindakan nyata, <i>actions</i>.</p><div style="text-align: justify;"> </div><p style="text-align: justify;">6. …dan segala upaya yang intinya adalah <i>economic recovery</i> dan <i>maintaining people’s welfare</i>.</p><div style="text-align: justify;"> </div><p style="text-align: justify;">7. …mari kita lihat satu persatu, pertumbuhan ekonomi <i>growth</i>…</p><div style="text-align: justify;"> </div><p style="text-align: justify;">8. Insya Allah tahun 2010 ini kita bisa mencapai enam persen, <i>close to six percent</i>.</p><div style="text-align: justify;"> </div><p style="text-align: justify;">9. …tujuan untuk sebuah pemulihan ekonomi, <i>economic recovery</i> itu dicapai.</p><div style="text-align: justify;"> </div><p style="text-align: justify;">10. Inilah yang mendongkrak perekonomian kita sekarang ini, dan insya allah <i>growth</i> itu akan menjadi lebih <i>sustain</i>. </p><div style="text-align: justify;"> </div><p style="text-align: justify;">11. <span style="font-style: italic;">Unemployment</span> menurun. Banyak negara yang meledak <i>unemploymentnya</i>.</p><div style="text-align: justify;"> </div><p style="text-align: justify;">12. Kalau kita bicara pertumbuhan harus disertai dengan pemerataan, <i>growth with equity</i>.</p><div style="text-align: justify;"> </div><p style="text-align: justify;">13. …didukung tata kelola <i>good governance</i>.</p><div style="text-align: justify;"> </div><p style="text-align: justify;">14. Sekarang seperti apa <i>structure</i>, magnitude dan sasaran APBN 2011..</p><div style="text-align: justify;"> </div><p style="text-align: justify;">15. Supaya saudara tau makna dan arti penting APBN sebagai <i>means</i> sebagai <i>tools</i> untuk mencapai tujuan dan sasaran.</p><div style="text-align: justify;"> </div><p style="text-align: justify;">16. APBN dalam arti <i>government expenditure, government spending</i>…</p><div style="text-align: justify;"> </div><p style="text-align: justify;">17. …menuju sebuah anggaran yang berimbang, <i>balance budget</i>.</p><div style="text-align: justify;"> </div><p style="text-align: justify;">18. …yang menyakitkan, yang <i>painful.</i></p><div style="text-align: justify;"> </div><p style="text-align: justify;">19. … ternyata hanya mencapai 0,62 persen. <i>Why? </i>Bukan karena kita tidak membelanjakan, tetapi <i>revenue</i> itu ternyata lebih tinggi sepanjang 2010.</p><div style="text-align: justify;"> </div><p style="text-align: justify;">20. Tapi, kami pemerintah mengatakan, <i>it is achievable</i>, bisa dicapai. </p><div style="text-align: justify;"> </div><p style="text-align: justify;">21. …lebih baik yang <i>realistic, achievable, attainable</i>. </p><div style="text-align: justify;"> </div><p style="text-align: justify;">22. Apa faktor yang bisa menggagalkan pencapaian sasaran itu, atau dari perspektif yang lain <i>what kind of assumptions</i> yang bisa kita tetapkan…</p><div style="text-align: justify;"> </div><p style="text-align: justify;">23. …semua proyeksi, semua <i>estimate</i>, di semua negara bagus, <i>global economy will grow</i>.</p><div style="text-align: justify;"> </div><p style="text-align: justify;">24. Tidak ada yang meramalkan, semuanya <i>everything is nice</i>.</p><div style="text-align: justify;"> </div><p style="text-align: justify;">25. Dunia ini ada siang ada malam, ada <i>good news</i>, ada <i>bad news</i>.</p><div style="text-align: justify;"> </div><p style="text-align: justify;">26. Bad news yang saya maksudkan adalah <i>we have to anticipate</i> kita harus mengantisipasi sesuatu yang bisa memberikan dampak pada perekonomian kita.</p><div style="text-align: justify;"> </div><p style="text-align: justify;">27. Dunia tengah menyusun kembali, <i>economic order</i> atau <i>financial architecture</i>. </p><div style="text-align: justify;"> </div><p style="text-align: justify;">28. Kebijakan mata uang yang “dilemahkan” , dalam teori ekonomi adalah <i>strategic currency</i> untuk kepentingan <i>special purpose</i>. </p><div style="text-align: justify;"> </div><p style="text-align: justify;">29. Ini kalau melebihi kepatutan, dicari-cari, menjadi tidak sehat, menjadi <i>unfair</i>. Meskipun kita tahu ekonomi itu ya <i>unfair</i> memang.</p><div style="text-align: justify;"> </div><p style="text-align: justify;">30. Ekonomi itu <i>unfair, unstable, unsustainable</i>.</p><div style="text-align: justify;"> </div><p style="text-align: justify;">31. …yang juga menjadi faktor adalah <i>climate change</i>.</p><div style="text-align: justify;"> </div><p style="text-align: justify;">32. Chile bulan februari dihantam gempa bumi 8.8 skala richter. <i>This morning</i> dihantam lagi 7,1 skala richter. Memang chile sama dengan Indonesia pada <i>ring of tectonic plates</i> itu yang mudah sekali terjadi gempa dan tsunami.</p><div style="text-align: justify;"> </div><p style="text-align: justify;">33. Perubahan <i>climate</i> yang ekstrim mengubah pola pertanian. Bisa mengganggu <i>supply</i> pada komoditas pangan dunia.</p><div style="text-align: justify;"> </div><p style="text-align: justify;">34. Insya allah tidak ada lah negara yang menyerang Indonesia secara militer itu. Tetapi yang <i>non-traditional security threat</i> itu banyak. </p><div style="text-align: justify;"> </div><p style="text-align: justify;">35. Kita pegang pula tujuan dan sasaran pembangunan yang harus kita capai yang handak kita capai dan mari kita pahami kebihajan dan strategi yang telah kita tetapkan <i>to achieve our national goal</i> yang saya sampaikan tadi.</p><div style="text-align: justify;"> </div><p style="text-align: justify;">36. Kita ingin menjadi <i>emerging nation</i>.</p><div style="text-align: justify;"> </div><p style="text-align: justify;">37. Kita punya RPJPN yaitu <i>time horizon</i>nya 2025.</p><div style="text-align: justify;"> </div><p style="text-align: justify;">38. KiIta ingin menjadi <i>emerging nation</i> dengan tingkat kemajuan <i>level of development</i> dan kesejahteraan <i>the prosperity</i> yang jauh lebih baik dibandingkan sekarang.</p><div style="text-align: justify;"> </div><p style="text-align: justify;">39. <i>That’s our vision</i>, 2025. <i>Long term vision, strategic vision</i>.</p><div style="text-align: justify;"> </div><p style="text-align: justify;">40. Sambil kita membangun diri menuju <i>emerging power, emerging nation, emerging country, emerging economy</i>, mari kita pastikan tiga pilar itu berjalan secara simultan.</p><div style="text-align: justify;"> </div><p style="text-align: justify;">41. …maka kita bisa menjaga <i>sustainable growth with equity</i> pertumbuhan ekonomi berkeadilan berkelanjutan.</p><div style="text-align: justify;"> </div><p style="text-align: justify;">42. Saya ingin membawa saudara ke sesuatu yang <i>fundamental</i> sesuatu yang makro <i>big picture</i> dari perjalanan pereknomian kita.</p><div style="text-align: justify;"> </div><p style="text-align: justify;">43. …harus didorong untuk menciptakan lapangan pekerjaan lebih banyak, <i>job creation</i>.</p><div style="text-align: justify;"> </div><p style="text-align: justify;">44. …agar ada <i>special treatment</i>, ada <i>special policy could be insentive</i> bagi industry bagi manufaktir apapun yang <i>creating more job</i> membuka lapangan pekerjaan yang besar.</p><div style="text-align: justify;"> </div><p style="text-align: justify;">45. <i>Last but not least</i>, kalau kita bicara <i>four track strategy</i>, adalah <i>pro environtment</i>.</p><div style="text-align: justify;"> </div><p style="text-align: justify;">46. …saya pelajari <i>growth model</i> model pertumbuhan yang dipilih dari satu negara ke negara lain.</p><div style="text-align: justify;"> </div><p style="text-align: justify;">47. …itu salah satu <i>choice</i>, apakah kita memilih itu, <i>low growth</i>.</p><div style="text-align: justify;"> </div><p style="text-align: justify;">48. Ini godaan untuk <i>emerging economy</i>, godaan untuk <i>developing nation</i>.</p><div style="text-align: justify;"> </div><p style="text-align: justify;">49. …sehingga tidak dibayangi generasi mendatang dengan hutang yang tinggi <i>low debt</i> dan <i>controllable carbon use</i>.</p><div style="text-align: justify;"> </div><p style="text-align: justify;">50. Barangkali inilah <i>path</i> atau jalan yang kita pilih menuju <i>emerging economy</i>.</p><div style="text-align: justify;"> </div><p style="text-align: justify;">51. Pendekatan <i>neoclassical</i> kadang-kadang sudah <i>irrelevant</i>. </p><div style="text-align: justify;"> </div><p style="text-align: justify;">52. Kita ini harus terus menerus pandai mencari peluang dalam arti <i>finding and creating opportunities</i>…</p><div style="text-align: justify;"> </div><p style="text-align: justify;">53. Kita akan menjadi <i>the looser</i> dalamera globalisasi kalau tidak pandai mendapatkan dan mencari dan menciptakan peluang.</p><div style="text-align: justify;"> </div><p style="text-align: justify;">54. <i>There is no shortcut</i>, saudara tau tidak ada jalan pintas. <i>There is no magic formula</i>, tidak ada resep ajaib untuk bikin negara kita makmur.</p><div style="text-align: justify;"> </div><p style="margin-bottom: 0cm; text-align: center;">*****</p><p style="margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">Foto:
<br /></p><p style="margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">http://antarafoto.com/bisnis/v1294026312/pembukaan-perdagangan-saham
<br /></p> sontrothttp://www.blogger.com/profile/14352931898563600770noreply@blogger.com5tag:blogger.com,1999:blog-4619878662182349338.post-35939084472288851152010-12-09T13:33:00.008+07:002010-12-09T14:31:29.493+07:00Yogyakarta dalam Ancaman Kisruh Pengelolaan Tanah<div style="text-align: justify;"><a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi_3flxEj19t2fa1HhJd1iwF-B2Wq1_G2YpwwRx1Hw20GUEK5v3IUq5cEd9dbl6AhK9JFCIHSz_JgbkhNP0M5jQMVjvHTpYZ8Y7ITDq-Fqs5sL4lhvSEE0PCx32q7C0tqqnNLVgr1eZjBn4/s1600/tugu-jogja.jpg"><img style="margin: 0pt 10px 10px 0pt; float: left; cursor: pointer; width: 320px; height: 182px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi_3flxEj19t2fa1HhJd1iwF-B2Wq1_G2YpwwRx1Hw20GUEK5v3IUq5cEd9dbl6AhK9JFCIHSz_JgbkhNP0M5jQMVjvHTpYZ8Y7ITDq-Fqs5sL4lhvSEE0PCx32q7C0tqqnNLVgr1eZjBn4/s320/tugu-jogja.jpg" alt="" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5548570043688571810" border="0" /></a>Pemerintah Pusat akan mengatur keistimewaan Yogyakarta. Niat pemerintah yang dituangkan dalam sebuah Rancangan Undang-undang (RUU) itu menuai kritik dan penolakan dari sebagian rakyat Yogyakarta.<br /><br />Polemik keistimewaan Yogyakarta itu berpusat pada kedudukan Sultan Hamengkubuwono X dan penerusnya sebagai gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY).<br /><br />Pemerintah Pusat menginginkan gubernur DIY dipilih langsung melalui pemilihan umum, sedangkan rakyat Yogyakarta ingin Sultan ditetapkan langsung sebagai gubernur.<br /><br />Perdebatan masih berkutat soal kepemimpinan Yogyakarta. Padahal, jika dicermati lebih dalam, pidato Presiden Susilo Bambang Yudhoyono untuk menyikapi polemik itu berisi sejumlah catatan yang akan dicantumkan dalam RUU Keistimewaan Yogyakarta.<br /><br />Substansi keistimewaan yang dimaksud presiden itu antara lain hal-hal yang berkaitan dengan sisi pemerintahan, terutama posisi gubernur dan wakil gubernur yang pas dan yang khusus bagi Daerah Istimewa Yogyakarta.<br /><br />Presiden juga menyinggung perlakukan khusus dan peran istimewa bagi pewaris Kesultanan dan Pakualaman secara permanen.<br /><br />Dan yang tak kalah penting, kepala negara juga menyinggung masalah pengelolaan tanah--kebutuhan dasar dan aset yang sangat berharga bagi sebagian besar rakyat Indonesia, termasuk Yogyakarta.<br /><br />"Tentang hak ekslusif pengelolaan tanah di Yogyakarta, baik yang menjadi otoritas Kesultanan maupun Pakualaman dan tata ruang khusus pula bagi Daerah Istimewa Yogyakarta," kata presiden.<br /><br /><br />Sistem khusus<br /><br />Yogyakarta terkenal dengan sistem khusus pengelolaan tanah. Bahkan, Undang-undang Pokok Agraria seakan tidak kuasa menembus sistem pengelolaan mandiri terhadap tanah keraton atau yang lebih dikenal dengan <span style="font-style: italic;">Sultan Ground</span> itu.<br /><br />Pusat Dokumentasi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta menyebutkan, <span style="font-style: italic;">Sultan Ground</span> merupakan tanah adat peninggalan leluhur yang dimiliki oleh Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat.<br /><br />Sultan Hamengkubuwono X menyebut tanah keraton sebagai tanah-tanah raja dan keluarga keraton, situs, magersari, serta tanah garapan kosong.<br /><br />Tanah keraton terhampar luas di berbagai daerah di Yogyakarta. Kabupaten Bantul, misalnya, mengelola ribuan hektare tanah keraton yang digunakan untuk kesejahteraan rakyat.<br /><br />Sebagai contoh, Desa Selopamioro, Imogiri, Kabupaten Bantul mengelola tanah keraton seluas 500 hektare. Tanah itu dimanfaatkan sebagai lahan pertanian, penghijauan, tempat ibadah, dan pemakaman. Selain itu, Sekolah Polisi Negara (SPN) juga memanfaatkan tanah keraton seluas 26 hektare untuk kegiatan pendidikan di kawasan itu.<br /><br />Dokumentasi Dinas Pertanahan DIY pada 2007 mencatat pemanfaatan serupa di Desa Karang Tengah, Imogiri. Tanah keraton seluas 58,5 hektare di kawasan itu dimanfaatkan untuk transmigrasi lokal, kawasan pertanian, dan konservasi tanaman langka.<br /><br />Tanah keraton di Kabupaten Bantul itu hanya salah satu contoh. Tanah keraton yang lain tersebar hampir di semua kabupaten di Yogyakarta.<br /><br />Salah satu pemanfaatan tanah keraton adalah untuk tempat tinggal rakyat Yogyakarta dengan status <span style="font-style: italic;">magersari</span>. Rakyat boleh memanfaatkan tanah, dengan kesadaran penuh bahwa status tanah itu adalah milik keraton.<br /><br />Penduduk setempat yang menempati tanah itu tidak memiliki sertifikat. Mereka hanya berbekal <span style="font-style: italic;">Serat Kekancingan </span>atau surat yang dikeluarkan Keraton tentang penggunaan tanah.<br /><br />Keraton menugaskan sejumlah abdi dalem yang tergabung dalam satuan khusus pengelolaan tanah bernama <span style="font-style: italic;">Paniti Kismo</span>. Satuan khusus ini memiliki struktur organisasi yang tertata apik hingga tingkat desa.<br /><br /><span style="font-style: italic;">Paniti Kismo</span> memiliki otoritas mengelola pemanfaatan tanah keraton untuk berbagai kepentingan dan kesejahteraan rakyat Yogyakarta.<br /><br />Menurut Pusat Dokumentasi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, rakyat yang berbekal <span style="font-style: italic;">Serat Kekancingan</span> tidak dibebani pembayaran pajak kepada <span style="font-style: italic;">Paniti Kismo </span>dan keraton.<br /><br />Bahkan, rakyat juga tidak perlu menyerahkan <span style="font-style: italic;">Glondhong Pengarem-arem </span>atau uang yang diberikan oleh rakyat Yogyakarta kepada keraton sebagai ucapan terima kasih karena boleh menggunakan tanah keraton.<br /><br />Singkat kata, tanah milik keraton itu digunakan secara gratis oleh rakyat Yogyakarta. Rakyat bisa menempati tanah itu secara turun temurun tanpa beban pajak.<br /><br /><br />Sikap Sultan<br /><br />Sri Sultan Hamengkubuwono X belum bersuara lantang tentang niat Pemerintah Pusat untuk mengatur keistimewaan Yogyakarta.<br /><br />Sultan juga belum menyinggung soal pengelolaan tanah yang disebut oleh Presiden Yudhoyono sebagai salah satu substansi yang akan diatur dalam RUU keistimewaan Yogyakarta. Hingga kini, pemerintah pun belum menjelaskan secara rinci substansi pengelolaan tanah dalam RUU tersebut.<br /><br />Sebenarnya Pemerintah Pusat dan DPR RI telah membahas RUU keistimewaan Yogyakarta pada 2008. Saat itu sebagian besar fraksi telah menyepakati isi RUU. Fraksi Partai Demokrat adalah satu-satunya fraksi yang tidak setuju, khususnya tentang mekanisme pemilihan gubernur DIY.<br /><br />Draf RUU yang dibahas pada 2008 juga menyinggung soal pengelolaan tanah. Pasal 9 ayat (1) draf RUU itu menyatakan, Kesultanan sebagai bagian dari Parardhya mempunyai hak milik atas tanah keraton atau <span style="font-style: italic;">Sultanaat Grond</span>. Pasal yang sama juga menyatakan, Pakualaman mempunyai hak milik atas <span style="font-style: italic;">Pakualamanaat Grond</span>.<br /><br />Pengelolaan dan pemanfaatan <span style="font-style: italic;">Sultanaat Grond</span> dan <span style="font-style: italic;">Pakualamanaat Grond</span> ditujukan untuk sebesar-besarnya kepentingan pengembangan kebudayaan, kepentingan sosial, dan kepentingan publik demi kesejahteraan rakyat.<br /><br />Sementara itu, pasal 39 draf tersebut mewajibkan Sultan tetap tunduk pada peraturan Pemerintah Pusat dengan mendaftarkan hasil konsolidasi dan klasifikasi tanah kepada Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia.<br /><br />Sebenarnya, polemik tentang tanah keraton sudah muncul pada 2007, ketika muncul wacana tanah gratis bagi rakyat.<br /><br />Saat itu Sri Sultan Hamengku Buwono (HB) X selaku Raja Keraton Kasultanan Yogyakarta mengatakan, tanah milik keraton atau tanah kasultanan tidak mungkin termasuk tanah yang akan diberikan oleh Pemerintah Pusat kepada warga miskin dalam program tanah gratis bagi rakyat.<br /><br />"Tanah Kasultanan adalah tanah milik keraton, sehingga tidak mungkin tanah ini termasuk yang akan diberikan secara gratis oleh Pemerintah Pusat kepada warga miskin," katanya<br /><br />Sultan mengatakan, keberadaan tanah milik keraton tidak akan terusik dengan program pemerintah dalam reformasi kebijakan agraria tersebut, karena tanah kasultanan bukan tanah milik pemerintah.<br /><br />Menurut Sultan, selama ini sebagian dari <span style="font-style: italic;">Sultan Ground</span> telah digunakan atau ditempati oleh rakyat, di antaranya untuk mendirikan rumah tinggal, gedung sekolah, dan perkantoran, tetapi tidak bisa mengambil alih hak kepemilikan tanah tersebut.<br /><br />"Statusnya hanya menempati atau <span style="font-style: italic;">magersari</span>, dan tidak bisa dimiliki," katanya.<br /><br />Kini, dalam polemik di penghujung 2010, Sultan memilih diam untuk sementara. Dia belum membicarakan berbagai kemungkinan yang timbul akibat perubahan sistem pengelolaan tanah yang (bisa jadi) tidak lagi melibatkan <span style="font-style: italic;">Paniti Kismo</span>.<br /><br />Sultan belum menyikapi kemungkinan berkurangnya lahan pertanian, hunian, pusat budaya, dan konservasi tanaman langka karena menjelma menjadi kawasan bisnis akibat perubahan mekanisme pengelolaan tanah.<br /><br />Sultan belum bicara tentang kemungkinan adanya "uang terimakasih" dari pengusaha kepada pejabat daerah dan pusat yang telah "melonggarkan" aturan pertanahan sehingga para pengusaha bebas masuk dan mengeruk kekayaan di Yogyakarta.<br /><br />Sultan juga belum bereaksi terhadap kemungkinan pungutan pajak tanah kepada rakyat setelah <span style="font-style: italic;">Serat Kekancingan </span>tak berlaku dan rakyat harus tunduk pada hukum agraria nasional.<br /><br />Bahkan, Raja Yogyakarta itu belum memberikan pernyataan tentang kemungkinan hilangnya martabat keraton karena tak mampu lagi berbagi rasa dengan rakyatnya melalui sistem penataan tanah yang tidak saling membebani.<br /></div><br /><div style="text-align: center;">*****<br /><div style="text-align: left;">Cerita ini juga bisa dibaca di: <a href="http://www.antaranews.com/berita/1291877753/yogyakarta-dalam-ancaman-kisruh-pengelolaan-tanah">http://www.antaranews.com/berita/1291877753/yogyakarta-dalam-ancaman-kisruh-pengelolaan-tanah<br /></a><br /></div><div style="text-align: left;">Foto diunduh dari http://www.google.co.id/<br /></div></div>sontrothttp://www.blogger.com/profile/14352931898563600770noreply@blogger.com3tag:blogger.com,1999:blog-4619878662182349338.post-58606318794626403442010-12-02T20:44:00.011+07:002010-12-02T21:20:41.818+07:00"Apel" di Atas Lambang Negara Republik IndonesiaHari kedua Desember 2010.<br /><div style="text-align: justify;"><br />Dengan langkah pelan Pak SBY menuju Podium Garuda kesayangannya. Sejumlah juru foto, juru kamera, dan juru tulis sudah bersiaga. Ya, mereka hendak mendengarkan pernyataan Pak Presiden tentang hal yang sangat penting, polemik Kraton Yogyakarta.<br /><br />Pak SBY menjadi bahan berita beberapa hari terakhir, terutama setelah dia berucap tentang sistem monarki yang tidak mungkin sejalan dengan demokrasi.<br /><br />Gunung Merapi seakan meletus kembali dan gempa Jogja seolah terulang setelah ucapan itu keluar dari mulut Pak SBY. Rakyat Jogja merasa Sang Presiden "memandang rendah" keyakinan mereka.<br /><br />Di belakang Podium Garuda, Pak SBY memberikan klarifikasi. Saat itu, SBY menunjukkan niat baik untuk menghargai Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat.<br /><br />Saat itu juga, meski tidak terlalu nyambung, bapak mas Ibas itu menampilkan diri sebagai pribadi yang terbuka terhadap kemajuan, termasuk perkembangan teknologi.<br /><br />Ya benar, komputer tablet iPad buktinya. Itu barang mahal, tentu untuk ukuranku yang melarat ini.<br /><br /><a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi2xrwq25VIwqUFvYvA6M-R3Eb0gOKHH9GPAj-jMR505aQBs5xjekxi7vVSTFx90sF8O2iTRZK5F1T7qEWNBYwMINisciG7bm9aKSoJbzEz7t7s90cicWBjIAQuyllO0Gyj_2Cr7Smxu4RP/s1600/apple_garuda.jpg"><img style="float: left; margin: 0pt 10px 10px 0pt; cursor: pointer; width: 200px; height: 300px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi2xrwq25VIwqUFvYvA6M-R3Eb0gOKHH9GPAj-jMR505aQBs5xjekxi7vVSTFx90sF8O2iTRZK5F1T7qEWNBYwMINisciG7bm9aKSoJbzEz7t7s90cicWBjIAQuyllO0Gyj_2Cr7Smxu4RP/s400/apple_garuda.jpg" alt="" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5546080709788648178" border="0" /></a>Perangkat elektronik bikinan Apple itu adalah barang baru di atas Podium Garuda. Anda mungkin masih ingat dengan cerita tentang <a style="color: rgb(255, 0, 0);" href="http://sontrot.blogspot.com/2010/11/tampilan-baru-podium-pak-presiden.html">Tampilan Baru Podium Pak Presiden</a>. Cerita itu menggambarkan betapa presiden kita sangat sayang dengan Podium Garuda. Hanya ada beberapa benda yang boleh nangkring di atasnya, antara lain mikrofon podium dan mikrofon milik para wartawan televisi.<br /><br />Nah, kini iPad menjadi barang baru di atas podium. Pak SBY tampak sigap mengoperasikan perangkat canggih itu. Sesekali dia melirik iPad selama berpidato di hadapan rakyatnya. Tanpa canggung, dia juga kadang menyentuh layar alat itu. Maklum, konon perangkat itu sangat menurut hanya dengan menyentuh dengan lembut layarnya yang licin.<br /><br />Hati Pak Presiden jatuh dalam rengkuhan Apple. Sebenarnya pidato tentang Jogja bukanlah kali pertama Apple menemani SBY di depan kamera televisi. Sebelumnya, mereka sudah berdampingan dalam beberapa rapat terbatas ataupun rapat kabinet paripurna di kantor kepresidenan.<br /><br />Siapa tak senang memiliki presiden yang "melek teknologi"? yang jelas, Pak SBY kini tampak lebih "update". Saya ikut senang, semoga tidak kebablasan menjadi aL4y :)<br /><br />Tak terbayang aku menenteng perangkat mahal itu. Saking penasarannya, kucoba mencari tahu apa sih isi Apple iPad, hingga orang nomor satu di negeri ini begitu jatuh hati.<br /><br /><a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEirm-_bP2iuivCTwkQ4VQM3q3Q73tQ1m4ywWVKp9IeD3bg7t5srvviXDKjSKXx7mnlxXwpuI3tUA9FMWZ6wiLPUK5Cm-ZUEpKP_WW0C1_t3jd9sDwpOIb3ceZMgAUEv3XJXzPUhnwBbdmCS/s1600/Apple+Ipad.jpg"><img style="float: right; margin: 0pt 0pt 10px 10px; cursor: pointer; width: 320px; height: 186px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEirm-_bP2iuivCTwkQ4VQM3q3Q73tQ1m4ywWVKp9IeD3bg7t5srvviXDKjSKXx7mnlxXwpuI3tUA9FMWZ6wiLPUK5Cm-ZUEpKP_WW0C1_t3jd9sDwpOIb3ceZMgAUEv3XJXzPUhnwBbdmCS/s320/Apple+Ipad.jpg" alt="" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5546081109682420946" border="0" /></a>Laman resmi Apple menggambarkan, iPad adalah alat canggih dengan bentuk yang ramping. Tak perlu ribet dengan "keyboard" dan kabel kusut. Barang tanpa kabel ini memiliki layar yang sangat sensitif...tinggal sentuh, dunia menjadi milik anda.<br /><br />Dengan mesin pencari cekatan yang "ditanam" di dalamnya, barang yang satu ini bisa menuntun anda berselancar di dunia maya tanpa batas...ya internet.<br /><br />Surat elektronik? tentu saja. Anda akan mendapat pemberitahuan setiap kali ada surat elektronik masuk. Tanpa prangko...tanpa Pak Pos. Ya, ini berguna bagi Pak SBY yang selalu mengaku sangat memperhatikan rakyat yang ingin mengirim surat atau mengadu.<br /><br />Alat ini juga menyimpan sejumlah perangkat lunak untuk membuat catatan penting, dan bahan presentasi lengkap dengan berbagai animasi grafik.<br /><br />Foto? sudah pasti. Pak SBY bisa menyimpan ribuan foto. Bahkan, kalau mau, Pak SBY bisa membantu menampung foto-foto anak buahnya, para pejabat yang gemar berfoto dan membuat banyak orang <a style="color: rgb(255, 0, 0);" href="http://sontrot.blogspot.com/2010/11/belajar-narsis-dari-pejabat.html">belajar narsis</a>.<br /><br />Apple sesumbar, alat yang satu ini juga bisa menyimpan jutaan lagu dan ribuan video. Mudah-mudahan dengan bantuan iPad, Pak SBY yang juga pencipta lagu bisa semakin produktif...syukur-syukur bikin video klip.<br /><br /><a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh0bjNjET3VgooiGBB1Ikj8eQNu9vjnB45oTL_yB1ded0iAK6M-edUV8St2A6eL1SGGu0DSHxtmog7amvARJ-jN6MepgijmoR4wmIF3TrWJRnfeSdo60YDeDopd7C5Jvx7np59gsBT5OBZ6/s1600/Apple+Ipad+1.jpg"><img style="float: left; margin: 0pt 10px 10px 0pt; cursor: pointer; width: 200px; height: 198px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh0bjNjET3VgooiGBB1Ikj8eQNu9vjnB45oTL_yB1ded0iAK6M-edUV8St2A6eL1SGGu0DSHxtmog7amvARJ-jN6MepgijmoR4wmIF3TrWJRnfeSdo60YDeDopd7C5Jvx7np59gsBT5OBZ6/s200/Apple+Ipad+1.jpg" alt="" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5546088252117644290" border="0" /></a>Musik tak lengkap tanpa 'game', dan iPad mengerti itu. "Social game" adalah menu yang akan anda nikmati. Dengan alat ini, anda tidak akan kesepian, karena bisa bermain dengan orang lain meski mereka tidak ada di sebelah anda. Ya, anda bisa bermain dengan orang di ujung bumi sekalipun. Wah..pasti pak presiden bisa menghalau stress. Yang pasti, 'Game' akan melatih presiden untuk lebih cepat, tangkas, trengginas, dan lepas dari keraguan.<br /><br />Anda juga bisa bernafas lega karena alat ini akan membantu anda supaya tidak tersesat. Peta pintar adalah jawabannya. Pak SBY yang sering pergi ke berbagai daerah dan luar negeri tentu sangat membutuhkannya.<br /><br />Untuk sebuah iPad, anda harus merogoh kocek hingga 829 dolar AS, atau sekitar Rp8 juta.<br /><br />Masih banyak keajaiban iPad. Saking banyaknya, saya tidak bisa menguraikannya satu per satu. Yang nyantol di kepalaku hanyalah hasil survey dari lembaga survey terkenal, Nielsen.<br /><br />Nielsen menyatakan, iPad menempati urutan pertama dalam daftar alat elektronik yang dicari anak-anak usia 6 hingga 12 tahun, hehehehe.... :)<br /></div><br /><a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjP1KG8KTK5d4FWn6YIuQLJWIVF2RfoDKLterZugo9UvASgwWi5_aKkccdofXY3Il0DZmqkV0_BBGh4pJT4TCov5AF-D-JUpVIO4pJWYmPiTJK6Kuso5q9y5q1X1hybvEQ9vCOTPbU4oi9g/s1600/ipad-kid-636.png"><img style="display: block; margin: 0px auto 10px; text-align: center; cursor: pointer; width: 320px; height: 240px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjP1KG8KTK5d4FWn6YIuQLJWIVF2RfoDKLterZugo9UvASgwWi5_aKkccdofXY3Il0DZmqkV0_BBGh4pJT4TCov5AF-D-JUpVIO4pJWYmPiTJK6Kuso5q9y5q1X1hybvEQ9vCOTPbU4oi9g/s320/ipad-kid-636.png" alt="" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5546081791067487906" border="0" /></a><br /><div style="text-align: center;">*****<br /></div><br />Foto-foto:<br /><br />http://www.antarafoto.com/peristiwa/v1291288209/penjelasan-diy<br /><br />http://www.apple.com/ipad/gallery/#hardware01<br /><br />http://www.apple.com/ipad/design/<br /><br />http://www.ivillage.com/so-if-menu-s-ipad/3-a-210614sontrothttp://www.blogger.com/profile/14352931898563600770noreply@blogger.com5tag:blogger.com,1999:blog-4619878662182349338.post-49032962465929746882010-12-01T18:36:00.011+07:002010-12-01T19:16:31.619+07:00Aksi Nyonya-Nyonya Pejabat di Pesisir<div style="text-align: justify;">Hari pertama Desember 2010. Aku melanjutkan perjalanan ke desa Tanjung Pasir, Tangerang, Banten. Tidak sendiri memang. Saat itu, ribuan pasang kaki melangkah menuju pesisir desa tersebut. Ribuan pasang mata tertuju pada satu lokasi tempat sebuah tenda besar tegak berdiri.<br /><br />Ya, orang-orang berdesakan di tenda itu. Beberapa orang sibuk mencari kursi tak bertuan dan bergegas mendudukinya. Beberapa orang lainnya memilih mengamati ribuan bibit pohon berbagai jenis yang diatur rapi di atas hamparan tanah berpasir, siap untuk ditanam.<br /><br />Ada yang menarik perhatian. Sebagian besar dari mereka yang datang adalah wanita, kalau aku tidak salah lihat tentunya.<br /><br />Dilihat dari cara bersolek, mereka bukan dari kalangan rakyat jelata sepertiku. Bedak yang menempel di muka mereka bisa dibilang tebal, gincu cerah mencolok memoles bibir mereka. Dan tentu saja, kaca mata hitam dan lebar bertengger di atas hidung.<br /><br />Memang ada kaum adam di sana. Namun, kali ini, para pria harus mengakui dominasi perempuan yang juga nyonya-nyonya pejabat teras negeri ini.<br /><br />Mereka berada di pesisir untuk menyambut Bu Ani Yudhoyono, istri Pak SBY. Bu Ani sedang punya hajat besar, yaitu gerakan peningkatan kualitas masyarakat dan lingkungan hidup di pesisir.<br /><br />Harus saya akui, semangat nyonya-nyonya itu sungguh luar biasa. Mereka menyanyi, bertepuk tangan, sampai tertawa kecil hingga terbahak-bahak.<br /><br />Ibu-ibu pejabat dan panitia sigap mempersiapkan segala sesuatu untuk satu tujuan, semua rangkaian acara berjalan lancar ketika Sang Ibu Negara tiba.<br /><br /><a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjPIg7GJNjP9MSDu6PC2nzwgE9f8pcxoHXrkKHlqH8GNKos6bpCe3I0OOHSc4sABp5n4w7WpWsPZnU1uWf1BB2PVg_0xF13_xp1O5jMI2OTUrvnbUjl-K8s2sHt1T1xtu2HKH0l1p1bi1LU/s1600/IMG_1907.JPG"><img style="float: right; margin: 0pt 0pt 10px 10px; cursor: pointer; width: 200px; height: 150px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjPIg7GJNjP9MSDu6PC2nzwgE9f8pcxoHXrkKHlqH8GNKos6bpCe3I0OOHSc4sABp5n4w7WpWsPZnU1uWf1BB2PVg_0xF13_xp1O5jMI2OTUrvnbUjl-K8s2sHt1T1xtu2HKH0l1p1bi1LU/s200/IMG_1907.JPG" alt="" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5545677513800308370" border="0" /></a>Laksana persiapan upacara bendera, semua yang hadir mengikuti sesi latihan sesuai tata urutan acara. Sang pembawa acara, mbak Tia Maryadi, luwes membacakan susunan acara sambil mengarahkan setiap anggota untuk melaksanakan tugas masing-masing.<br /><br /><a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiAvyDyY2dwNZMd0mNgOJy4m2ocdg7txomP7GZEyALDIUmXbdQDgN1bY0GLU2a1L6VORBZ0K9yFYum_QglNnqbg4ztpemI3VrzOGTX8B0lcrMMrYfCWKul783RM5gQ7Q4e6Wj_K07d7NDF1/s1600/IMG_1904.JPG"><img style="float: left; margin: 0pt 10px 10px 0pt; cursor: pointer; width: 200px; height: 150px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiAvyDyY2dwNZMd0mNgOJy4m2ocdg7txomP7GZEyALDIUmXbdQDgN1bY0GLU2a1L6VORBZ0K9yFYum_QglNnqbg4ztpemI3VrzOGTX8B0lcrMMrYfCWKul783RM5gQ7Q4e6Wj_K07d7NDF1/s200/IMG_1904.JPG" alt="" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5545677219850615058" border="0" /></a>Kaum jelata yang akan diberi bantuan atau santunan dilatih cara naik panggung, dan dibimbing harus berdiri di tempat tertentu di atas panggung. Petugas khusus--lengkap dengan alat komunikasi berkabel atau tanpa kabel-- dengan sabar menuntun mereka.<br /><br />Sesi persiapan ini juga menyertakan tata cara bertepuk tangan sebagai salah satu "mata pelajaran". Semua hadirin harus tahu persis kapan harus bertepuk tangan.<br /><br /><br />"Ramah" lingkungan<br /><br />Bu Ani tiba di tempat acara menjelang pukul sembilan pagi. Puji Tuhan, semua berjalan lancar. Semua petugas , penerima santunan, dan penonton berhasil menjalankan peran masing-masing. Berlatih dengan sungguh-sungguh terbukti tidak sia-sia.<br /><br />Ibu Negara menyaksikan dengan seksama setiap rangkaian acara, hingga tiba gilirannya berpidato. Sang Ibu berpidato dengan lancar, tentu saja karena dibantu dengan teks yang sudah disiapkan sebelumnya.<br /><br />Acara selanjutnya adalah menanam bibit pohon. Tunggu dulu, jangan Anda bayangkan kegiatan yang satu ini akan dilaksanakan dengan cara biasa. Setiap kegiatan nyonya pejabat, apalagi dihadiri oleh wanita nomor satu di republik, harus tertata rapi.<br /><br />Panitia telah membuat ratusan lubang berdiameter sekitar 20 cm di hamparan pesisir yang luas, tepat di samping tenda tempat Bu Ani berpidato. Lubang-lubang itu berjajar rapi, dengan jarak yang terukur.<br /><br /><a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhODPAMsckfDg-7xYdZ_PBJO2aAbhRxUnAvG3QW5OG_6L-o2njtGX3v3DO3zxcvGIAHNjepiaQAebSAKFYmJE_uHL54mnCFR-OkmxS10eafB36Ed1OopxFXuqv0yM1nKJ5098EPhKWwIW6i/s1600/IMG_1908.JPG"><img style="float: left; margin: 0pt 10px 10px 0pt; cursor: pointer; width: 200px; height: 150px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhODPAMsckfDg-7xYdZ_PBJO2aAbhRxUnAvG3QW5OG_6L-o2njtGX3v3DO3zxcvGIAHNjepiaQAebSAKFYmJE_uHL54mnCFR-OkmxS10eafB36Ed1OopxFXuqv0yM1nKJ5098EPhKWwIW6i/s200/IMG_1908.JPG" alt="" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5545678016935898354" border="0" /></a><a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhKLJE1dlSweKUTS52Jmh5Y1tjB2CDJHdFhwlwe8DFBEQ92EyBY7EpQRJbA0G7niZgB_Gvth9npeJhFuFMCHur3LqN_nYt1DoPM3_MprcZP_v-OnSY3vAMQyodor02pzSEc8Zsya30xzys9/s1600/IMG_1910.JPG"><img style="float: right; margin: 0pt 0pt 10px 10px; cursor: pointer; width: 200px; height: 150px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhKLJE1dlSweKUTS52Jmh5Y1tjB2CDJHdFhwlwe8DFBEQ92EyBY7EpQRJbA0G7niZgB_Gvth9npeJhFuFMCHur3LqN_nYt1DoPM3_MprcZP_v-OnSY3vAMQyodor02pzSEc8Zsya30xzys9/s200/IMG_1910.JPG" alt="" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5545678315703956402" border="0" /></a>Di setiap lubang terdapat sebatang bibit pohon, ember, dan papan hijau bertuliskan nama nyonya pejabat lengkap dengan jenis bibit pohon yang ditanam. Handuk putih bersih diletakkan di atas papan tersebut. Dengan demikian, para nyonya tak perlu takut kotor. Hebat kan? Sungguh disiapkan dengan baik. Orang Inggris bilang, "well prepared".<br /><br />Sesi menanam pohon dilakukan serempak. Sesaat setelah Bu Ani menekan tombol sirine, para nyonya pejabat serempak memasukkan bibit pohon ke lubang, menguruknya dengan tanah seperlunya, mengelap tangan,...dan biarkan petugas yang lain menyelesaikan sesi penanaman hingga tuntas.<br /><br />Acara Nyonya-nyonya pejabat di pesisir ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas lingkungan. Desa Tanjung Pasir dipilih sebagai tempat peresmian Desa Sejahtera hasil binaan Solidaritas Istri Kabinet Indonesia Bersatu.<br /><br />Peresmian itu ditandai dengan bunyi sirine dan pelepasan ribuan balon karet warna-warni. Ribuan balon karet itu melayang tinggi dan sebagian jatuh di atas air laut, karena memang saat itu angin berhembus ke arah laut.<br /><br /><a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj4thYwWelWzwzIOsJkdT7IHkuwEKFdrZiP2cUljbDrRK03kwIfAdqWa62IY-P1cU_Gf9XQq66a7fVmB_Z9SwBJYwcKtQjMhW8gGL8cDVKuNuoICZxnWToYWHKLo-bl6VWSUDm5_fiboUfR/s1600/IMG_1911.JPG"><img style="display: block; margin: 0px auto 10px; text-align: center; cursor: pointer; width: 320px; height: 240px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj4thYwWelWzwzIOsJkdT7IHkuwEKFdrZiP2cUljbDrRK03kwIfAdqWa62IY-P1cU_Gf9XQq66a7fVmB_Z9SwBJYwcKtQjMhW8gGL8cDVKuNuoICZxnWToYWHKLo-bl6VWSUDm5_fiboUfR/s320/IMG_1911.JPG" alt="" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5545678737031184690" border="0" /></a><br />Aku membayangkan, semua balon itu pasti akan jatuh di laut atau di pesisir jika gas yang membuatnya melayang telah habis.<br /><br />Keindahan balon itu sangat mungkin sirna dalam kurun waktu tertentu. Dan tidak mustahil, ribuan balon itu pada akhirnya akan menjadi sampah di pesisir.<br /><br />Kucoba mencari tahu apa sebenarnya kandungan dalam karet yang menjadi bahan dasar pembuatan balon. Laman Institut Teknologi Bandung menyebut produk dan buangan industri karet sangat mungkin mengandung NH3 atau yang kita kenal sebagai amoniak. Bahan kimia ini berbau sangat menyengat dan bersifat racun untuk pernafasan manusia. Waduh...!?!<br /></div>*****<br /><br />Foto-foto: koleksi pribadisontrothttp://www.blogger.com/profile/14352931898563600770noreply@blogger.com4tag:blogger.com,1999:blog-4619878662182349338.post-81918108180462537882010-11-17T13:39:00.003+07:002010-11-17T13:49:55.219+07:00Bersahabat Dengan Sapi Pak Presiden<div style="text-align: justify;">Dua ekor sapi itu berada di dalam komplek Masjid Istiqlal, Jakarta, Rabu pagi. Keduanya diikat dengan tali kekang pada bagian leher dan kepala. Kemudian, tali kekang itu diikatkan pada dua batang pohon.<br /><br />Kedua sapi itu berada di dalam taman, tepat di samping salah satu pintu masuk masjid yang konon paling besar se-Asia Tenggara itu.<br /> Pintu masuk itu adalah pintu khusus karena akan dilewati oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan Ibu Negara Ani Yudhoyono.<br /><br />Presiden dan Ibu negara berada di Masjid Istiqlal untuk menunaikan shalat Idul Adha 1431 H.<br /><br />Dinding di sekitar pintu masuk itu berhias kain warna-warni. Warna merah, putih, dan biru sangat dominan di ruangan itu.<br /><br />Sejumlah pejabat negara dan beberapa pasukan pengamanan bersiaga di lokasi tersebut. Bahkan, taman tempat dua ekor sapi itu berada juga tak luput dari penjagaan khusus.<br /><br />Singkat kata, dua ekor sapi yang akan dikurbankan itu beruntung. Bagaimana tidak? berdasar pantauan, hanya dua sapi itu--selain tentunya para pejabat negara--yang bisa berada di dekat presiden saat orang nomor satu itu memasuki Istiqlal. Sementara itu, hewan kurban yang lain ditempatkan jauh dari pintu masuk tersebut.<br /><br />Maklum saja, dua ekor sapi itu adalah hewan kurban yang diserahkan oleh Presiden Yudhoyono dan Wakil Presiden Boediono kepada pengelola Masjid Istiqlal.<br /><br /><br /><span style="font-style: italic; font-weight: bold;">Yunus bersaudara</span><br /><br /> Meski berada di taman dan dekat dengan pintu masuk bagi presiden, kedua sapi itu terlihat tidak begitu nyaman.<br /><br />Kedua hewan kurban itu beberapa kali mengibaskan ekor ke segala arah. Mereka bahkan kadang memukulkan ekor ke bagian tubuh tertentu.<br /><br />Mereka hentakkan kaki keras-keras, sambil sesekali mendongakkan kepala ke atas sehingga tali kekang yang membelenggu mereka menegang.<br /><br />Sapi-sapi itu terlihat berusaha menghilangkan tanah basah yang melekat pada kaki mereka, dengan menghentakkan kaki atau mengoleskan tanah itu ke pohon atau bagian tubuh yang lain.<br /><br />Hanya sebagian kaki-kaki sapi itu yang kotor. Selebihnya, kedua sapi itu tampak putih bersih. Tidak ada bercak tanah basah atau kotoran lain melekat pada tubuh hewan tambun itu.<br /><br /><a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEil1ebBrRoSxK9sb_Eg7pYMqMt_d1YWk5Pyel8dVGEFrfPr4Tv-JxZ1NwA-35a8Ryq7PEOOMxgklJOl28UfAUMGws8fcfjqOD9n9BKn17_Ufe0MntaVh1-66KIuD4JLUb22lnV0aw2lEVGn/s1600/sapi+sby.jpg"><img style="margin: 0pt 10px 10px 0pt; float: left; cursor: pointer; width: 320px; height: 240px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEil1ebBrRoSxK9sb_Eg7pYMqMt_d1YWk5Pyel8dVGEFrfPr4Tv-JxZ1NwA-35a8Ryq7PEOOMxgklJOl28UfAUMGws8fcfjqOD9n9BKn17_Ufe0MntaVh1-66KIuD4JLUb22lnV0aw2lEVGn/s320/sapi+sby.jpg" alt="" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5540405013475531458" border="0" /></a>Adalah Wahyu Yunus yang mampu mengenali gerak tubuh sapi-sapi tersebut. Dia bahkan berani menegaskan, kedua sapi itu tidak merasa nyaman berdiri di tanah basah yang mengotori sebagian kakinya.<br /><br />"Biasanya mereka berdiri di atas karpet karet," katanya tenang.<br /><br />Bersama saudaranya, Muqorrobin Yunus, Wahyu bagaikan sahabat karib kedua sapi itu. Mereka begitu mengenal tingkah laku dan kebiasaan dua hewan kurban itu.<br /><br />Wahyu Yunus dan Muqorrobin Yunus adalah kakak beradik yang didaulat untuk merawat sapi pesanan Presiden dan Wakil Presiden.<br /><br />Bersama ayah mereka, Wahyu dan Muqorrobin mengelola bisnis perawatan sapi di kawasan Mampang, Jakarta Selatan.<br /><br />Menurut Wahyu, bisnis yang dikelola keluarganya selalu diminta oleh pihak Istana Kepresidenan untuk merawat sapi khusus, terutama setiap kali presiden dan wakil presiden akan berkurban pada Hari Raya Idul Adha.<br /><br />Dengan bangga, Wahyu Yunus mengaku telah merawat "sapi kepresidenan" yang dijadikan hewan kurban sejak Susilo Bambang Yudhoyono menjadi presiden pada 2004.<br /><br /><br /><span style="font-style: italic; font-weight: bold;">Sapi emosional</span><br /><br /><br /><span style="font-style: italic;"></span>Yunus bersaudara merawat sapi milik Presiden dan Wakil Presiden selama kurang lebih satu bulan, sebelum dikurbankan di Istiqlal.<br /><br />Kakak beradik itu membagi pekerjaan untuk menunaikan tugas mulia tersebut. Sang kakak, Wahyu Yunus, bertugas mengurus sapi milik Presiden Yudhoyono. Sedangkan si adik, Muqorrobin Yunus, bertugas merawat sapi pesanan Wakil Presiden Boediono.<br /> Meski ada pembagian tugas, mereka saling membantu dalam bekerja. <br /><br />Setiap sapi memiliki sifat berbeda, kata Muqorrobin Yunus. Untuk tahun ini, sapi milik Presiden Yudhoyono dan Wakil Presiden Boediono cukup emosional.<br /><br />"Mereka kadang marah, tidak mau dipegang bagian tubuh tertentu," katanya.<br /> Menurut Muqorrobin, sapi-sapi itu juga tidak senang jika tidak ditempatkan di tempat yang tidak senyaman lokasi perawatan.<br /><br />Dia kemudian menjelaskan, sapi-sapi pesanan itu tidak nyaman berdiri di atas tanah basah di samping Istiqlal karena keduanya biasa berdiri di lantai yang dilapisi karpet yang terbuat dari karet.<br /><br />Meski demikian, Yunus bersaudara memperlakukan sapi-sapi "istimewa" itu laiknya sahabat. Mereka merawat dan memberikan makanan khusus.<br /><br />Mereka juga memandikan sapi-sapi itu secara rutin terutama menjelang dibawa ke Istiqlal, tempat penyerahan sapi dari Presiden Yudhoyono kepada pengelola masjid.<br /><br />Selain itu, kakak beradik itu juga menyediakan makanan sehat. Secara rutin, mereka menyediakan kulit jagung, ampas tahu, kedelai, dan singkong untuk pakan.<br /><br />Muqorrobin menjelaskan, berbagai jenis pakan itu digiling atau diaduk menjadi satu. Adonan pakan itu kemudian dicampur garam secukupnya supaya lebih berasa.<br /><br />Tidak ada waktu khusus untuk memberi makan sapi-sapi itu. Menurut Muqorrobin, sapi pesanan presiden dan wapres itu hobi makan.<br /><br />"Jadi kalau sudah terlihat lapar, ya langsung kita kasih makan lagi," katanya.<br /><br /><a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhoTzcp9mhMk_4ICHMuEazYpCbrRx8dIDqhd_7fCFktcB3K17qLtqTGY3RBZe56_VZ-Cr8doyyePHpWvuH3zbNueUORGMRutCk_1qaKgkS9tQE4r1lqExOGUB7Hm2F2j99NMHofi4EsJZHM/s1600/sapi+sby1.jpg"><img style="margin: 0pt 0pt 10px 10px; float: right; cursor: pointer; width: 320px; height: 240px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhoTzcp9mhMk_4ICHMuEazYpCbrRx8dIDqhd_7fCFktcB3K17qLtqTGY3RBZe56_VZ-Cr8doyyePHpWvuH3zbNueUORGMRutCk_1qaKgkS9tQE4r1lqExOGUB7Hm2F2j99NMHofi4EsJZHM/s320/sapi+sby1.jpg" alt="" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5540405909008614050" border="0" /></a>Muqorrobin mengatakan, pakan khusus itu terbukti menyehatkan dan bisa menambah bobot sapi. Setelah menjalani perawatan sebulan penuh, katanya, sapi milik presiden berbobot 1,8 ton dan sapi milik wakil presiden berbobot 1,2 ton dalam usia tujuh tahun.<br /><br />Meski bercerita banyak tentang cara perawatan sapi, Yunus bersaudara tidak mau buka mulut ketika ditanya tentang jenis dan harga sapi yang beratnya diukur dalam satuan "ton" itu.<br /><br />Keduanya juga tidak mau menjawab ketika ditanya jumlah honor untuk merawat dua "sapi kepresidenan" itu.<br /><br />Berdasarkan ciri fisik, sapi milik presiden dan wakil presiden itu termasuk jenis Sapi Ongole. Setidaknya hal itu diuraikan dalam laman Kementerian Pertanian.<br /><br />Ciri-ciri fisik Sapi Ongole yang diuraikan dalam laman itu sama persis dengan ciri sapi milik presiden dan wakil presiden yang "dipajang" di Masjid Istiqlal.<br /><br />Sapi Ongole adalah sapi potong yang berwarna putih. Beberapa bagian tubuhnya, terutama ujung ekor dan hidung, berwarna hitam.<br /><br />Sapi jenis ini bergelambir, mulai dari rahang hingga dada. Dia berbadan besar, panjang, berpunuk, dan bertanduk. Hewan ini juga memiliki daya adaptasi yang cukup baik, serta bisa tumbuh dengan cepat.<br /><br />Sebuah biro iklan di Ciputat, Jakarta Selatan, mematok harga Rp12 juta untuk seekor sapi jenis ini dengan berat 350 kilogram.<br /> <br />Sedangkan data Dinas Kesehatan Hewan Provinsi Kalimantan Barat pada September 2010 merinci, harga sapi jenis ini bisa mencapai Rp35 ribu per kilogram berat hidup.<br /><br /> Sementara itu, Kementerian Pertanian pada Mei 2010 menyatakan harga rata-rata sapi potong adalah Rp25 ribu per kilogram berat hidup.<br /><br />Berdasar harga rata-rata sapi potong versi Kementerian Pertanian, maka Presiden Yudhoyono harus mengalokasikan dana sedikitnya Rp45 juta untuk membeli seekor sapi dengan berat 1,8 ton. Sebuah harga yang jauh lebih tinggi daripada harga sapi milik korban dan pengungsi letusan Gunung Merapi yang akan diganti pemerintah dengan uang Rp5 juta sampai Rp10 juta per ekor.<br /></div>*****<br /><br /><div style="text-align: left;">Foto: koleksi pribadi<br />Cerita ini juga bisa dibaca di: http://www.antaranews.com/berita/1289973525/bersahabat-dengan-sapi-pak-presiden<br /></div>sontrothttp://www.blogger.com/profile/14352931898563600770noreply@blogger.com3tag:blogger.com,1999:blog-4619878662182349338.post-44785112821349203702010-11-11T18:39:00.013+07:002010-11-11T21:05:02.538+07:00Tampilan Baru Podium Pak PresidenRene Decartes yang jago filsafat pernah bilang, "Cogito Ergo Sum" atau "Aku berpikir maka aku ada". Tapi, untuk tulisan ini, aku cuma mau bilang,..."Aku ber-podium, maka aku ada."<br /><br />Pagi itu, kegiatan Pak Presiden SBY di depan rakyatnya diawali di ruang wartawan yang berada di kantor presiden. Sejak pukul delapan pagi, puluhan juru warta sudah berkumpul untuk mendengarkan titah Sang Kepala Negara tentang rencana kunjungan kerja ke Korea Selatan dan Jepang.<br /><br />Sejumlah penyangga kamera berderet rapi di baris paling depan. Sedangkan para juru tulis atau wartawan cetak berada di belakang penyangga tersebut.<br /><br />Saya sendiri kurang mengerti mengapa pihak istana mengatur urutan sedemikian rupa. Oh, mungkin saja memang ada arahan agar sorot kamera tidak terganggu hilir mudik wartawan cetak. Maklum saja, gambar pak presiden yang rupawan akan kacau balau kalau terhalang makhluk-makhluk jelata itu.<br /><br />Pagi itu, perhatian tertuju pada Podium Garuda--sebuah podium andalan Pak SBY setiap kali berpidato. Konon, istana memiliki sejumlah podium yang sama persis dan harus selalu ada setiap kali presiden ingin berpidato, kapanpun..dimanapun; di puncak dataran tinggi Yahukimo sekalipun.<br /><br />Aku yang gampang kagum--atau kata orang Jawa "gumunan"--mencoba mengintip. Oalah, ternyata para abdi Pak Presiden sedang menata ulang tampilan podium andalan itu.<br /><br /><a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi1HiWrRwu21elcUccF6hla5Mn3lkISjOO-TkVrMid1IDX9MZ2Cb4K00PtnBmI-75wGUHlmqGfZAtU9X1kWpv9fiWbimy-sGdo-CzDS1lN02nT8EO21kXafjUfIW1Vug-NTK0hYk49hs6xi/s1600/sby+mikrofon+baru+4.jpg"><img style="margin: 0pt 10px 10px 0pt; float: left; cursor: pointer; width: 320px; height: 240px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi1HiWrRwu21elcUccF6hla5Mn3lkISjOO-TkVrMid1IDX9MZ2Cb4K00PtnBmI-75wGUHlmqGfZAtU9X1kWpv9fiWbimy-sGdo-CzDS1lN02nT8EO21kXafjUfIW1Vug-NTK0hYk49hs6xi/s320/sby+mikrofon+baru+4.jpg" alt="" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5538256817853257202" border="0" /></a>Satu hal yang kutangkap adalah, para abdi itu berusaha sedemikian rupa agar mikorofon para wartawan televisi bisa "nangkring" di podium dengan rapi. Entah kenapa harus begitu.<br /><br />Tidak cukup satu orang untuk mempercantik podium pak SBY. Dengan sigap, beberapa orang memasang penyangga khusus di atas podium. Penyangga itu akan menyangga mikrofon dengan rapi, sehingga tampilan pak presiden di layar kaca akan semakin yahud.<br /><br /><br /><br /><a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi1MpyuIkQjMaAmoq5dfRDNJ75kA1O02bVZZjBEaWuKTypVzESCdwEkK9osq5gxXVhG3BGEvOjkIejGTdo8A0NgFIkeMWiaNEWRUidErIEUjd9V2PonG5m5edVQz-L3pP4zZZ0JdWTNuUX2/s1600/sby.jpg"><img style="margin: 0pt 0pt 10px 10px; float: right; cursor: pointer; width: 150px; height: 209px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi1MpyuIkQjMaAmoq5dfRDNJ75kA1O02bVZZjBEaWuKTypVzESCdwEkK9osq5gxXVhG3BGEvOjkIejGTdo8A0NgFIkeMWiaNEWRUidErIEUjd9V2PonG5m5edVQz-L3pP4zZZ0JdWTNuUX2/s320/sby.jpg" alt="" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5538258336030819250" border="0" /></a>Sebelumnya, Pak SBY tidak pernah berpidato menghadap deretan mikrofon. Biasanya, podium pak presiden selalu polos, hanya dilengkapi dua tiang mikrofon khusus yang memang dirancang menempel pada podium itu. Dua mikrofon itu "menjulur" dari permukaan podium ke arah mulut pak presiden.<br /><br /><br />Entah kenapa kini harus ada mikrofon wartawan televisi yang tersusun rapi di atas podium. Pikiran bebalku melayang ke peristiwa ketika Pak Yudhoyono tidak jadi berpidato di Halim Perdanakusuma.<br /><br />Mungkin teman-teman masih ingat, waktu itu presiden menunda pidato karena mikrofon televisi tidak diletakkan di atas podium. Padahal biasanya mikrofon wartawan tidak pernah mengarah ke pak SBY. Biasanya, mikrofon selalu mengarah ke pengeras suara yang berada di sudut ruangan atau di belakang barisan wartawan.<br /><br /><a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgONYkwWd75wWEeZJRxsaxIRbgO5MvBSKwPIG2gjn4zTkyO7ztpq-nAzk-cPPBZ0OO7nirSuaEZsMzg-rasDRYo35kEumDuYqm2j7U5J3UPbmaCVH8XfEIHEXLAyIzDbRpEeSETVJmsruHl/s1600/sby+tutup+muka.jpg"><img style="margin: 0pt 10px 10px 0pt; float: left; cursor: pointer; width: 320px; height: 214px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgONYkwWd75wWEeZJRxsaxIRbgO5MvBSKwPIG2gjn4zTkyO7ztpq-nAzk-cPPBZ0OO7nirSuaEZsMzg-rasDRYo35kEumDuYqm2j7U5J3UPbmaCVH8XfEIHEXLAyIzDbRpEeSETVJmsruHl/s320/sby+tutup+muka.jpg" alt="" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5538258856888095682" border="0" /></a>Para abdi menangkap kekecewaan pak presiden. Dengan segala daya upaya, para abdi berusaha menyusun mikrofon televisi di atas podium. Tidak ada alat penyangga khusus waktu itu. Tak apalah mikrofon tidak tersusun rapi. Yang penting bapak senang.<br /><br />Lagi-lagi aku terlalu bodoh untuk berpikir, bahkan terlalu bebal untuk menduga kenapa Pak SBY ingin sekali berpidato di depan mikrofon wartawan televisi.<br /><br />Saat itu, yang terlintas di otakku adalah: pak presiden merasa pidatonya begitu berharga sehingga wartawan televisi rela menumpuk-numpuk mikrofon di podium. Eits...tunggu dulu, saya hanya bilang pak presiden MERASA pidatonya berharga.<br /><br />Kembali ke ruang wartawan di kantor presiden. Atas usaha keras para abdi, akhirnya mikrofon para wartawan televisi bisa tersusun rapi di atas podium. Dengan begitu, gambar pak presiden yang muncul di televisi akan semakin mantap. Kesan penting serta berharganya setiap kata yang keluar dari mulut presiden akan tetap terjaga.<br /><br /><a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgOAjX0nqL2llFQeDeM5ed-EVFVIS3pjK77uOiicFcCKFb9Hkd0o5FeuO6nlJupHlq6P8jD0Xv9LOMaaL9u4FhYBLOIbeyrA-NKwzy3sxIdgW5SGX_nhMzc-GBD5BHoK10pvGzSHfPJMvjc/s1600/sby+mikrofon+baru+1.jpg"><img style="margin: 0pt 0pt 10px 10px; float: right; cursor: pointer; width: 200px; height: 150px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgOAjX0nqL2llFQeDeM5ed-EVFVIS3pjK77uOiicFcCKFb9Hkd0o5FeuO6nlJupHlq6P8jD0Xv9LOMaaL9u4FhYBLOIbeyrA-NKwzy3sxIdgW5SGX_nhMzc-GBD5BHoK10pvGzSHfPJMvjc/s200/sby+mikrofon+baru+1.jpg" alt="" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5538259457912736130" border="0" /></a><a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi_j4QaZDGHh0XZMLcupyQcfHDLjsDsNsUxwRJoHLQjslyw-vJMYH721VW47RXHbyF8dpla7XJY_dl9jKsoix8euERcbp47xl0oR4Gx_yXLPmL6gHXofePMRQnMr6_tTQESj-3_N6aeaqV8/s1600/sby+mikrofon+baru+3.jpg"><img style="margin: 0px auto 10px; display: block; text-align: center; cursor: pointer; width: 200px; height: 150px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi_j4QaZDGHh0XZMLcupyQcfHDLjsDsNsUxwRJoHLQjslyw-vJMYH721VW47RXHbyF8dpla7XJY_dl9jKsoix8euERcbp47xl0oR4Gx_yXLPmL6gHXofePMRQnMr6_tTQESj-3_N6aeaqV8/s200/sby+mikrofon+baru+3.jpg" alt="" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5538259915537693986" border="0" /></a><br /><br />Mungkin anda bertanya, kok yang diurus hanya mikrofon yang terhubung langsung ke kamera wartawan televisi? bagaimana dengan alat rekam suara milik wartawan cetak? Sayapun bingung. Oh, mungkin karena belum ada alat rekam suara yang bisa menampilkan gambar pak presiden yang rupawan.<br /><br /><div style="text-align: center;">*****<br /><br /><div style="text-align: left;">foto-foto: koleksi pribadi, www.antarafoto.com, dan www.antaranews.com<br /></div></div>sontrothttp://www.blogger.com/profile/14352931898563600770noreply@blogger.com4tag:blogger.com,1999:blog-4619878662182349338.post-14407174318575379002010-11-10T20:11:00.003+07:002010-11-10T20:29:32.436+07:00"Apa Kabar Indonesia," Kata Obama<a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhBwzwvkskKAxP9S-yYeXExywm3BfDyZZ0ItR5x-lXRbSIQlQ48riFABYYCcnw6HGYb4ItGdGzAZvyfsQGd0HQLc7-MHA0Ias4hBxbQU81XvfGTGM0b5NyvGLz3Z_aZRp5sxPzjey3m0YG1/s1600/obama.jpg"><img style="margin: 0pt 10px 10px 0pt; float: left; cursor: pointer; width: 190px; height: 300px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhBwzwvkskKAxP9S-yYeXExywm3BfDyZZ0ItR5x-lXRbSIQlQ48riFABYYCcnw6HGYb4ItGdGzAZvyfsQGd0HQLc7-MHA0Ias4hBxbQU81XvfGTGM0b5NyvGLz3Z_aZRp5sxPzjey3m0YG1/s320/obama.jpg" alt="" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5537909303931550402" border="0" /></a>Menanyakan kabar adalah hal pertama yang dilakukan Presiden Amerika Serikat Barack Obama begitu menginjakkan kaki di teras Istana Merdeka, Jakarta, Selasa.<br /><br />Ucapan itu terlontar sesaat setelah dia disambut oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan Ibu Ani Yudhoyono di beranda istana.<br /><br />"Apa kabar," katanya kepada semua orang dalam bahasa Indonesia yang boleh dikatakan fasih.<br /><br />Tentu saja, pertanyaan itu dijawab serempak, "baik pak". Jawaban itu memang tidak salah, meski pada kenyataannya, rencana penyambutan Obama di kompleks Istana Kepresidenan berubah total akibat hujan.<br /><br />Lebih jauh lagi, jawaban "baik" itu tidak selaras dengan kenyataan bahwa ratusan nyawa melayang dan ribuan warga Kepulauan Mentawai, Yogyakarta, dan Jawa Tengah terpisah dari kampung halaman karena terpaksa menjadi pengungsi.<br /><br />"Kabar buruk" tentang perubahan mendadak rangkaian acara kunjungan kenegaraan Presiden Obama terjadi sekitar pukul 16.00 WIB, atau beberapa saat sebelum Obama dan rombongan tiba di Bandara Halim Perdanakusuma. Saat itu, tiba-tiba hujan deras mengguyur ibu kota Jakarta.<br /><br />Alhasil, kompleks Istana Kepresidenan diguyur hujan lebat, tepat ketika segala persiapan menyambut kedatangan Presiden Amerika Serikat Barack Obama sedang dilakukan.<br /><br />Akibat hujan, sejumlah perlengkapan yang akan digunakan untuk menyambut Obama di halaman Istana Merdeka basah kuyup.<br /><br />Panggung kehormatan yang tepat berada di depan istana tak luput dari guyuran air hujan. Sejumlah penyangga kamera televisi yang sudah disiagakan juga basah.<br /><br />Para pekerja istana dan beberapa wartawan nampak sibuk memindahkan peralatan itu ke tempat yang tidak terkena hujan.<br /><br />Rencananya, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono akan menyambut Obama dalam upacara resmi kenegaraan di halaman depan Istana Merdeka.<br /><br />Sesudah menggelar pertemuan bilateral, rencananya kedua kepala negara akan menggelar konferensi pers di halaman tengah komplek istana. Untuk itu, panggung berukuran besar dan deretan kursi untuk menampung 300 wartawan telah disiapkan. Lengkap dengan karpet merah tentunya.<br /><br />Rencana pun gagal total. Upacara penyambutan akhirnya digelar di teras Istana Merdeka. Presiden Yudhoyono, Presiden Obama, Ani Yudhoyono dan Michele Obama beserta puluhan pasukan pengamanan dan wartawan "berjubel" di teras itu.<br /><br />Panggung "raksasa" dan karpet merah di halaman istana juga basah kuyup dan sia-sia, karena konferensi pers akhirnya digelar di dalam istana.<br /><br />"Kabar buruk" lainnya muncul tepat saat kedua presiden bertukar harapan tentang hubungan baik kedua negara, di tengah hamparan berbagai hidangan jamuan makan malam kenegaraan. Saat itu, gempa mengguncang Tasikmalaya dan daerah sekitarnya, serta membuat warga di daerah itu panik.<br /><br />Gempa dengan kekuatan cukup besar itu berlangsung beberapa detik namun hampir sebagian besar warga merasakannya dan berhamburan keluar rumah.<br /><br /><br /><br /> Romantisme<br /><br />Presiden Amerika Serikat Barack Obama bersama Michele Obama, berada di Jakarta untuk melakukan kunjungan kenegaraan dan sejumlah agenda kerja lainnya.<br /><br />Obama tiba di Istana Merdeka Jakarta, Selasa sore, dan langsung disambut oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono bersama Ibu Negara Ani Yudhoyono.<br /><br />Belasan mobil yang tergabung dalam iring-iringan kendaraan yang mengantar Obama tiba di Istana Merdeka tepat pukul 17.00 WIB.<br /><br />Setibanya di halaman samping Istana Merdeka, Obama dan Michele disambut langsung oleh Presiden Yudhoyono dan Ibu Negara.<br /><br />Keempatnya tampak akrab dan saling berjabat tangan. Sesaat kemudian, keempatnya menuju teras Istana untuk upacara penyambutan.<br /><br />Sebagian orang menganggap kedatangan Obama ke Indonesia adalah "kabar baik". Bahkan, sebagian orang mungkin menganggap kedatangannya ke tanah air adalah "berkah". Setidaknya hal itu bisa dilihat dari setumpuk harapan kerjasama di berbagai bidang yang dibahas dalam pertemuan bilateral kedua negara.<br /><br />Presiden Yudhoyono berharap, kerja sama itu bisa meningkatkan kesejahteraan rakyat Indonesia.<br /><br />Namun, hal yang pasti menjadi topik pembicaraan dalam kunjungan Obama adalah "romantisme" masa lalu. Maklum, Obama menghabiskan masa kecil di Jakarta.<br /><br />Harapan itu pun tidak terlalu muluk. Hal itu terbukti benar karena Obama memang kembali mengurai untaian kenangan yang menghiasi benaknya selama di Jakarta, puluhan tahun silam.<br /><br />Barack "Berry" Obama terkenang masa lalunya ketika dia berada di Indonesia terutama tentang "becak" dan "bemo", kendaraan khas Jakarta yang sering dia jumpai pada masa kecilnya.<br /><br />"Tahun 1967, saat itu orang-orang naik becak, kereta yang dikayuh dengan roda tiga. Dan kalau tidak naik becak mereka naik bemo," kata Obama saat menggelar konferensi pers bersama Presiden Susilo Bambang Yudhoyono di Istana Merdeka, Jakarta, Selasa malam.<br /><br />Saking melekatnya kenangan masa lalu itu, Obama bahkan menjelaskan apa yang dimaksud dengan bemo.<br /><br />"Jadi seperti taksi kecil dan orang bisa duduk atau berdiri di belakang. Sangat padat," katanya sembari tersenyum dan disambut gelak tawa hadirin.<br /><br />Menurut Obama, kembali ke tempat yang dulu pernah ditinggali adalah hal yang luar biasa.<br /><br />Namun demikian, Obama mengaku mengalami disorientasi ketika kembali ke Jakarta setelah puluhan tahun ditinggalkan. Menurut Obama, Jakarta sudah menjadi jauh lebih baik dibanding pada saat dia tinggal dulu.<br /><br />"Saya rasa itu luar biasa untuk kembali," katanya<br /><br />Romantisme memang disinggung oleh Obama. Namun, hal itu tidak selamanya menjadi "kabar baik" bagi warga negara Indonesia, khususnya mereka yang mengidolakan atau berharap banyak terhadap Obama.<br /><br />Sebab, di akhir untaian romantisme masa lalu, Obama menegaskan masa lalu bukanlah tujuan utama Obama di Indonesia. Obama memilih menatap ke depan, daripada terbuai kenangan masa lalu.<br /><br />"Hari ini sebagai presiden saya berfokus bukan pada masa lalu, tapi masa depan," katanya.<br /><br />Sebuah pelajaran berharga dari Obama. Dia berusaha jujur dengan berkata tidak mementingkan romantisme masa lalu, meski banyak orang akan kecewa dengan pernyataan itu.<br /><br />Indonesia bisa meniru sikap jujur Obama itu dengan menyatakan bahwa kabar negeri ini sedang "buruk" akibat rentetan bencana alam dan keterpurukan ekonomi. Indonesia juga bisa memilih menatap masa depan, melepaskan dari kungkungan masa lalu, dan fokus pada usaha meringankan penderitaan rakyat yang sekarang sedang terjadi.<br /><div style="text-align: center;">*****<br /><br /><div style="text-align: left;">foto: http://antarafoto.com/cari/v1289308812/kunjungan-presiden-obama<br /></div><div style="text-align: justify;"><br /></div></div>sontrothttp://www.blogger.com/profile/14352931898563600770noreply@blogger.com3tag:blogger.com,1999:blog-4619878662182349338.post-6907358455890011462010-11-01T21:01:00.008+07:002010-11-01T21:24:06.105+07:00Belajar Narsis Bersama PejabatMalam itu, udara Shanghai menusuk tulang. Ketika udara itu bergerak karena perbedaan tekanan dan menghempasku, tubuh ini semakin menggigil.<br /><br />Maaf kalau berlebihan, maklum saja, tubuhku terlalu terbiasa terpanggang panas dan tersembur asap yang keluar dari knalpot berkarat sejumlah kendaraan di Jakarta.<br /><br />Aku semakin terkagum-kagum ketika sadar bahwa sebagian besar kendaraan di Shanghai, terutama angkutan umum, adalah kendaraan listrik tak berasap. Di beberapa tempat yang sudah disediakan, kendaraan-kendaraan itu berhenti untuk mengisi ulang daya listrik mereka.<br /><br />Sekali lagi aku minta maaf, kali ini karena bersikap kampungan. Maklum, selama aku hidup di Jakarta, aku hanya melihat ratusan angkutan kota meraung, dengan asap mengepul, dan kadang antri mengular untuk mengisi bahan bakar minyak yang harganya terus melangit.<br /><br />Ah sudahlah. Singkatnya, karena keberuntunganku, aku sampai ke negeri tirai bambu itu. Karena keberuntungan pula, aku bisa menikmati suasana, sekaligus mengintip aktivitas para pejabat kita yang melakukan kunjungan kerja di sana. Kuulangi sekali lagi, kunjungan kerja.<br /><br />Akhir Oktober ini, Pak Presiden SBY memang dijadwalkan berkunjung ke Shanghai untuk melakukan sejumlah pekerjaan, mulai dari menghadiri forum pengusaha hingga mengunjungi pavilion Indonesia yang berada di World Expo 2010.<br /><br />Tentu saja pak presiden tidak sendiri. Seperti biasa, sang istri dan anak bungsunya ikut. Beberapa petinggi, namun masih kalah tinggi dari pak SBY, juga tak mau ketinggalan.<br /><br />Sore menjelang malam, rombongan tiba di sebuah hotel mewah, tepat di jantung kota. Malam itu, pak presiden menghabiskan waktu dengan bertemu sejumlah kalangan, terutama pebisnis yang sedang menggelar forum bisnis tentang segala macam investasi di Indonesia.<br /><br />Singkatnya, segala sumber daya alam tanah air kita ditawarkan untuk dieksploitasi para pengusaha dari negeri tirai bambu.<br /><br />Keesokan harinya, rombongan menuju World Expo 2010. Hanya dalam waktu 20 menit dari hotel dengan mengendarai mobil, kami sampai di lokasi pameran budaya dan teknologi yang diikuti sejumlah negara itu.<br /><br />Rencananya, keluarga presiden dan para pejabat lainnya akan mengunjungi pavilion Indonesia. Pavilion kita ini, kata Pak SBY, patut dibanggakan karena menjadi salah satu pavilion favorit.<br /><br />Saya kembali bersyukur karena diperbolehkan ikut pameran semegah itu. Maklum, selama ini saya hanya sering melihat pameran foto atau lukisan amatiran tentang kemiskinan di tanah air.<br /><br />Rasa syukur itu terutama saya tujukan kepada para pejabat yang, secara tidak langsung, telah mengajari saya untuk menjadi narsis. Sampai saat itu, saya memaknai kata narsis secara positif, yaitu mengagumi dan menjaga diri sebagai makhluk ciptaan Tuhan.<br /><br />Cerita dimulai ketika rombongan presiden mampir ke pavilion China. Dengan pengawalan ketat, rombongan yang berisi sejumlah petinggi negeri itu diarahkan ke lantai 14 atau puncak tertinggi dari sekian banyak pavilion yang dipamerkan.<br /><br />Dari puncak itu, Shanghai memperlihatkan kecantikannya. Deretan gedung beringkat teratur rapi. Rastusan gedung itu tertata apik dalam setiap blok-blok kota yang terlihat simatris. Sejumlah jembatan dengan desain menawan, melangkung di atas sungai yang mengalir lancar tanpa tersendat sampah.<br /><br />Pak presiden dan para pengikutnya meluangkan waktu untuk menikmati keindahan itu. Beliau terkesima dengan keindahan yang dihasilkan oleh cipta, rasa, dan karsa manusia itu.<br /><br />Mungkin karena kesadaran akan berharganya manusia yang dikaruniai cipta, rasa, dan karsa itu, pak presiden dan keluarga menyempatkan diri untuk berfoto dengan latar belakang kota Shanghai. Ya, mumpung di Shanghai yang eloknya berlipat ganda bila dibandingkan dengan Jakarta.<br /><br /><a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhzvaa-EYSPwOu0RuQIU3dGHSlT66jBaGuKtlENgogfYWUY3DChJHVMPzMkoAixgHxQ7qU0pYCTXmwBqw-BZ30UfE5OUFO3xqvV7XmcosjzutX_snxtE16kZNjyjQAWqWRbCfLaA7YUYTOQ/s1600/IMG_1826.JPG"><img style="margin: 0pt 0pt 10px 10px; float: right; cursor: pointer; width: 320px; height: 240px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhzvaa-EYSPwOu0RuQIU3dGHSlT66jBaGuKtlENgogfYWUY3DChJHVMPzMkoAixgHxQ7qU0pYCTXmwBqw-BZ30UfE5OUFO3xqvV7XmcosjzutX_snxtE16kZNjyjQAWqWRbCfLaA7YUYTOQ/s320/IMG_1826.JPG" alt="" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5534585941547605762" border="0" /></a>Tanpa dikomando, semua alat kelangkapan, protokol, tim pendukung, dan pasukan pengaman langsung menyiapkan tempat ketika kalimat "sepertinya bagus foto di sini" diucapkan pak presiden.<br /><br />Putra bungsu, mas Ibas, juga langsung merapat ketika puluhan kamera membidik pak presiden dan ibu Ani yang selalu berdampingan.<br /><br />Meski berlangsung singkat, sesi foto itu mungkin telah menghasilkan ratusan 'frame' karena jumlah kamera yang membidik sangatlah banyak. Bahkan, beberapa kamera adalah kamera canggih yang bisa menghasilkan puluhan gambar dalam satu detik.<br /><br />Saat itu saya juga baru tahu kalau gejala narsis ternyata menular. Sekali lagi, saat itu saya berpikir positif, bahwa narsis adalah wujud rasa syukur dalam bentuk penghargaan diri sebagai makhluk ciptaan Tuhan.<br /><br />Bukti bahwa narsis itu menular bisa dilihat dari gelagat sejumlah pejabat juga menyempatkan diri untuk berfoto di tengah agenda kerja yang padat.<br /><br />Di atap pavilion China itu, beberapa dari mereka menyuruh ajudan yang selalu mendampingi untuk memotret. Setelah memantau lokasi yang cocok dan mengatur gaya semenarik mungkin, tombol bidikpun ditekan. Jadilah foto dengan latar belakang hingar bingar kota Shanghai.<br /><br /><a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhUxF79boH5koK7e_bMAB4cD0eP0cUF6KAHLGea3UvxjyDIUpZYPJPm-pZvAPfUwoLnVjvKsNHXVmjbw6l-2qnhdSoOxhCrHz40_gC00TmnAbexwj-g5skfmdg88VVfKn9_ZEhkJ4T5kTCx/s1600/IMG_1824.JPG"><img style="margin: 0pt 10px 10px 0pt; float: left; cursor: pointer; width: 320px; height: 240px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhUxF79boH5koK7e_bMAB4cD0eP0cUF6KAHLGea3UvxjyDIUpZYPJPm-pZvAPfUwoLnVjvKsNHXVmjbw6l-2qnhdSoOxhCrHz40_gC00TmnAbexwj-g5skfmdg88VVfKn9_ZEhkJ4T5kTCx/s320/IMG_1824.JPG" alt="" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5534585730377934498" border="0" /></a>Saya semakin takjub melihat kesigapan pejabat lain yang main tarik siapapun yang berada di dekatnya, dengan satu tujuan; meminta tolong untuk dipotret. Senyum mereka tersungging begitu kamera membidik.<br /><br />Pajabat kita benar-benar sigap, berpikir cepat, dan berpikir global. Setelah saya bertanya kepada teman yang melek teknologi dan komputer, sifat seperti itu bisa disebut sebagai "multi tasking".<br /><br />Betapa tidak, para pembesar itu berpikir cepat dan bertindak sigap begitu melihat latar belakang yang bagus untuk dijadikan obyek foto. Mereka juga berbikir global karena bisa melakukan banyak hal dalam satu waktu, yaitu melakukan kunjungan kerja yang padat dan mengagumi diri dalam waktu yang bersamaan.<br /><br />Semakin kagum kektika aku melihat para pemegang amanat rakyat itu bisa bekerjasama dengan baik. Mereka bisa membagi tugas dengan sesama pejabat, ajudan, dan staf.<br /><br />Dengan sesama pejabat, mereka bisa bergurau, tertawa terbahak dalam setiap pembicaraan tentang nasib bangsa.<br /><br /><a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiLK2QBW39ZiTWfhkbDyTF49Wv7oUKezIBc_upnrCIH7dYfJZJlkx3Hc9o9-oue9_aHNh48UZJOxJTU02O2O2w6JrDSBFX7gw4fiugj3OMgeZqcrB43NUxtbDqIRoyUfFrFju9pryAX_U8H/s1600/IMG_1836.JPG"><img style="margin: 0pt 10px 10px 0pt; float: left; cursor: pointer; width: 320px; height: 240px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiLK2QBW39ZiTWfhkbDyTF49Wv7oUKezIBc_upnrCIH7dYfJZJlkx3Hc9o9-oue9_aHNh48UZJOxJTU02O2O2w6JrDSBFX7gw4fiugj3OMgeZqcrB43NUxtbDqIRoyUfFrFju9pryAX_U8H/s320/IMG_1836.JPG" alt="" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5534586063997570178" border="0" /></a>Dengan para ajudan dan staf, mereka juga berbagi tugas. Pembagian tugas itu sangat tegas; para staf bertugas membawa setumpuk data dan dokumen penting, sedangkan para pajabat bertugas membawa kamera foto.<br /><br />Ya, kamera foto lekat di tangan mereka untuk berjaga-jaga jika mendadak menemukan latar belakang yang bagus untuk diabadikan.<br /><br />Aku sering mendengar kata narsis, terutama dalam pembicaraan dengan rekan-rekan sebaya. Biasa saja, tidak ada yang negatif dalam kosa kata itu.<br /><br />Namun, bulu kudukku mendadak berdiri setelah membaca pengertian padanan kata itu dalam kamus Oxford yang sering menjadi penolongku.<br /><br />Padanan paling mendekati kata narsis dalam kamus itu adalah "narcissism" yang masuk kelas kata benda.<br /><br />Kamus itu memberikan definisi "narcissism" dari sisi disiplin ilmu psikoanalisa, sebagai "Kecenderungan pemusatan pada diri sendiri yang timbul akibat ketidakmampuan untuk membedakan diri sendiri dan obyek-obyek di sekitarnya, dan sebagai ciri kekacauan mental."<br /><br />Aku semakin bergidik, miris, dan merasa bersalah ketika menyandingkan definisi psikoanalisa naris dengan apa yang dilakukan oleh para pembesar kita di Shanghai.sontrothttp://www.blogger.com/profile/14352931898563600770noreply@blogger.com2tag:blogger.com,1999:blog-4619878662182349338.post-65103657337086500482010-10-18T12:38:00.015+07:002010-10-18T13:47:27.931+07:00Tampil Sempurna di Tengah BencanaIni cerita tentang kesempurnaan.<br /><br />Dua belas jam berada di dalam kabin pesawat, melayang dari Jakarta ke Manokwari, memang menguras tenaga. Tapi, untungnya, tak menguras semangat dan rasa penasaranku tentang kondisi para pengungsi banjir bandang di Manokwari, salah satu distrik di Papua Barat.<br /><br /><a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg659wTnBoUzxBg6QuadliHVKFHXnZs3Y41RGiYLFAQwR5Swr-MyRYfS19xSWoVSLA1aOQFzpexfnW3_pSCmaBJEo26oLYbAXAOuoupgmk5EeV4jOdTrwk15CsSFXCKZU7KCT8pvR1Hvlp5/s1600/IMG_1654.jpg"><img style="margin: 0pt 10px 10px 0pt; float: left; cursor: pointer; width: 200px; height: 150px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg659wTnBoUzxBg6QuadliHVKFHXnZs3Y41RGiYLFAQwR5Swr-MyRYfS19xSWoVSLA1aOQFzpexfnW3_pSCmaBJEo26oLYbAXAOuoupgmk5EeV4jOdTrwk15CsSFXCKZU7KCT8pvR1Hvlp5/s200/IMG_1654.jpg" alt="" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5529258504821685298" border="0" /></a>Kuayunkan kaki, melangkah, dan melihat para pengungsi berdesakan dan harus berbagi udara di dalam tenda-tenda. Tenda itu teratur rapi di sebuah lapangan yang oleh masyarakat setempat dikenal dengan Lapangan Kodim. Memang, lokasinya bersebelahan dengan kantor Kodim Manokwari.<br /><br />Tenda-tenda itu dikelilingi jalan melingkar. Sepertinya, jalan berbatu itu baru selesai dikerjakan karena masih terlihat basah di tengah lahan kering akibat terik mentari siang itu. Tapi, mungkin saja penglihatanku salah karena kurang tidur selama di pesawat.<br /><br />Selain tenda pengungsi, ada juga tenda untuk para pejabat setempat. Jangan salah, para pembesar berada di penampungan pengungsi bukan untuk menginap. Ya, mereka di sana untuk menyambut Pak Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.<br /><br />Tak butuh lama, Pak SBY datang. Pak Presiden keluar dari mobil sedan berplat nomor "Indonesia 1", mengeryitkan kening, dan melangkah di jalan yang baru saja disiapkan itu. Setelah mengamati situasi sekitar dan melempar senyum-salam kepada mereka yang meyambut, Pak SBY langsung menuju mikrofon yang terletak di tempat teduh, di teras sebuah pendopo.<br /><br />Sesuai jadwal yang sudah disusun oleh pihak protokol, dialog dengan pengungsi dimulai. Menurutku, itu lebih tepat disebut monolog karena tak ada tanya jawab di sana.<br /><br />Singkat kata, dugaanku tentang jalan yang baru dibangun itu dibenarkan oleh seorang relawan yang sudah berminggu-minggu berada di lokasi itu. Dia bahkan mengatakan, para pengungsi turut membantu membersihkan sampah-sampah yang bertebaran, demi kesempurnaan kunjungan para pembesar.<br /><br /><br /><br />Ini cerita tentang kesempurnaan.<br /><br />Buritan kapal perang KRI Sultan Hasanudin tak lagi bergoyang. Aku terjaga, saat itu pukul empat dini hari waktu Wasior, Papua Barat. Tak terasa, sepuluh jam perjalanan laut sudah kulalui sejak cerita jalan basah di Lapangan Kodim Manokwari.<br /><br />Segera saja aku mandi. Tinggal putar kran, air hangat mengucur di atas kepalaku. Setelah mandi tanpa harus kedinginan karena tersembur pendingin udara semalam suntuk, kulihat teman-teman yang lain sibuk mencuci baju, celana, dan yang lain-lain, di suatu ruangan. Ruang cuci itu dilengkapi mesin cuci berteknologi tinggi. Pakaian kotor yang anda masukkan ke dalamnya, akan keluar dalam keadaan kering, wangi pula.<br /><br />KRI Sultan Hasanudin memang kapal perang terbaru yang yang dimiliki TNI Angkatan Laut. Jika fasilitas untuk pekerja rendahan saja lebih baik dari kualitas kamar kos, bisa dibayangkan kondisi ruang khusus bagi presiden di lantai paling atas. Ah, andai saja para penjaga mengizinkan kami melongok sedikit saja.<br /><br /><a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg2Q5aV3Av35N9zQsbZe9cXGN2TjjmELtoLDqjwDSFUWrK81I2gf-XkJT2MPwCde_tOh0ZQMzOWEV1YK5i18tbSbID-LKTZBikTdu_qbb4IkP0V6fdYz_vbus_d4zCUioH2pyojxaFHrWc7/s1600/KRI+Hasanudin.jpg"><img style="margin: 0pt 10px 10px 0pt; float: left; cursor: pointer; width: 200px; height: 150px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg2Q5aV3Av35N9zQsbZe9cXGN2TjjmELtoLDqjwDSFUWrK81I2gf-XkJT2MPwCde_tOh0ZQMzOWEV1YK5i18tbSbID-LKTZBikTdu_qbb4IkP0V6fdYz_vbus_d4zCUioH2pyojxaFHrWc7/s200/KRI+Hasanudin.jpg" alt="" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5529260080419041746" border="0" /></a>Setelah mentari terbit, kami keluar dari kapal yang telah bersandar. Tanpa menunggu lama, kami memutuskan untuk segera menuju lokasi banjir bandang. Para pembesar? masih di kapal.<br /><br />Di lokasi bencana, kami lihat beberapa truk mengangkut sejumlah orang, dan berhenti di dekat sebuah tenda. Puluhan orang yang dimampatkan di atas bak truk itu kemudian diminta turun. Beberapa dari mereka penduduk asli Papua Barat, terlihat dari ciri-ciri fisik mereka. Mereka kemudian diperiksa satu persatu oleh sejumlah tentara, sebelum diarahkan untuk duduk dalam formasi tertentu di dalam dan di sekitar tenda yang sudah disiapkan, tepatnya disiapkan menjelang kedatangan presiden.<a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgvn009x_65m2Tgwwj01BPJ4ijPNLEUPpUSwngmZchBUR2UUDusqQjATsA5WyokVzGPld-TDdN1jPF8168BbRWGgC9k85lo1yt6mhIewz747R31OvYcAslA6p8OnNS-khYizp1kbEkI-ZJ_/s1600/IMG_1678.jpg"><img style="margin: 0pt 0pt 10px 10px; float: right; cursor: pointer; width: 200px; height: 150px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgvn009x_65m2Tgwwj01BPJ4ijPNLEUPpUSwngmZchBUR2UUDusqQjATsA5WyokVzGPld-TDdN1jPF8168BbRWGgC9k85lo1yt6mhIewz747R31OvYcAslA6p8OnNS-khYizp1kbEkI-ZJ_/s200/IMG_1678.jpg" alt="" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5529260617489617426" border="0" /></a><br /><br />Aku bertanya dalam hati, apakah puluhan orang yang turun dari truk itu pengungsi? Mungkinkah mereka mengungsi di lokasi bencana, sementara yang lain memilih menyeberang laut menuju Manokwari?<br /><br />Kucoba bertanya kepada seorang wartawan yang bertugas lebih dulu di lokasi itu. Dia bilang, sebenarnya sudah tidak ada pengungsi di lokasi bencana. Puluhan orang itu, katanya, adalah penduduk sekitar Wasior yang tidak terkena dampak bencana. Mereka sengaja didatangkan sebelum Pak Presiden mengunjungi lokasi.<br /><br />Aku yang tidak paham tentang manajemen krisis bencana memaksa memutar otak. Bisa jadi mereka didatangkan untuk membuat suatu bencana alam menjadi semakin terlihat sempurna. Dalam kondisi normal, bencana harus dihadiri oleh pejabat yang meninjau serta menjanjikan sesuatu, korban dan pengungsi yang merana, dan puing-puing yang berserakan.<br /><br />Meski teman wartawan mengatakan orang-orang itu bukan pengungsi, materi dialog..eh..monolog presiden tetap menempatkan mereka sebagai korban dan pengungsi. Janji tanggap darurat, air bersih, dan sebagainya menjadi topik utama.<br /><br /><br /><br />Ini cerita tentang kesempurnaan.<br /><br />Monolog selesai. Iring-iringan mobil presiden dan tim pengikutnya kemudian menuju salah satu daerah aliran sungai. Seperti biasa, Pak Presiden memerhatikan dengan seksama bongkahan-bongkahan batu dan batang pohon yang berserakan akibat banjir bandang. Sepatu boots melindungi kaki Pak SBY dan Ibu Ani dari lumpur yang mulai mengering.<br /><br />Sambil mengamati dengan seksama, presiden berjalan menyusuri sungai yang kini tak berair itu. Puluhan orang lain mengikuti di belakang. Tak seorangpun boleh mendahului, apalagi membelakangi Pak Presiden. Anggota Pasukan Pengamanan Presiden dan sejumlah staf akan segera menegur jika ada yang nekat melakukannya.<br /><br /><a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjGluhfu40Io8uOIXHB262aNkPkqKX0vYP17Wy5NUR4ZhDB1X-E3Cf2VVOeNt9q5GwlbY59crBwmNvYjhGs9wjDGgaWsZoYPn5vnCErgKBytpdtFd6hnRIFgbeCfdn5xjd-2KYYjqhvPLuq/s1600/IMG_1698.JPG"><img style="margin: 0pt 10px 10px 0pt; float: left; cursor: pointer; width: 200px; height: 150px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjGluhfu40Io8uOIXHB262aNkPkqKX0vYP17Wy5NUR4ZhDB1X-E3Cf2VVOeNt9q5GwlbY59crBwmNvYjhGs9wjDGgaWsZoYPn5vnCErgKBytpdtFd6hnRIFgbeCfdn5xjd-2KYYjqhvPLuq/s200/IMG_1698.JPG" alt="" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5529261138314389698" border="0" /></a>Butuh waktu beberapa saat sebelum Pak Presiden akhirnya menunjuk satu titik untuk konferensi pers. Ya, lokasi itu tepat untuk tampil di depan kamera wartawan televisi. Presiden meminta tumpukan kayu di tempat itu ditinggikan, sehingga bisa digunakan sebagai tempat sandaran mikrofon para wartawan. "Biar suara saya lebih bagus," katanya.<br /><br />Instruksi itu laksana banjir bandang beberapa waktu lalu. Mengagetkan. Para staf dan pasukan pengamanan segera bergegas menerjemahkan gagasan presiden itu menjadi kenyataan, yang sempurna tentunya.<br /><br /><a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgUB2cmRH9RIwBfT5vixOjXn8_onQcykdn9DKntIWDMWLukImniNLau_MxArUfbP_ZEsc87tsSYoao3xke3rtymebSZRiWm3lf3DEb7JV19VFKyR7B5JL-PEhRCde7vHmr91fAcyzHLcCSY/s1600/IMG_1702.JPG"><img style="margin: 0pt 0pt 10px 10px; float: right; cursor: pointer; width: 200px; height: 150px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgUB2cmRH9RIwBfT5vixOjXn8_onQcykdn9DKntIWDMWLukImniNLau_MxArUfbP_ZEsc87tsSYoao3xke3rtymebSZRiWm3lf3DEb7JV19VFKyR7B5JL-PEhRCde7vHmr91fAcyzHLcCSY/s200/IMG_1702.JPG" alt="" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5529261640685342146" border="0" /></a>Ketika sorang staf meninggikan tumpukan kayu untuk meletakkan mikrofon para pewarta, staf yang lain sibuk mencari sudut sorot kamera yang baik. Bahkan, seorang menteri juga menyibukkan diri mengarahkan sorot kamera wartawan ke arah tumpukan pohon dan bongkahan batu, dengan hutan Wasior di belakangnya. Menurut sang menteri, kondisi yang porak poranda itu bagus untuk gambar latar belakang yang dramatis ketika Pak Presiden memberikan pernyataan.<br /><br />Kesibukan luar biasa juga terjadi ketika para staf bahu membahu mencari posisi yang paling tepat untuk alat pengeras suara nirkabel. Staf berbaju safari hingga polisi berseragam dinas lapangan bersatu padu melatakkan alat tanpa kabel itu dalam posisi yang paling tepat, sesuai arahan Pak SBY; supaya suara yang keluar bagus.<br /><br /><a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg1aIaGx3Xej-rKpVbYCtQJlgsPjCHbzfK75C81dfQ6Ftrh8HjJ9WKBEIO43G4o6L7j2AU4MxdteDtkIghGmHpC2ER9Zh74z5ENbA_zlxO-yKr06FuZ7-n6V0LuXIOdK58QsggRCDIRUGF9/s1600/IMG_1701.JPG"><img style="margin: 0pt 10px 10px 0pt; float: left; cursor: pointer; width: 200px; height: 150px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg1aIaGx3Xej-rKpVbYCtQJlgsPjCHbzfK75C81dfQ6Ftrh8HjJ9WKBEIO43G4o6L7j2AU4MxdteDtkIghGmHpC2ER9Zh74z5ENbA_zlxO-yKr06FuZ7-n6V0LuXIOdK58QsggRCDIRUGF9/s200/IMG_1701.JPG" alt="" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5529262000869356562" border="0" /></a>Alat pengeras suara itu memang punya arti penting dalam setiap kegiatan Sang Presiden. Setiap berpidato, alat ini harus ada dan dalam kondisi siap siaga, sehingga suara Pak Presiden bisa ditangkap oleh para wartawan dengan meletakkan alat perekam di depan alat itu.<br /><br />Tak terkecuali di lokasi bencana. Staf yang bertugas membawanya harus menjalankan tugas sepenuh hati. Dia harus membawa alat yang tidak bisa dibilang kecil itu kemanapun presiden melangkah.<br /><a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh6X-_LS9If7WEQvMWIjKlEAkmG6uVX2H7K6wp-qTDboO-sC7Q9RcOqeMdjEnIXpB9PE6U8x0AJagHNx4tIl4Olt89EsEynsU1qPewKBws8SR6-pgTsiMl1lHHnLtkq_oAG5W6cnRmKiRZ3/s1600/IMG_1707.JPG"><img style="margin: 0pt 0pt 10px 10px; float: right; cursor: pointer; width: 200px; height: 150px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh6X-_LS9If7WEQvMWIjKlEAkmG6uVX2H7K6wp-qTDboO-sC7Q9RcOqeMdjEnIXpB9PE6U8x0AJagHNx4tIl4Olt89EsEynsU1qPewKBws8SR6-pgTsiMl1lHHnLtkq_oAG5W6cnRmKiRZ3/s200/IMG_1707.JPG" alt="" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5529263203238556770" border="0" /></a><br />Dia tidak boleh terlalu jauh dari presiden, sehingga jika tiba-tiba sang presiden ingin menyatakan sesuatu, suaranya bisa terdengar jernih dalam sekejap. Setelah tidak dipakai, alat itu harus dibungkus rapi serta diletakkan dalam alat penyangga khusus, dan dibawa kembali ke Jakarta.<br /><br /><a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhM4gteT_xLGa0WZayX1uyyAEcp-eM0F9Z0-FsZtR1GDIk2usk9ctTmE7jtJICM9BPTWTkHFk4CILpRpZ7xaWjDckTEMNYwCvSShxVwK-HYbIiW2cIO2kHpmqUWbkSOuKfg1PxuC5Cv26cS/s1600/IMG_1728.JPG"><img style="margin: 0pt 10px 10px 0pt; float: left; cursor: pointer; width: 200px; height: 150px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhM4gteT_xLGa0WZayX1uyyAEcp-eM0F9Z0-FsZtR1GDIk2usk9ctTmE7jtJICM9BPTWTkHFk4CILpRpZ7xaWjDckTEMNYwCvSShxVwK-HYbIiW2cIO2kHpmqUWbkSOuKfg1PxuC5Cv26cS/s200/IMG_1728.JPG" alt="" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5529263487250436194" border="0" /></a><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br />Kembali ke kesibukan di tanah bencana. Setelah semua tertata, tahap akhirpun tiba. Seorang petinggi biro pers dan media Istana Kepresidenan dengan sigap memastikan sumua sudah siap. Dia mengabsen semua awak stasiun televisi dengan pertanyaan yang sama, "Tes..tes..suara oke? gambar oke?"<br /><a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhEce-CfiK6ZbKm4pbcOQHlT-jGRRXREGKLmAe55ApXJ4Eg9zlaHIdMc8_nimadI8BZtbBDdeGbZsbOJPht2PcQM1H7zCTUFZKLoVF59S23jkK5SQGVsNzF9KTybhZFeEW0WUq7xsxxZevG/s1600/IMG_1703.JPG"><img style="margin: 0px auto 10px; display: block; text-align: center; cursor: pointer; width: 200px; height: 150px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhEce-CfiK6ZbKm4pbcOQHlT-jGRRXREGKLmAe55ApXJ4Eg9zlaHIdMc8_nimadI8BZtbBDdeGbZsbOJPht2PcQM1H7zCTUFZKLoVF59S23jkK5SQGVsNzF9KTybhZFeEW0WUq7xsxxZevG/s200/IMG_1703.JPG" alt="" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5529263831337967970" border="0" /></a><br />Konferensi pers siang itu mengakhiri kegiatan presiden di lokasi bencana Wasior. Setelah itu, Pak Presiden menyeberang kembali ke Manokwari untuk bermalam di Swiss-Bel Hotel.<br /><br />Sekali lagi, ini cerita tentang kesempurnaan. Bencana alam yang sempurna dan kesempurnaan penampilan di depan kamera.sontrothttp://www.blogger.com/profile/14352931898563600770noreply@blogger.com7tag:blogger.com,1999:blog-4619878662182349338.post-17482649361172056982010-09-11T15:59:00.005+07:002010-09-11T16:07:55.222+07:00Mario dan Parade Kemiskinan di IstanaSiang itu, ratusan rakyat jelata "menumpuk" di trotoar sepanjang Jalan Majapahit. Tepat di depan gerbang besi gedung Sekretariat Negara, mereka antri untuk dipanggil masuk ke dalam komplek Istana Kepresidenan, dan berlebaran dengan keluarga Presiden.<br /><br /> Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan Ibu Ani Yudhoyono, siang itu, menggelar "open house" di Istana Negara. Mereka memberi kesempatan kepada masyarakat yang ingin bersilaturahim pada Lebaran hari pertama atau Idul Fitri 1 Syawal 1431 Hijriah.<br /><br /> Jauh hari sebelumnya, Sekretariat Negara telah mengumumkan "open house" di Istana Negara berlangsung pukul 15.00-17.30 WIB.<br /><br /> Untuk itu, masyarakat dipersilakan menuju Istana Negara melalui pintu Sekretariat Negara di Jl Majapahit No.7 yang mulai dibuka pada pukul 14.00 WIB dan akan ditutup pada pukul 16.30 WIB.<br /><br /> Kegiatan "open house" atau silaturahim bagi masyarakat itu adalah salah satu dari sejumlah rangkaian acara Pak Presiden dan keluarga dalam merayakan Lebaran.<br /><br /> Sebelum menerima masyarakat umum, Presiden lebih dahulu menerima Wakil Presiden Boediono dan Ibu Herawati, para menteri, dan pejabat negara lainnya<br /><br /> Pada hari kedua Idul Fitri, Presiden Yudhoyono dan keluarga dijadwalkan akan berhalal bihalal dengan Ibunda Presiden Yudhoyono, Ny Siti Habibah, serta para keluarga sepuh Presiden. Dengan demikian, rakyat harus mengurungkan niat mereka untuk berlebaran di kediaman pribadi Presiden di Cikeas, Bogor, seperti biasa dilakukan beberapa tahun sebelumnya.<br /><br /><br /><br />Parade kemiskinan<br /><br /> Tidak gampang untuk masuk Istana. Rakyat harus mengenakan pakaian rapi, serta tidak diperkenankan membawa tas, kamera, dan telepon genggam.<br /><br /> Maka tak heran jika sebagian orang terlihat memaksakan diri dan memutar otak guna tampil rapi seperti yang diminta pihak Istana.<br /><br /> Setelah tampil rapi, mereka harus mendaftarkan diri untuk kemudian dikelompokkan oleh panitia sebagai orang yang layak memegang kartu dengan warna tertentu. Tak seorangpun dari mereka tahu maksud pengelompokan itu.<br /><br /> <a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjuckv2OdulKIfH-dfwI19aidmCz45VuVq18oZjiBQOdufeYZFwFiyvRRCgHnBjxv_RpSiLQblxJ7fVGEHGH9R2XtPPPWPaMldWF0SACRpKLK-4Q_C86Dzn2jjMBSi4jl9Sxixh4iRYLsNf/s1600/open+house4.jpg"><img style="float: left; margin: 0pt 10px 10px 0pt; cursor: pointer; width: 221px; height: 179px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjuckv2OdulKIfH-dfwI19aidmCz45VuVq18oZjiBQOdufeYZFwFiyvRRCgHnBjxv_RpSiLQblxJ7fVGEHGH9R2XtPPPWPaMldWF0SACRpKLK-4Q_C86Dzn2jjMBSi4jl9Sxixh4iRYLsNf/s320/open+house4.jpg" alt="" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5515578675361716866" border="0" /></a>Mereka yang termasuk "jenis" manusia yang layak masuk Istana akan dipanggil dan harus melalui dua tempat transit yang terhubung dengan koridor beratapkan tenda sebagai peneduh, sebelum bisa menatap Presiden secara langsung.<br /><br /> Pada Lebaran kali ini, Pak SBY memberi kesempatan warga untuk berlebaran di Istana, menatap presiden secara langsung, serta sekedar menjabat tangan orang nomor satu di Indonesia itu selama sekian detik dan kemudian pergi.<br /><br /> Setelah keluar dari dalam Istana, sebagian besar dari mereka menghabiskan waktu di sekitar taman komplek Sekretariat Negara. Beberapa bergerombol, beberapa menyendiri.<br /><br /><a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgs4UUjhSVE2v5cTbuNCm_FOE_9lTsMa_025NQENgNJ80p67wzSMws5AjMSieHIoIrX2gcoh0IiwSlMNRn_ET1fI9Jf8tnUT3WdI1hx8WykGykuiURKRqpFZORbwKf8WBGuTAjzHFSZcOL6/s1600/open+house2.jpg"><img style="float: right; margin: 0pt 0pt 10px 10px; cursor: pointer; width: 221px; height: 166px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgs4UUjhSVE2v5cTbuNCm_FOE_9lTsMa_025NQENgNJ80p67wzSMws5AjMSieHIoIrX2gcoh0IiwSlMNRn_ET1fI9Jf8tnUT3WdI1hx8WykGykuiURKRqpFZORbwKf8WBGuTAjzHFSZcOL6/s320/open+house2.jpg" alt="" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5515579174615736770" border="0" /></a>Taman komplek Sekretariat Negara seketika menjelma menjadi ruang publik, tanpa sekat sosial. Seketika itu pula larangan menginjak rumput taman dilanggar.<br /><br /> Tidak hanya aturan yang seragam dalam silaturahmi di Istana, namun juga niat para pengunjung. Sejauh kaki melangkah di taman, kasak-kusuk atau bahkan teriakan kekecewaan terdengar dengan mudah.<br /><br /> "Kagak ada apa-apanya, gak ada duitnya," teriak seorang dari mereka.<br /><br /> Bahkan seorang pria yang terlihat segar bugar, bukan tuna netra, secara jelas meluapkan rasa kecewa dan iri karena hanya para tuna netra yang mendapat "uang saku" dari Istana.<br /><br /> "Masa cuma yang cacat yang dikasih," kata pria yang menolak ketika ditanya siapa namanya.<br /><br /> Beberapa tuna netra mengaku menerima uang Rp100 ribu per orang dari Istana.<br /><br /> Beberapa orang dengan jelas memperlihatkan kekecewaan. Bahkan seorang ibu yang nampak sehat, segar bugar, mengiba kepada petugas keamanan untuk bisa masuk ke istana meski waktu yang disediakan sudah habis.<br /><br /> Ibu yang mengenakan busana kantor berwarna biru muda itu merengek dan memaksa petugas keamanan untuk mengantarkannya masuk ke dalam Istana.<br /><br /> Namun, lagi-lagi, ketika ditanya identitas dan motvasi masuk ke Istana, ibu itu diam dan menolak manjawab.<br /><br /> Ketidaksabaran rakyat dalam menuai belas kasih Istana itu sebenarnya nampak sejak awal. Ratusan orang berdesakan, memaksa petugas membuka gerbang meski saatnya belum tiba.<br /><br /> Mereka yang sehat tidak mau kalah, mendorong, menyikut, berteriak. Mereka yang tuna netra terdorong dan terinjak.<br /><br /> <a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEioiJ8b5PCZlm-Gpw8KxtOVewJaz7s_4cMU6OdkrrXfU_kJwwNRKiJTzH8-ADRKy5T4b2fBWZmz2srGjhmIxbzgcNMEFHsKDmyyZ-zlg3_gMG03j1O2govLhEEWLWc507ppWiEXOF7lNIjS/s1600/open+house1.jpg"><img style="float: left; margin: 0pt 10px 10px 0pt; cursor: pointer; width: 221px; height: 166px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEioiJ8b5PCZlm-Gpw8KxtOVewJaz7s_4cMU6OdkrrXfU_kJwwNRKiJTzH8-ADRKy5T4b2fBWZmz2srGjhmIxbzgcNMEFHsKDmyyZ-zlg3_gMG03j1O2govLhEEWLWc507ppWiEXOF7lNIjS/s320/open+house1.jpg" alt="" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5515579602128922658" border="0" /></a>Satu nyawa melayang dalam kejadian itu. Joni Malela (45), seorang tuna netra, menghembuskan nafas terakhir setelah terdesak ratusan orang di sekitarnya.<br /><br /><br /><br /><br /><br /><br />Harga diri<br /><br /> Mario adalah salah satu dari ratusan orang itu. Meski sama-sama masuk ke Istana, namun pemuda itu memiliki motivasi berbeda.<br /><br /> Senyum Mario merekah ketika menginjakkan kaki di komplek Istana Kepresidenan. Pemuda itu bersemangat untuk merayakan Lebaran di Istana bersama Presiden Yudhoyono. Semangat itu pula yang mendorongnya bangun pagi, kemudian melangkahkan kaki demi menjabat tangan pemimpin negeri.<br /><br /> Mario tampak laiknya pemuda biasa. Dan memang seperti itu adanya, sederhana.<br /><br /> Namun, di balik kesederhanaan itu, jelas terlihat pemuda 25 tahun itu berusaha memperindah diri untuk bertemu Presiden. Sepasang sepatu putih yang agak kecoklatan, karena termakan usia, membungkus kedua telapak kakinya.<br /><br /> Celana panjang berwarna biru ia kenakan untuk disandingkan dengan kaos putih. Untuk ukuran badan yang tidak terlalu gempal, kaos itu memang terlalu besar.<br /><br /> Namun, sepertinya, Mario tidak ambil pusing. Dia tetap riang, sigap bergerak, meski kadang kaosnya berkibar bak layar perahu yang tertiup angin.<br /><br /> Kalung yang menyerupai rantai terbuat dari logam melingkar di lehernya. Kilau logam itu semakin nyata karena menempel di kulit yang legam.<br /><br /> Sepintas, Mario hanyalah pemuda biasa. Dia hanya remaja yang beruntung memiliki fisik sehat. Namun, harga diri dan semangat yang berapi-api membuatnya menjadi luar biasa.<br /><br /> Dia langsung bergegas pulang, tanpa meluangkan waktu bersungut-sungut karena tidak mendapatkan "uang saku".<br /><br /> "Saya sudah dapat kue," kata Mario bersyukur.<br /><br /> Dia justru sepakat jika santunan hanya diberikan hanya kepada mereka yang membutuhkan, terutama para tuna netra.<br /><br /> Meski tidak ada yang bisa menjamin ketulusan hati para tuna netra tersebut, Mario beranggapan ketidaksempurnaan fisik membuat para tuna netra pantas mendapatkan santunan.<br /><br /> "Karena itu, mereka memang pantas dibantu," katanya pemuda asal Papua yang baru setahun tinggal di Jakarta itu.<br /><br /> Dia mengaku tidak memiliki niat lain selain berjabat tangan dengan presiden. Begitu senangnya dia berhasil menjabat tangan presiden, Mariopun selalu mengumbar senyum dalam perjalanan pulang.<br /><br /> Gerakannya sigap, jalannya cepat. Kedua kakinya terlihat nyaman dalam balutan sepatu yang tak lagi baru itu.<br /><br /> Di tengah perjalanan, Mario berbelok arah menuju halte bus Transjakarta yang akan membawanya ke kawasan Cempaka Putih dengan lebih cepat.<br /><br /> "Saya harus kembali bekerja," katanya bersemangat, tersenyum, melambaikan tangan, dan kembali bergegas.<br /><br /> Dia memilih bekerja ketika ratusan orang lain bersungut-sugut menunggu pintu Istana terbuka kembali, berharap belas kasih, memelas.<br /><br /><br />Salam memelas<br />F.X. Lilik Dwi Mardjiantosontrothttp://www.blogger.com/profile/14352931898563600770noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4619878662182349338.post-39055073411435888412010-08-31T23:12:00.006+07:002010-09-11T15:41:28.826+07:00Jangan Potret Presiden Saat MakanSore itu, Selasa, 31 Agustus 2010, Pak SBY hadir dalam acara buka puasa bersama anak yatim piatu dan dhuafa di Jakarta Convention Center.<br />Semua berjalan seperti biasa...pengawalan super ketat; sebelum presiden datang, pembawa acara sudah memberitahu hadirin apa yang harus dilakukan ketika rombongan prsiden datang; kemudian pak Presiden datang segar bugar sambil melambaikan tangan tentunya.<br /><br />Meski nampak seperti biasa, sebenarnya ada yang luar biasa, yaitu: Pak Presiden makan dihadapan ribuan orang dan sejumlah kamera. Menyaksikan pak SBY makan memang hal yang langka. Saya, rakyat jelata ini, juga baru tahu setelah belakangan keluyuran ke Istana.<br /><br />Di Istana, ataupun di manapun, para wartawan dilarang mengabadikan gambar Pak Presiden yang sedang makan...entah dengan alasan apa. Memang ada gambar presiden sedang berada di depan meja makan dengan sejumlah hidangan tersaji. Namun, hampir tidak pernah ada gambar atau rekaman video presiden sedang melahap makanan.<br /><br />Hal yang sama terjadi di JCC. Saat itu, Pak Yudhoyono duduk di panggung kehormatan bersama Ibu Ani dan sejumalah menteri. Panggung kehormatan itu menghadap ke 3.400 anak yatim piatu dan dhuafa yang duduk "lesehan".<br /><br />Sejuk rasanya melihat menu buka puasa pak presiden sama dengan menu para anak yatim piatu. Meski menu itu tidak bisa dibilang sederhana dan bersahaja, pasti kejadian itu baik untuk citra presiden, apalagi sang pembawa acara mengumumkan hal itu melalui pengeras suara yang, tentunya, disambut riuh tepuk tangan para hadirin.<br /><br />Sayangnya, kami tidak bisa mengabadikan pemandangan yang indah dan bersahaja itu. Tanpa diduga, salah satu anggota Pasukan Pengamanan Presiden berdiri sigap dan menunjuk ke seseorang yang berniat memotret Pak Presiden yang sedang berbuka. Setelah menunjuk, dia menyilangkan pergelangan tangan, menggelengkan kepala. Semua tahu itu adalah larangan memotret.<br /><br />Benar saja, tak lama kemudian, anggota Paspampres yang lain menghampiri para juru kamera dan mengingatkan agar tidak merekam ataupun memotret presiden ketika sedang makan. Setelah kejadian itu, puluhan pasang mata Paspampres sigap bergerak memantau arah dan kerja setiap kamera.<br /><br />Aku sendiri pingin banget memotret pak presiden sedang makan. Namun kuurungkan niat itu...khawatir kalau ditegur tentara dan bikin gaduh suasana.<br /><br />Setelah tanya kesana- kemari, larangan memotret Presiden yang sedang makan itu bukan cuma berlaku pada masa pemerintahan Pak SBY. Kabarnya, aturan itu juga berlaku sejak presiden-presiden sebelumnya.<br /><br />Aku teringat cerita tentang pengalaman menggelikan ketika sepupuku malu di depan umum pada saat dan setelah dia makan.<br /><br />Mie ayam adalah makanan yang dia santap saat itu. Mie ayam adalah hidangan lezat bagi kami, bocah kampung, kala itu. Bahkan, untuk semangkuk mie ayam, kami rela naik bis ke kota.<br /><br />Saking enaknya, sepupuku itu tidak peduli dengan mimik mukanya yang terlipat kesana kemari gara-gara berusaha mengurai serat daging ayam yang keras minta ampun itu. Akupun tertawa membayangkan muka sepupuku yang mendadak berubah bak juru pantomim.<br /><br />Gelak tawaku kembali membuncah ketika mendengar cerita bahwa dia dengan percaya diri bertumpuk-tumpuk bercerita dan tertawa di dalam bus kota, meski daun bawang menyelip di sela gigi serinya. Aku sendiri malu membayangkannya.<br /><br />Kembali ke Pak Presiden. Kabarnya, selain dilarang memotret presiden yang sedang makan, juru warta Istana juga tidak boleh memotret atau merekam gambar presiden yang sedang mengenakan sepatu. Entah kenapa...<br /><br />Jadi, daripada berpanjang lebar, tak usahlah kita berharap bisa melihat presiden-presiden kita melahap makanan dan tanpa beralas kaki dengan bersahaja....sebersahaja presiden Bolivia Evo Morales yang sedang berbuka puasa bersama Presiden Iran Ahmadinejad,....atau sesederhana presiden Ahmadinejad yang sedang tidur...seperti dalam gambar berikut.<br /><br /><a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEglUj0fUV5WYgVqNteVhrrh7E_We2oT1vbTKCJicGrUXqjCjVbbWoNJ22FP187WDjOi8wSiS1rB1ulF4Hv9U4xQvuge76mobwmg-CAwEM8w4u6-eUmjazLs5Xe-ZINCwFVtpFKqAmVG8lBb/s1600/evo+morales.htm"><img style="margin: 0pt 10px 10px 0pt; float: left; cursor: pointer; width: 320px; height: 223px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEglUj0fUV5WYgVqNteVhrrh7E_We2oT1vbTKCJicGrUXqjCjVbbWoNJ22FP187WDjOi8wSiS1rB1ulF4Hv9U4xQvuge76mobwmg-CAwEM8w4u6-eUmjazLs5Xe-ZINCwFVtpFKqAmVG8lBb/s320/evo+morales.htm" alt="" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5511608190139689394" border="0" /></a><br /><span style="text-decoration: underline;"><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /></span><a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhlqCf9rY-h3v3NFkCOqNTvPR4bnG0YoX78wuypkT1dc5LfhfiChapl3HL-18ASORB2RaAcqE1wnjbsO7YN9I6XgVpKF6vMlQkz_ifaO5ntEVrgyspIH_aGD14pVP9RX2bmZgyNX0Mb9WUx/s1600/ahmadinejad1.jpg"><img style="margin: 0pt 10px 10px 0pt; float: left; cursor: pointer; width: 320px; height: 240px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhlqCf9rY-h3v3NFkCOqNTvPR4bnG0YoX78wuypkT1dc5LfhfiChapl3HL-18ASORB2RaAcqE1wnjbsO7YN9I6XgVpKF6vMlQkz_ifaO5ntEVrgyspIH_aGD14pVP9RX2bmZgyNX0Mb9WUx/s320/ahmadinejad1.jpg" alt="" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5511609470389508722" border="0" /></a><br /><span style="text-decoration: underline;"><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /></span>Salam bersahaja.<br />F.X. Lilik Dwi Mardjianto<br /><br /><br /><br /><br />Sumber gambar:<br /><br />http://www.google.co.id/imgres?imgurl=http://salim.usk.googlepages.com/iran-president-7.jpg&imgrefurl=http://salimkita.blogspot.com/2009/02/ahmadinejad-ingatlah-anda-tidak-lebih.html&usg=__pBeGDGIqcMASD7dabaXpj-fUC5g=&h=672&w=450&sz=39&hl=jw&start=21&sig2=brPyO1tQGh4cggaAohV-yg&zoom=1&itbs=1&tbnid=HBqr2RKGCgmuTM:&tbnh=138&tbnw=92&prev=/images%3Fq%3Dpresiden%2Bmakan%26start%3D20%26hl%3Djw%26sa%3DN%26gbv%3D2%26ndsp%3D20%26tbs%3Disch:1&ei=2QF9TKq_KYfJcYyUgPUF<br /><br />dan<br /><br />http://www.google.co.id/imgres?imgurl=http://ressay.files.wordpress.com/2008/09/nejad_morales.jpg&imgrefurl=http://ressay.wordpress.com/2008/09/&usg=__IlLdnSiZOSgsQoUGXjfHXRgCDrA=&h=418&w=600&sz=147&hl=jw&start=189&sig2=JErDSw2OUdwVbkzWaULF7g&zoom=1&itbs=1&tbnid=OtChfxwYdqnwHM:&tbnh=94&tbnw=135&prev=/images%3Fq%3Dahmadinejad%2Bmakan%26start%3D180%26hl%3Djw%26sa%3DN%26gbv%3D2%26ndsp%3D20%26tbs%3Disch:1&ei=FyZ9TI2PG8jIcdHHye0Fsontrothttp://www.blogger.com/profile/14352931898563600770noreply@blogger.com2tag:blogger.com,1999:blog-4619878662182349338.post-61088503952698160392010-08-23T22:54:00.006+07:002010-09-11T15:41:54.226+07:00Asketisme Politik dan "Chicken Flambe"Ini hanya tulisan ringan. Saya berjanji. Kalaupun terkesan berat, itu hanya ketidakmampuan saya untuk memilih judul yang lebih menarik.<br /><br />Ini hanyalah lanjutan dari kisah Wortel Partisan yang saya ceritakan sebelumnya.<br />Singkat kata, rakyat jelata berkesempatan mengikuti acara buka puasa bersama di kediaman pak presiden kita, Pak SBY, di Puri Cikeas, Bogor, 22 Agustus 2010 silam. Pintu terbuka, masukklah saya dan beberapa teman, yang juga jelata.<br /><br />Memasuki halaman rumah Pak Presiden, saya melihat hamparan karpet, menyelimuti pekarangan rumah. Karpet terus membentang hingga ke sebuah pendopo yang mungkin cukup untuk menampung 50 orang. Pendopo itu masih termasuk bagian pekarangan rumah.<br />Jika itu saja baru pekarangan, bisa dibayangkan luas rumah pak presiden seluruhnya.<br /><br />Buka puasa itu diawali dengan sambutan Pak Anas Urbaningrum, Ketua Umum DPP Partai Demokrat, yang juga partainya Pak SBY.<br /><br />Ada yang baru dari Pak Anas, bukan baju kokonya, bukan juga kacamatanya...tetapi istilah yang diserukan dalam pidato, asketisme politik!<br /><br />Terinsipiasi oleh para tokoh yang selalu mendewakan pencitraan, sayapun segera sikut kanan sikut kiri sambil memencet semua tombol yang ada pada perangkat elektronik pinjaman kantor, hanya dengan satu tujuan...mencari tahu makna "asketisme" supaya citra saya baik, tidak terlihat bodoh-bodoh amat.<br /><br />Dari sejumlah literatur yang saya baca, makna "asketisme" bermuara pada keadaan ketika seseorang lebih mengutamakan pengendalian diri dan nilai-nilai rohani keagamaan<br />daripada dorongan ragawi alamiah. Jadi "asketisme politik" kira-kira adalah tindakan mengedepankan pengendalian diri dan nilai rohani keagamaan dalam kehidupan berpolitik.<br /><br />Rupanya tak terlalu meleset perkiraaan saya karena, dalam pidatonya, Pak Anas juga meminta para kader Partai Demokrat untuk bersabar, sopan, tidak grusa-grusu, apalagi di masa puasa.<br />Semua manggut-manggut, menyimak, seakan memahami. Dalam hati saya berujar, para kader Partai Demokrat akan segera dan semakin mengukuhkan diri sebagai politisi yang sopan, teratur, terukur dan tentu saja...terstigma teraniaya.<br /><br />Saya kaget karena lamunan saya itu mendadak buyar! mendadak semua orang berdiri, memakai alas kaki dan mengerumuni sumber makanan yang sudah disediakan. Rupanya, karena terlalu asyik melamun, saya tak sadar kalau waktu berbuka sudah tiba.<br /><br />Pemandangan yang saya lihat saat itu, menurut pendapat pribadi, sangat jauh dari kesan teduh-tenang-sabar yang digambarkan dalam jargon "asketisme" Pak Anas.<br /><br />Riuh..rapat...ramai. Sedikit saja menoleh, saya memandang kerumunan orang. Sedikit saja bergeser, saya akan menyenggol orang lain yang seakan berlomba menyantap makanan yang disediakan.<br /><br />Saya menjadi penasaran, apa sih yang akan mereka makan sehingga keriuhan itu harus mengganggu lamunanku tentang "asketisme" yang teduh-tenang-sabar-rohani itu.<br />Dengan sedikit meliukkan badan supaya tidak menyonggol orang-orang yang sedang menyangga piring penuh makanan, saya berhasil melongok menu yang disajikan.<br /><br /><a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgKip5EaNhf1fKzQmrXiigjUrg1VVyUBdP4P6b-_4wIAE35FqP84UeZe5jtJMIMGLyBCkZoMy-qsgYoh3teg786_LCP7Hr0SrjjM8TZAuQF7-Ih9mjmvK4ekvlO71ZUlqnH7xp2FPzPDKLP/s1600/buka+cikeas.jpg"><img style="margin: 0pt 10px 10px 0pt; float: left; cursor: pointer; width: 320px; height: 240px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgKip5EaNhf1fKzQmrXiigjUrg1VVyUBdP4P6b-_4wIAE35FqP84UeZe5jtJMIMGLyBCkZoMy-qsgYoh3teg786_LCP7Hr0SrjjM8TZAuQF7-Ih9mjmvK4ekvlO71ZUlqnH7xp2FPzPDKLP/s320/buka+cikeas.jpg" alt="" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5508634492177231058" border="0" /></a>Sebagian besar asing bagiku yang jelata ini. Beberapa hidangan yang kuingat adalah "Chicken Flambe" dan "Thai Steam Boat". Apakah itu? Otak ini tak mampu menerjemahkannya.<br /><br />Aku sedikit menahan cemas, jangan-jangan semua yang disajikan bercitarasa "asing". Bukan kenapa, aku hanya khawatir tidak bisa makan karena lidahku mungkin saja berontak jika menyentuh makanan berkelas seperti itu.<br /><br />Dari ujung hingga ke ujung lainnya, aku tak menemukan makanan yang sering kujumpai di kampung halamanku, seperti growol, wajik, jadah, cethot, klepon. Ataupun aneka sayuran yang sering dibuat oleh almarhum ibuku, seperti trancam, pecel, rawon, atau sayur nangka.<br /><br />Tapi untunglah, setelah sekian lama mencari, aku menemukan Mie Kangkung. Halo kangkung, aku memilihmu.<br /><br />Meski bingung dan cemas karena "ndeso", aku masih bisa bersyukur karena aneka cita rasa asing itu telah memperkaya pengetahuan dan pengalaman.<br /><br />Aku juga semakin memahami kenapa banyak orang meyebut presiden kita memiliki wawasan dan orientasi internasional, hingga pidato-pidatonya disandingkan dengan pidato presiden Amerika Serikat dalam buku "Word That Shook The World" karangan Richard Greene yang bersampul tebal dan dijual dengan harga Rp280 ribu per eksemplar itu.<br /><br />Oleh karena itu, mungkin saya harus bangga. Atau harus menabung supaya bisa membeli buku tentang Pak Presiden?<br /><br /><a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj2SGuzVqvAXScrCvcK1rUmkz-GMMRnyLAxp9pj6bn0VZA8xadcNdrOvfAx9jiTO-5WIHOhqAF7eqs8xC4ApwAV4A8mx6nvP2PJUHPkW2XchvR_LQaRYk47GRsgQ3oX1ydj3QepNGfrmYvh/s1600/buka+cikeas2.jpg"><img style="margin: 0pt 0pt 10px 10px; float: right; cursor: pointer; width: 320px; height: 240px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj2SGuzVqvAXScrCvcK1rUmkz-GMMRnyLAxp9pj6bn0VZA8xadcNdrOvfAx9jiTO-5WIHOhqAF7eqs8xC4ApwAV4A8mx6nvP2PJUHPkW2XchvR_LQaRYk47GRsgQ3oX1ydj3QepNGfrmYvh/s320/buka+cikeas2.jpg" alt="" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5508634944312562418" border="0" /></a>Kembali ke soal makanan. Rasa penasaranku tentang "Chicken Flambe" belum lenyap. Hasil sikut sana sikut sini membuatku sedikit mengenal jenis makanan ini.<br /><br />Cambridge Advanced Learner's Dictionary atau kamus yang sering menjadi tempatku mengadu menjelaskan "flambe" termasuk dalam dua kelas kata, kata kerja dan kata sifat.<br /><br />Sebagai kata kerja, "flambe" berarti menuangkan alkohol di atas makanan selama proses memasak. Sedangkan sebagai kata sifat, "flambe" selalu ditempatkan setelah kata benda untuk menegaskan bahwa kata benda itu dibuat dengan proses penuangan alkohol. Jantungku mulai berdetak....<br /><br />Pencarianku belum selesai. Kucoba mencari pendapat lain tentang cara pembuatan "Chicken Flambe". Jantungku semakin berdetak lebih cepat setelah tahu kalau "brandy" menjadi salah satu bahan yang digunakan untuk membuat makanan itu. Kalau saya tidak salah, "brandy" berasal dari kata "brandywine", semacam minuman hasil fermentasi anggur dengan kadar alkohol antara 35 persen sampai 60 persen.<br /><br />Sembari pulang, aku berpikir dan kembali melamun apa pesan yang hendak disampaikan ketika "Chicken Flambe" yang mungkin mengandung alkohol disajikan dalam hidangan buka puasa? kenapa setelah mendengarkan pidato tentang asketisme yang teduh-tenang-sabar-rohani, orang-orang lahap sekali menyantap si "flambe" itu?<br /><br />Ah..mungkin itu hanya lamunan tidak penting. Semoga saja apa yang saya baca tentang "Chicken Flambe" beralkohol itu tidak benar. Semoga.<br /><br /><br />Salam semoga.<br />F.X. Lilik Dwi Mardjiantosontrothttp://www.blogger.com/profile/14352931898563600770noreply@blogger.com3tag:blogger.com,1999:blog-4619878662182349338.post-31819981018700477332010-08-22T23:47:00.005+07:002010-09-11T15:42:11.608+07:00Wortel PartisanPuri Cikeas, siapa yang tak mengenalnya? Penduduk kawasan itu mendadak mengalami penyempitan ruang gerak akibat pemadatan penghuni akhir-akhir ini.<br /><br />Pemadatan itu tentu terjadi karena adanya daya tarik. Dan tak bisa dipungkiri Pak SBY, presiden kita, adalah salah satu daya tarik itu. Pak Presiden sudah beberapa lama tinggal di kawasan itu.<br /><br />Sore itu, 22 Agustus 2010, Puri Cikeas ramai sekali. Mobil-mobil mengkilat berderet menyemut menuju kediaman pak Presiden.<br /><br />Dari bawah gardu ronda di salah satu tikungan, saya bisa melihat sejumlah tokoh turun dari mobil-mobil tadi.<br /><br />Oo...pantas mobilnya bagus-bagus, karena yang punya ternyata tokoh-tokoh penting, para kader dan pengurus Partai Demokrat. Sore itu, mereka akan berbuka puasa bersama Pak Presiden yang juga panutan mereka...Ketua Dewan Pembina Partai Demokrat.<br /><br />Sungguh bersyukur karena rakyat jelata sepertiku bisa bergabung dalam acara tersebut. Murah hari nian sang empunya rumah.<br /><br />Seperti biasa, acara yang dihadiri oleh Pak Yudhoyono berlangsung tertib, serba diatur. Setiap pasang mata kader Partai Demokrat tertuju kepada Pak SBY yang berpidato di mimbar. Setiap pasang telinga mengarah pada untaian kalimat rapi jali yang diucapkan oleh pak Presiden.<br /><br />Soliditas partai nampak dan terasa dari setiap riuh tepuk tangan yang tertata dan terukur. Tentu saja, tepuk tangan meriah, lengkap dengan senyum sumringah para kader.<br /><br />Loyalitas para kader Partai Demokrat tak perlu dipertanyakan. Sia-sia rasanya meragukan loyalitas awak partai yang sukses meraup dan mendulang suara dalam pemilihan anggota DPR dan presiden itu.<br /><br />Berbicara tentang loyalitas, saya terhenyak! Bukan karena loyalitas kader telah memenangkan Partai Demokrat, tapi karena potongan wortel.<br /><br />Kenapa wortel? ya, wortel adalah salah satu sajian untuk acara buka puasa di kediaman Pak Yudhoyono petang itu.<br /><br />Awalnya biasa saja. Namun, lama kelamaan saya semakin tertarik dengan jenis sayuran yang, katanya, baik untuk kesehatan mata itu. Saat itu, saya tertarik bukan karena khasiatnya, namun karena bentuk...bentuk yang menurut saya terkait dengan loyalitas tadi.<br /><br />Wortel itu disajikan secara "menyimpang" dari pakem yang biasa dianut kebanyakan orang. Daripada menggunakan kata "menyimpang", telinga sebagian orang mungkin lebih nyaman mendengar bila saya gunakan kata "inovasi". Ya..wortel itu disajikan dengan inovasi tinggi.<br /><br />Bukannya disajikan dengan memotong wortel melintang sehingga menghasilkan potongan berbentuk lingkaran, tiap irisan wortel Cikeas itu dibentuk sedemikian rupa sehingga menyerupai lambang Partai Demokrat, kalau saya tidak salah melihat.<br /> <a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjQwfoxw0baizApT_SMEYiD0szXvcXD8DpD_tneEcwEVNanqJERNpkbcCIaZW8dMP_jADZBgelQppY3hBwbqw_UYHQNpyjr9-lUNLrTfvYXPiTdfrOkBkTwPKpEkn7c5MNPkPDDEQmdhyphenhyphen2S/s1600/wortel+demokrat.jpg"><img style="float: left; margin: 0pt 10px 10px 0pt; cursor: pointer; width: 320px; height: 240px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjQwfoxw0baizApT_SMEYiD0szXvcXD8DpD_tneEcwEVNanqJERNpkbcCIaZW8dMP_jADZBgelQppY3hBwbqw_UYHQNpyjr9-lUNLrTfvYXPiTdfrOkBkTwPKpEkn7c5MNPkPDDEQmdhyphenhyphen2S/s320/wortel+demokrat.jpg" alt="" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5508277177779103906" border="0" /></a><br />Awalnya, saya menyangka ibu atau bapak yang bertugas menyajikan wortel itu terinspirasi dengan salah satu logo merk produk otomotif kenamaan.<br /><br />Namun, setelah celingukan, saya tidak menemukan logo perusahaan otomotif itu terpampang sebagai sponsor acara buka puasa tersebut.<br /><br />Tidak seperti saat upacara kenegaraan di halaman Istana Merdeka, ketika logo perusahaan produsen bahan bangunan dan induk sejumlah usaha, termasuk asuransi, terpampang dalam cenderamata yang dibawa pulang oleh para tamu undangan.<br /><br /> Saat itu saya hakul yakin tidak ada logo perusahaan otomotif terpampang sebagai sponsor kegiatan di kediaman Pak Presiden. Atau saya saja yang kurang cermat mengamati...?<br /><br />Karena tidak menemukan logo tersebut, benak saya seraya melayang dan mencitrakan logo lain yang sedikit mirip, yaitu logo Partai Demokrat.<br /><br />Jika prasangka saya benar, wah...hebat sekali ibu atau bapak penyaji menu sore itu. Loyalitas bisa mendorong mereka untuk berinisiatif, sehingga segala pernik acara sore itu terkesan "matching". Acara Partai Demokrat, aksesoris juga harus bernuansa demokrat, termasuk wortel.<br /><br />Atau bisa jadi saya salah. Tidak pernah ada inisiatif dari bapak ibu yang bekerja di dapur. Bisa jadi para penyaji itu hanya menjalankan tugas, menjalankan arahan, seperti biasanya. Memang, semuanya telah disiapkan dan diatur.<br /><br />Salam teratur.<br />F.X. Lilik Dwi Mardjiantosontrothttp://www.blogger.com/profile/14352931898563600770noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4619878662182349338.post-4407118085513086242010-08-18T21:18:00.005+07:002010-08-19T15:19:12.318+07:00Cinta Membawa Dewi Soekarno Kembali ke Indonesia<a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi9Ug2k-RjF0DZBV2UVSTMVQOgfTMd21LIEH6DV4JP9ye5tXDU1X3YN15K64rAJfOr4ByTQbkFy22nBJHHihyeivTqLLNKQszpszh16Ua1nhZwe-fdyWZIUA7RTPBWfWlYkMOP7Xj9K1RTG/s1600/dewi+soekarno1.jpg"><img style="margin: 0pt 10px 10px 0pt; float: left; cursor: pointer; width: 241px; height: 209px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi9Ug2k-RjF0DZBV2UVSTMVQOgfTMd21LIEH6DV4JP9ye5tXDU1X3YN15K64rAJfOr4ByTQbkFy22nBJHHihyeivTqLLNKQszpszh16Ua1nhZwe-fdyWZIUA7RTPBWfWlYkMOP7Xj9K1RTG/s320/dewi+soekarno1.jpg" alt="" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5506754677342346706" border="0" /></a>"Dewiku tercinta, Saya dalam keadaan baik dan sangat sibuk dengan konferensi bersama semua panglima militer untuk menyelesaikan konflik di kalangan militer. Jangan khawatir, sayang!, Sayang dan 1000 ciuman, Soekarno."<br /><br />Untaian kata cinta itu dilayangkan oleh Soekarno kepada pujaan hatinya, Ratna Sari Dewi. Surat singkat itu dikirim melalui kurir Sang Presiden pada 2 Oktober 1965.<br /><br />Situasi yang memanas di dalam tubuh militer setelah peristiwa 30 September 1965 nampaknya meluluhkan hati Soekarno yang keras. Cintanya membuat Soekarno tak melupakan Dewi, tak lupa melayangkan seribu ciuman kepada wanita Jepang itu.<br /><br />Naoko Nemoto adalah nama aslinya. Perkenalan dan kisah cintanya dengan Sang Proklamator membawanya ke Indonesia, kemudian menjelma menjadi Ratna Sari Dewi, ketika Indonesia baru saja lahir.<br /><br />Naoko dilahirkan dalam keluarga sederhana pada 6 Februari 1940. Keluarganya menetap di Tokyo, Jepang, tepatnya di Shibuya-Ku, Kamiyama-Cho.<br /><br />Keadaan keluarga yang tak berkelimpahan, mendorong Naoko untuk bekerja sebagai pramuniaga di perusahaan asuransi jiwa Chiyoda, sampai ia lulus sekolah lanjutan pertama pada 1955.<br /><br />Empat tahun kemudian, nasib mengubah hidupnya.<br /><br />Saat itu, Juni 1959, Soekarno melepas lelah di salah satu kawasan kenamaan di negeri Sakura, Akasaka`s Copacabana. Sang Presiden merasa perlu melepas penat di sela kunjungan kerjanya yang padat, menguras tenaga dan pikiran.<br /><br />Tanpa rencana, pandangan mata Soekarno menghampiri Naoko Nemoto yang anggun dan gemulai. Melalui perantaraan kolega di Jepang, Soekarno akhirnya berhasil bercengkrama dengan sang dara.<br /><br />Hari berganti, keduanyapun semakin akrab. Semakin lama Soekarno memandang Naoko, semakin luluh hatinya, dan jatuhlah hati itu dalam dekapan dara Sakura.<br /><br />Bukan Soekarno kalau tidak melakukan hal yang di luar kebiasaan. Dia boyong Naoko ke Tanah Air. Sejumlah literatur menyatakan keduanya sempat berkelana ke Pulau Dewata, hingga akhirnya bersanding di pelaminan pada 1962.<br /><br />Jadilah Naoko dara nusantara, Ratna Sari Dewi, lengkap dengan status kewarganegaraan Indonesia. Jadilah dia Ibu Negara, bersama empat Ibu Negara lainnya yang telah disunting oleh Soekarno sebelumnya.<br /><br />Cinta mempertahankan para Ibu Negara di samping Soekarno. Cinta Soekarno bulat, satu, kemudian dia bagi merata kepada para istrinya.<br /><br /><br /><a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhnrou_XZjOFgTJsQkk-Jw68j-nBNNNc7wYs4Sb42McQORb4CQYOEh3kHTfEzMI5Qw8qDNUy65Sk2_OwSLk8aiI1bHg4CvXvG7wUaHkJyzK6ISR33vwad2YRwD7CjkmU8UQy_SxJB1g8oCE/s1600/dewi+soekarno2.jpg"><img style="margin: 0pt 10px 10px 0pt; float: left; cursor: pointer; width: 204px; height: 176px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhnrou_XZjOFgTJsQkk-Jw68j-nBNNNc7wYs4Sb42McQORb4CQYOEh3kHTfEzMI5Qw8qDNUy65Sk2_OwSLk8aiI1bHg4CvXvG7wUaHkJyzK6ISR33vwad2YRwD7CjkmU8UQy_SxJB1g8oCE/s320/dewi+soekarno2.jpg" alt="" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5506755904236923266" border="0" /></a>Cinta Soekarno kepada Ratna Sari Dewi meluap-luap. Ia ceritakan semua seluk beluk pekerjaan kepada Dewi. Dalam setiap surat yang dia kirim di tengah sibuknya aktivitas sebagai petinggi negeri, Soekarno selalu menyapa Dewi dengan sebutan "Dewiku" atau "Sayang".<br /><br />Saking dekatnya hati mereka, para wartawanpun berusaha mendekati Dewi dengan satu alasan, hanya Dewi yang mengetahui apa yang dilakukan oleh Soekarno.<br /><br />Begitupun Dewi. Dia menyayangi suaminya sepenuh hati. Meski kadang fisik mereka terpisah samudera, hati Dewi melayang menghampiri Soekarno di tanah air. Hatinya menyertai Sang Presiden dalam setiap pekerjaan, sampai akhir hayatnya.<br /><br />Secara fisik, Dewi datang ke Indonesia pada 20 Juni 1970, malam hari, sekitar pukul delapan. Bersama anak buah kasihnya dengan Soekarno, Kartika, yang saat itu masih berumur empat tahun. Dewi langsung menuju Wisma Yaso.<br /><br />Dewi mendampingi suaminya yang sekarat hingga akhirnya menghembuskan nafas terakhir dalam kekuasaan Orde Baru.<br /><br /><br /><br />Cinta Soekarno dan Indonesia<br /><br />Kepustakaan Presiden yang diterbitkan oleh Perpustakaan Nasional Republik Indonesia menyebut Soekarno menambatkan hati kepada Dewi bukan hanya karena kecantikannya, namun karena cita rasa Indonesia yang tertanam dalam diri wanita itu.<br /><br />Kepustakaan tentang para presiden Indonesia itu menyebut Dewi fasih melantunkan tembang "Bengawan Solo" saat hati dan mata mereka petama kali bertemu di negeri Sakura.<br /><br />Sampai kini, 65 tahun setelah kemerdekaan Indonesia diproklamasikan, Dewi tetap merasa sebagai warga negara Indonesia (WNI).<br /><br />"Saya lebih lama jadi WNI daripada Anda, ya. Dari 1959. 51 tahun saya WNI," kata Dewi ketika ditemui di Istana Merdeka setelah upacara penurunan bendera untuk memperingati Hari Ulang Tahun ke-65 Kemerdekaan Republik Indonesia.<br /><br />Pemakai kebaya cokelat itu berada di Indonesia selama tiga hari. Menginjakkan kaki di tanah air pada Senin (16/8) sore dan kembali ke Jepang Rabu (18/8) malam .<br /><br />"Abis saya kerja di Jepang sekarang," kata Dewi memberi alasan.<br /><br />Tiga hari di Indonesia dia manfaatkan untuk mengenang suaminya. Selasa pagi hari, dia bergegas untuk melihat kharisma suami tercinta diabadikan dalam sebuah patung di Universitas Bung Karno, Jakarta.<br /><br />"Sembilan meter tinggi. Bagus sekali...," katanya lirih, sambil tersenyum.<br /><br />Dia menyempatkan diri kembali ke tanah air untuk menghadiri peresmian patung setinggi sembilan meter itu. Setelah terhambat pembangunannya selama masa Orde Baru, patung itu kini tegak berdiri. Girang Dewi dibuatnya.<br /><br />"Tadi pagi saya sangat bahagia dan bangga," katanya.<br /><br />Hati Dewi juga melompat kegirangan ketika sore harinya dia ke Istana Merdeka yang pernah menjadi rumahnya dulu.<br /><br />Dengan langkah pelan, dia tiba di Istana Merdeka, sore hari sesaat sebelum upacara penurunan bendera dimulai. Dia harus dipapah menaiki tangga istana, meunuju panggung kehormatan tempat dulu suaminya menghabiskan waktu.<br /><br />Ia mengaku ingin ke Indonesia, dan selalu ingin. Hingga akhirnya, dia pertama kali bisa mengikuti upacara kenegaraan di Istana dalam pemerintahan Presiden Yudhoyono.<br /><br />Begitu senang Dewi, hingga dia sangat menyesal tidak membawa kamera foto pribadi.<br /><br />"Jadi saya tidak dapat ambil foto. Tapi tadi sore saya dapat banyak foto," katanya sambil selalu tersenyum.<br /><br /><a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjEp_LzcOVUA43FuTKBfdPQ850ag5m4HjQGxrHvWz2Qa5SpS-uprR7wRpHcNmjQvzVXEgHVbInXgvMfhXDPAgkL5J0M6AVsyu73ziCYHLzuMwRd5dv8z-luW5wpbmQ5FroPV1Pi0-4g2NkN/s1600/dewi+soekarno3.jpg"><img style="margin: 0pt 0pt 10px 10px; float: right; cursor: pointer; width: 252px; height: 144px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjEp_LzcOVUA43FuTKBfdPQ850ag5m4HjQGxrHvWz2Qa5SpS-uprR7wRpHcNmjQvzVXEgHVbInXgvMfhXDPAgkL5J0M6AVsyu73ziCYHLzuMwRd5dv8z-luW5wpbmQ5FroPV1Pi0-4g2NkN/s320/dewi+soekarno3.jpg" alt="" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5506756370716479234" border="0" /></a><br />Dewi memang tak muda lagi. Dia tetap mengenakan kebaya, meski gurat dan keriput sudah timbul di kulit wajahnya.<br /><br />Cintanya kepada Indonesia sebesar cintanya kepada Soekarno. Dia mencintai Soekarno karena dia sadar Soekarno juga mencintainya dengan sepenuh hati.<br /><br />Selalu terngiang curahan hati Soekarno tentang dirinya jika ajal menjemput, "Satukan aku dengan dia dalam satu peti."sontrothttp://www.blogger.com/profile/14352931898563600770noreply@blogger.com0