Sontrot..kata yang mungkin membuat kening berkerut. Bagi yang belum mengenalnya, sontrot adalah padanan kata untuk sumbu kayu yang sering kali mengganggu aktivitas kunyah mengunyah singkong. Mengganggu memang. Serat kaku yang terletak tepat di tangah 'daging' singkong itu seringkali "nylilit" di sela gigi. Sontrot dan singkong, tidak diragukan lagi adalah perpaduan sekaligus representasi desa. Dua benda itu seringkali mucul dalam sejumlah fragmen kehidupan rural. Singkat kata, sontrot yang menjadi cikal bakal singkong adalah sesatu yang 'ndeso'..katrok..kampungan.
Mengganggu dan kampungan, itulah sontrot. Namun siapa sangka, tanpa sontrot tidak akan ada singkong. Ia menjadi dasar dari sebuah jaringan yang mengenyangkan. Ia menjadi tempat bersandar bagi sumber hidup yang disebut singkong, Manihot utilissima, awal dari kompleksitas peradaban cepat saji, urban, dan cyber. Singkatnya, sotrot menjadi basis dari sebuah eksistensi.
Singkong, yang berawal dari sontrot, menjadi teman setia kopi, teh, atau yang lain di setiap sudut ruang, bahkan di perkotaan sekalipun. Singkong seringkali hadir dalam sebuah kebersamaan yang berujung pada tukar pikiran, terlepas dari bobot pikiran yang ditukar. Ia menemani berbagai macam tema cerita dan diskusi, apapun itu. Ia hadir tanpa intensi yang muluk, hanya guyub dan baguyuban..bukan untuk sok-sokan.
Sontrot hadir dalam sebuah bentuk kehidupan baru yang akan menjadi teman untuk bertukar pikiran dan cerita.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
2 comments:
hey lilik.. iseng2 liat history komputer, mampir ke blog lu..;D
ampun deh, isengnya mengerikan tuh si wanderer; ngeliat history komputer! btw, ini lilik Antara yang dulu ketemu di cemara bukan yah? jangan kayak wartawan antara lain dong, tulisannya lebih diopinikan. :D
ary h
Post a Comment