Thursday, November 11, 2010

Tampilan Baru Podium Pak Presiden

Rene Decartes yang jago filsafat pernah bilang, "Cogito Ergo Sum" atau "Aku berpikir maka aku ada". Tapi, untuk tulisan ini, aku cuma mau bilang,..."Aku ber-podium, maka aku ada."

Pagi itu, kegiatan Pak Presiden SBY di depan rakyatnya diawali di ruang wartawan yang berada di kantor presiden. Sejak pukul delapan pagi, puluhan juru warta sudah berkumpul untuk mendengarkan titah Sang Kepala Negara tentang rencana kunjungan kerja ke Korea Selatan dan Jepang.

Sejumlah penyangga kamera berderet rapi di baris paling depan. Sedangkan para juru tulis atau wartawan cetak berada di belakang penyangga tersebut.

Saya sendiri kurang mengerti mengapa pihak istana mengatur urutan sedemikian rupa. Oh, mungkin saja memang ada arahan agar sorot kamera tidak terganggu hilir mudik wartawan cetak. Maklum saja, gambar pak presiden yang rupawan akan kacau balau kalau terhalang makhluk-makhluk jelata itu.

Pagi itu, perhatian tertuju pada Podium Garuda--sebuah podium andalan Pak SBY setiap kali berpidato. Konon, istana memiliki sejumlah podium yang sama persis dan harus selalu ada setiap kali presiden ingin berpidato, kapanpun..dimanapun; di puncak dataran tinggi Yahukimo sekalipun.

Aku yang gampang kagum--atau kata orang Jawa "gumunan"--mencoba mengintip. Oalah, ternyata para abdi Pak Presiden sedang menata ulang tampilan podium andalan itu.

Satu hal yang kutangkap adalah, para abdi itu berusaha sedemikian rupa agar mikorofon para wartawan televisi bisa "nangkring" di podium dengan rapi. Entah kenapa harus begitu.

Tidak cukup satu orang untuk mempercantik podium pak SBY. Dengan sigap, beberapa orang memasang penyangga khusus di atas podium. Penyangga itu akan menyangga mikrofon dengan rapi, sehingga tampilan pak presiden di layar kaca akan semakin yahud.



Sebelumnya, Pak SBY tidak pernah berpidato menghadap deretan mikrofon. Biasanya, podium pak presiden selalu polos, hanya dilengkapi dua tiang mikrofon khusus yang memang dirancang menempel pada podium itu. Dua mikrofon itu "menjulur" dari permukaan podium ke arah mulut pak presiden.


Entah kenapa kini harus ada mikrofon wartawan televisi yang tersusun rapi di atas podium. Pikiran bebalku melayang ke peristiwa ketika Pak Yudhoyono tidak jadi berpidato di Halim Perdanakusuma.

Mungkin teman-teman masih ingat, waktu itu presiden menunda pidato karena mikrofon televisi tidak diletakkan di atas podium. Padahal biasanya mikrofon wartawan tidak pernah mengarah ke pak SBY. Biasanya, mikrofon selalu mengarah ke pengeras suara yang berada di sudut ruangan atau di belakang barisan wartawan.

Para abdi menangkap kekecewaan pak presiden. Dengan segala daya upaya, para abdi berusaha menyusun mikrofon televisi di atas podium. Tidak ada alat penyangga khusus waktu itu. Tak apalah mikrofon tidak tersusun rapi. Yang penting bapak senang.

Lagi-lagi aku terlalu bodoh untuk berpikir, bahkan terlalu bebal untuk menduga kenapa Pak SBY ingin sekali berpidato di depan mikrofon wartawan televisi.

Saat itu, yang terlintas di otakku adalah: pak presiden merasa pidatonya begitu berharga sehingga wartawan televisi rela menumpuk-numpuk mikrofon di podium. Eits...tunggu dulu, saya hanya bilang pak presiden MERASA pidatonya berharga.

Kembali ke ruang wartawan di kantor presiden. Atas usaha keras para abdi, akhirnya mikrofon para wartawan televisi bisa tersusun rapi di atas podium. Dengan begitu, gambar pak presiden yang muncul di televisi akan semakin mantap. Kesan penting serta berharganya setiap kata yang keluar dari mulut presiden akan tetap terjaga.



Mungkin anda bertanya, kok yang diurus hanya mikrofon yang terhubung langsung ke kamera wartawan televisi? bagaimana dengan alat rekam suara milik wartawan cetak? Sayapun bingung. Oh, mungkin karena belum ada alat rekam suara yang bisa menampilkan gambar pak presiden yang rupawan.

*****

foto-foto: koleksi pribadi, www.antarafoto.com, dan www.antaranews.com

4 comments:

Unknown said...

kalo dijejer kyk gitu apa smua mikrofon dapet jatah suara yg sama? kalo di hubungin ke pengeras suara atau ampli kan malah terdengar jelas... oleh pemirsa
yah emang manut juragan sih.....

Lilik said...

Yang penting Bapak Senang, bro... :)

andre_qser said...

bapak senang,ibu senang,anak senang...semua senang juga bro!...microphone anthem!

Lilik said...

Qser, "di sini senang...di sana senang...di mana-mana hati Bapak senang," hehehe....