Sunday, October 23, 2011

Gaya Dahlan Iskan di Istana

Sepintas tidak ada yang berbeda dalam acara pelantikan menteri di Istana Negara, Rabu pagi. Semua tampak seragam. Para menteri yang dilantik dan mantan menteri serempak mengenakan Pakaian Sipil Lengkap (PSL).

PSL berarti celana berbahan halus, kemeja bewarna terang, dasi jas berwarna serasi dengan celana. Semuanya baru lengkap jika mengenakan kaos kaki dan sepatu kulit mengkilap.

Hanya satu orang di antara mereka yang sedikit nyeleneh. Dia berdiri di deretan belakang barisan menteri. Dia adalah Dahlan Iskan.

Mantan wartawan yang didaulat menjadi Menteri BUMN itu mengenakan sepatu olah raga atau sepatu kets, bukan sepatu kulit untuk keperluan resmi.

Sepatu yang dia pakai memang bewarna hitam legam. Namun hal itu tidak bisa menyamarkan nuansa kasual yang muncul.

Dahlan mengakui memilih sepatu bewarna hitam untuk menyesuaikan diri dengan suasana resmi selama pelantikan menteri. "Tapi kan sepatunya tetap kets," katanya lalu tersenyum lebar.

Pria yang berulang tahun setiap 17 Agustus ini bertekad tidak akan mengubah gaya dalam berpakaian, meski telah menjadi menteri. "Nggak berubah saya. Nggak berubah. Sudah terlalu lama seperti itu," katanya.

Dia tidak khawatir ditegur Presiden karena kebiasaannya itu. Menurut dia, Presiden bisa memaklumi hal-hal tertentu.

"Kemarin saja pas menghadap Presiden, saya pakai sepatu kets, cuma warnanya hitam," katanya dengan tenang.

Dahlan Iskan sebenarnya menolak tawaran Presiden untuk menjadi Menteri BUMN. Dia telah berencana untuk mengabdi sebagai Dirut PLN selama tiga tahun.

Namun, akhirnya pria kelahiran Magetan, Jawa Timur, itu menyanggupi tantangan sebagai seorang menteri. Jejak awal yang akan ditapakinya adalah membuat para pejabat BUMN terbiasa bekerja, bukan hanya rapat.

"Terlalu banyak rapat, itu harus dikurangi 50 persen," katanya.

Menurut Dahlan, pejabat BUMN terlalu sering mengikuti rapat, baik rapat internal BUMN maupun rapat di Kementerian BUMN. Pengurangan rapat akan membuat pejabat BUMN lebih fokus kepada pekerjaan yang membuahkan hasil.

"Supaya BUMN lebih sibuk bekerja, daripada mengurus surat, laporan, dan rapat," katanya.

Dahlan mengatakan, BUMN akan diberi keleluasaan untuk melakukan aksi korporasi. Kementerian BUMN akan mendorong dan memfasilitasi setiap aksi korporasi tersebut.

"Kementerian BUMN tidak akan menjadikan mereka instansi di bawah (Kementerian-red) BUMN, tapi korporasi di bawah (Kementerian-red) BUMN," katanya.

Usai pelantikan, Dahlan Dahlan melangkah keluar meninggalkan Istana Negara sambil menjawab pertanyaan wartawan.

Dia melepas jas yang dikenakan selama pelantikan. Dasi juga dilepas, kemudian diletakkan di bahu sebelah kirinya.

Beberapa saat kemudian, sejumlah wartawan sadar bahwa Dahlan berjalan menuju arah yang berlawanan dengan menteri yang lain.

Para menteri tersebut berjalan menuju mobil yang terparkir di halaman komplek istana, sedangkan Dahlan berjalan ke luar istana. Mobil Mercedes-Benz S 500 bernomor polisi L 1 JP miliknya diparkir di halaman Sekretariat Negara, terpisah dari mobil para koleganya.

"Gak apa-apa. Toh jalan juga dekat," katanya ketika ditanya alasan memilih parkir di luar.

Dahlan tidak segera pergi setelah sampai di mobil. Dia menunggu wakilnya, Mahmudin yang juga baru saja dilantik. Dahlan berniat mengajak Mahmudin pulang bersama, sekalian membicarakan nasib kementerian yang mereka pimpin.

Mahmudin dan istrinya kemudian menghampiri Dahlan. Berkumpul lima orang di situ, yaitu Dahlan bersama istri, Mahmudin dan istrinya, serta sopir Dahlan yang sudah siap di belakang kemudi.

Alhasil, Dahlan pun bingung, bagaimana caranya mengangkut lima orang sekaligus di dalam satu mobil.

Tanpa banyak pertimbangan, dia segera menghampiri sopir yang duduk di bangku depan. Dia perintahkan orang itu untuk keluar. "Biar saya yang nyetir," katanya.

Dia kemudian masuk mobil, diikuti Mahmudin yang memilih duduk di sebelahnya. Para istri duduk di bangku belakang.

Tanpa berlama-lama, mereka meninggalkan tempat parkir Sekretariat Negara.

*****

F.X. Lilik Dwi Mardjianto
tukang ketik




Cerita ini juga bisa dibaca di: http://www.antaranews.com/berita/280619/gaya-dahlan-iskan-di-istana

Monday, August 08, 2011

Foto Nazaruddin di Istana??

8 Agustus 2011

Setelah sekian lama undur diri dari aktivitas menumpahkan rasa di blog ini, akhirnya saya kembali lagi. Maklum, dua bulan terakhir saya sibuk dengan olah pikir dan olah fisik untuk sebuah keputusan besar dalam hidupku. Semoga saja nanti ada tulisan lain soal itu.

Singkat saja, kali ini saya tidak akan berpanjang lebar.

Beberapa hari lalu, kami--para pewarta jelata--berkumpul di Istana Kepresidenan. Seperti biasa, kami menunggu, bercerita, dan menelisik apakah ada kabar yang laik kami kabarkan kepada rakyat. Sayang sekali, siang itu sepi kabar.

Aku terus memutar otak, sembari melangkahkan kaki melewati koridor di sekitar Istana Kepresidenan. Koridor itu cukup panjang, berbentuk huruf L. Salah satu sisi koridor itu berhias aneka macam foto, dalam aneka ragam ukuran. Tentu saja, foto yang dipajang selalu ada hubungannya dengan kegiatan yang empunya Istana, Presiden SBY.

Salah satu foto di sana menarik perhatianku. Foto yang sama juga menarik perhatian teman-teman pewarta lain beberapa hari sebelumnya. Fokus utama foto itu adalah Presiden Yudhoyono dan Ketua DPR Marzuki Alie yang berdiri berdampingan, masing-masing berada di belakang podium.

Sementara itu, sejumlah orang berada di sisi sebelah kiri dan kanan kedua orang itu. Sepertinya mereka adalah anggota DPR, ya anggota dewan yang terhormat. Bukan SBY atau menarik perhatianku, namun justru seorang yang berada di salah satu sisi foto itu. Orang itu, paling tidak menurutku, benar-benar mirip M. Nazaruddin. Ya, mirip Nazaruddin yang kini menjadi buah bibir karena diduga terkait kasus korupsi yang sedang ditangani oleh KPK. Namun, bisa jadi penglihatanku salah.

Kabarnya, dia ditangkap di Kolumbia setelah kabur sekian lama dan singgah ke sejumlah negara.

Sayangnya tidak ada keterangan tertulis sama sekali tentang foto itu. Aku tidak menemukan keterangan tentang waktu foto itu dibuat, tentang peristiwa apa yang digambarkan dalam foto itu, dan tentang siapa saja yang hadir. Ahh...andai saja ada keterangan...paling tidak ada kepastian: mataku ini masih normal atau sudah rabun :) hehehehe...

Untuk lebih jelasnya, kuunggah foto itu dari beberapa sudut pandang. Perhatikan orang kedua dari kanan



Wednesday, March 23, 2011

Libya yang Berminyak dan Berdarah

Libya dikeroyok oleh pasukan koalisi dari beberapa negara. Negeri di sisi utara Benua Afrika itu hancur lebur setelah diterpa serangan udara yang mengatasnamakan perlindungan terhadap rakyat sipil.

Muammar Gaddafi, presiden Libya, juga tak luput dari serangan. Bahkan, menurut pemberitaan internasional, Gaddafi menjadi target dan alasan utama serangan terhadap Libya.

Sang Kolonel Gaddafi dianggap membahayakan karena tega memerintahkan tentara untuk menembak rakyat Libya yang menuntut perubahan. Namun demikian, menurut pemberitaan AFP, pasukan koalisi belum bisa mengetahui keberadaan Gaddafi.

Amerika Serikat dan sekutunya yang tergabung dalam pasukan koalisi melakukan serangan secara terstruktur. Mereka menggempur kekuatan udara Libya, yang kemudian diteruskan dengan menghancurkan segala kekuatan pendukung militer negeri itu.

AFP melaporkan, sejumlah kapal perang Amerika Serikat dan satu kapal selam Inggris telah menembakkan lebih dari 120 rudal Tomahawk pada awal serangan ke Libya.

Sejumlah pesawat tempur, termasuk milik Prancis, juga dilibatkan untuk melumpuhkan kekuatan militer Libya.

Serangan pasukan koalisi itu didasarkan pada resolusi 1973 yang dikeluarkan oleh Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa. Resolusi itu mengesahkan keputusan zona larangan terbang di Libya dan memerintahkan semua tindakan yang diperlukan untuk melindungi warga sipil.

Awalnya, gertakan PBB itu ditanggapi dengan niat gencatan senjata dari kubu Gaddafi. Namun, pada akhirnya pasukan koalisi memutuskan membombardir Libya karena mereka menganggap Gaddafi tetap menyiksa rakyat dan ingkar janji.

Serangan awal itu memperjelas peta geo-politik dunia dan mengidentifikasi pihak-pihak yang saling bemusuhan. Paling tidak, pihak-pihak di balik serangan itu mudah dikenali, karena mereka telah bertemu sesaat sebelum serangan pertama menghujam di Libya.

Pihak-pihak yang bertemu itu adalah Presiden Prancis Nicolas Sarkozy, para pimpinan Eropa, Menlu Amerika Serikat Hillary Clinton, Sekjen PBB Ban Ki-moon, serta beberapa utusan Liga Arab, seperti Jordania, Maroko, Qatar, dan Uni Emirat Arab. Pertemuan yang berlangsung di Prancis itu menyepakati penggunaan kekuatan udara untuk melaksanakan resolusi Dewan Keamanan PBB.

Presiden Amerika Serikat, Barack Obama menegaskan, kebijakan politik Amerika Serikat adalah menuntut Gaddafi mundur dari jabatannya.

"Kebijakan AS adalah Gaddafi harus mundur," kata Obama saat konferensi pers bersama Presiden Chile, Sebastian Pinera.

Obama menegaskan, operasi militer negara-negara koalisi adalah bentuk perlindungan terhadap warga sipil Libya dari kekejaman Gaddafi.

"Amerika Serikat tidak bisa diam tanpa kata sementara Gaddafi, yang telah kehilangan legitimasinya, membunuh rakyatnya dan mengancam akan melakukan lebih banyak pembunuhan lagi," kata Obama.

Minyak

Serangan terhadap Libya membuka kembali luka lama dalam perseteruan geo-politik dunia. Keputusan pasukan koalisi ditentang oleh rival abadi, terutama Kuba dan negara-negara lainnya.
Kementerian Luar Negeri Kuba secara resmi mengutuk serangan terhadap Libya. Seperti dilaporakan oleh kantor berita Xinhua, serangan itu adalah bentuk intervensi asing terhadap kedaulatan sebuah negara.

Kementerian Luar Negeri Kuba juga menyatakan dukungan untuk mempertahankan keutuhan wilayah Libya dan kedaulatan atas sumber daya negara itu.

Diskusi tentang sumber daya atau kekayaan Libya pasti berkaitan dengan potensi minyak. Tidak dapat dipungkiri, pemerintahan Libya dibangun di atas tanah yang mengandung minyak--komoditas berharga yang seringkali diperebutkan.

Organisasi negara-negara pengekspor minyak (OPEC) menyatakan, komoditas utama Libya adalah minyak. Selain itu, Libya juga masyur dalam hal cadangan gas dan gipsum.

Dalam laman resminya, OPEC menyatakan sektor minyak menyumbang 95 persen pendapatan ekspor Libya. Minyak juga menopang seperempat pendapatan negara dan sekitar 60 persen dari total upah penduduknya.

OPEC menyatakan, produksi minyak yang melimpah dan jumlah penduduk yang tidak terlalu banyak membuat Libya menjadi negara dengan pendapatan per kapita tertinggi di Benua Afrika.
Nuansa yang sama juga dipaparkan oleh badan intelijen Amerika Serikat (CIA) dalam laman resminya. CIA memiliki data yang sangat rinci tentang Libya, mulai dari kondisi geografis hingga pemerintahan, mulai dari sejarah negeri itu hingga kekayaannya.

CIA sependapat dengan OPEC bahwa minyak dan gas adalah produk andalan Libya. Bahkan, dinas rahasia Amerika Serikat itu "mengendus" Libya akan menjadi daya tarik internasional, dengan memompa produksi minyak hingga tiga juta barel per hari pada 2012.

Pada 2009, menurut CIA, produksi minyak di negeri itu mencapai 1,79 juta barel per hari. Kondisi itu menghantarkan Libya menempati urutan ke 18 dalam daftar negara-negara di dunia yang memproduksi minyak paling besar.

Produksi minyak itu mengalahkan United Kingdom yang ikut-ikutan menyerang Libya dan hanya mampu memompa minyak 1,5 juta barel per hari. Prancis, negara anggota koalisi yang juga menyerang Libya, mengalami hal yang sama. Prancis terseok-seok dan hanya mampu menghasilkan minyak hampir 80 ribu barel per hari.

Namun demikian, Libya memang masih tertinggal dari Irak. Irak yang telah ditumbangkan oleh Amerika Serikat itu mampu menghasilkan minyak 2,39 juta barel per hari.

Amerika Serikat sendiri mampu menghasilkan minyak hingga 9,05 juta barel per hari. Namun sebagian besar dari produksi itu untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri. Amerika Serikat hanya mampu mengekspor minyak sejumlah 1,7 juta barel per hari.

Sebaliknya, menurut CIA, Libya mampu menjual sebagian besar minyaknya ke luar negeri. Negeri itu menjual minyak sebanyak 1,54 juta barel per hari dari total produksi 1,7 juta bareal per hari.

CIA bahkan melaporkan, Libya masih memiliki cadangan minyak hingga mencapai 47 miliar barel pada 2010, atau menempati posisi ke-9 dalam daftar negara sedunia dengan cadangan minyak terbesar. Jumlah ini tidak jauh berbeda dengan yang dilaporkan oleh OPEC, bahwa negeri itu masih memiliki cadangan minyak sebanyak 46,42 miliar barel.

Khusus untuk cadangan minyak, masih menurut CIA, Libya mengalahkan Amerika Serikat. Cadangan minyak negeri Paman Sam itu semakin menipis, yaitu 19,12 miliar barel.

Potensi Libya bukan hanya minyak. Negeri yang pendapatan per kapitanya mencapai 13.800 dolar AS pada 2010 itu juga bisa menghasilkan gas sebanyak 15,9 miliar meter kubik pada 2008.

Negeri itu juga memiliki cadangan gas sebanyak 1.539 triliun meter kubik pada 2010, sehingga berada pada urutan ke 23 dalam daftar negara dengan cadangan gas terbesar di dunia.

Selain itu, Libya juga dikenal dalam industri perminyakan dan industri ketenagalistrikan. Bahkan, negeri itu juga memiliki cadangan dalam bentuk mata uang asing dan emas hingga mencapai 107,3 miliar dolar AS pada 2010.

Sampai dengan hari ketiga, pasukan koalisi masih bersikeras bahwa serangan yang dilaksanakan murni untuk melindungi warga sipil dari kekejaman Gaddafi.

Namun, fakta yang terjadi memperlihatkan bahwa Libya adalah negara kaya minyak yang bergolak secara mendadak. Negeri itu bergolak setelah dua negeri yang mengapitnya, Tunisia dan Mesir, dilanda huru-hara dan tumbang lebih dulu.

Jika Libya menyusul tumbang, maka tiga negeri itu akan menjadi negeri "kalah" yang secara geografis berada pada garis lurus di sisi utara benua Afrika dan berdekatan dengan Terusan Suez--sebuah jalur perdagangan yang ramai.


Bagaimanapun, posisi geo-politik itu akan sangat menguntungkan bagi mereka yang memenangkan perang. Sebuah perang yang berlangsung di atas ceceran darah dan semburan minyak dari perut bumi.



*****

Sayup-Sayup Reshuffle

Aburizal Bakrie melangkah tenang memasuki komplek Istana Kepresidenan. Ketua Umum DPP Partai Golkar yang sering disapa Ical itu masuk istana melalui pintu yang sering dilalui oleh para menteri yang ingin menghadap Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.

Politikus yang juga pengusaha itu datang ke Istana pada Selasa sore (8/3) dengan menggunakan sedan Lexus bernomor polisi B 1907 A. Dia masuk ke Istana melalui gerbang bagian luar yang menghadap Jalan Veteran.

Mobil itu kemudian berhenti di tempat parkir yang biasa digunakan untuk memarkir mobil para menteri.

Beberapa saat kemudian, mobil itu merapat ke gerbang lapis berikutnya--gerbang yang biasa dilewati sejumlah pejabat menuju bagian dalam komplek istana.

Aburizal kemudian keluar dari mobil setelah sampai di depan gerbang yang dijaga ketat itu. Dia langsung mengayunkan kaki dengan tenang dan memasuki halaman dalam istana tanpa bersedia memberi keterangan kepada wartawan.

Aburizal datang ke komplek Istana Kepresidenan untuk hadir dalam pertemuan empat mata dengan Presiden Yudhoyono. Mereka membicarakan permasalahan koalisi partai politik.
Pertemuan kedua tokoh itu berlangsung singkat, tidak sampai satu jam. Meski singkat, keduanya mencapai kata sepakat.

"Iya sepakat. Untuk memperbaiki koalisi menjadi lebih baik," kata Aburizal setelah pertemuan.

Ia menegaskan, Golkar mendukung upaya partai-partai koalisi untuk menyelesaikan berbagai masalah prinsipil sehingga pengelolaan negara bisa berjalan lebih baik.

"Nanti secara bersama-sama kita benahi, kita cari objektifnya untuk sesuatu tujuan yang lebih baik. Tujuan yang lebih baik untuk kesejahteraan rakyat. Itu yang kita bicarakan," katanya menambahkan.

Dalam pertemuan itu, menurutnya, Presiden Yudhoyono menekankan perlunya evaluasi sehingga masalah-masalah kecil tidak lagi menggangu kerja sama partai-partai koalisi pemerintah.

"Kita sepakat bahwa ini tinggal tiga setengah tahun lagi. Efektifnya tiga tahun dalam pemerintahan. Kita sepakat bahwa tiga tahun ini harus dimanfaatkan secara maksimal," kata Aburizal.

Kesepakatan

Pertemuan Presiden Yudhoyono dan Aburizal laksana pendulum atau bandul yang bergantung pada seutas tali. Tanpa pendulum, tali itu akan berkibas tak tentu arah karena tertiup angin. Kata "kesepakatan" yang diucapkan beberapa kali oleh Aburizal menyerupai pendulum yang bisa meredam gerakan, sehingga kini tali dalam posisi stabil.

Fakta yang muncul adalah, dua hari setelah komunikasi Presiden Yudhoyono dengan Aburizal Bakrie, sejumlah pihak lingkaran dalam Istana seperti sepakat untuk mengatakan bahwa komunikasi politik yang dilakukan oleh Presiden Yudhoyono tidak berhubungan langsung dengan perombakan kabinet (reshuffle-red).

Juru Bicara Kepresidenan Julian Aldrin Pasha mengatakan, komunikasi itu bisa berujung pada penyesuaian dalam kesepakatan baru antarpartai koalisi pendukung pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.

"Bisa saja ada beberapa penyesuaian dalam kesepakatan baru. Namun persisnya akan kembali pada keputusan akhir yang disepakati antara presiden dan pimpinan parpol," katanya.

Sehari setelah itu, Staf Khusus Presiden Bidang Komunikasi Politik, Daniel Sparingga menegaskan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono belum membicarakan nama orang dalam komposisi Kabinet Indonesia Bersatu II karena presiden masih fokus pada penataan koalisi di tingkat partai politik.

"Belum sampai pada pos dan orang," katanya.

Menurut dia, Presiden sampai saat ini baru membangun komunikasi pada tingkat partai politik. Komunikasi dengan pimpinan partai politik itu akan terus dilakukan sampai ada kesepakatan tentang penataan koalisi.

"(komunikasi dengan parpol) masih berlangsung, dan proses itu akan memasuki babak baru, yaitu merumuskan pertimbangan-pertimbangan penting untuk pada akhirnya dipakai sebagai bahan pertimbangan menata koalisi," ujarnya.

Menurut dia, diskusi tentang perombakan kabinet itu sebenarnya adalah akibat jika ada hal-hal tertentu yang terjadi dalam penataan koalisi.

Namun, dia kembali menegaskan, sampai saat ini presiden belum pernah membicarakan nama orang dalam susunan kabinet.

"Percakapan mengenai orang, sebenarnya sampai hari ini, belum menyentuh membicarakan orang," katanya menegaskan.

Pada hari yang sama, Menteri Sekretaris Negara Sudi Silalahi juga menegaskan, evaluasi dan komunikasi Presiden dengan partai politik yang tergabung dalam koalisi maupun di luar koalisi tidak terkait dengan reshuffle kabinet.

"Dikaitkan dengan apa yang tengah dilakukan oleh Presiden Yudhoyono saat ini dan kegiatan ini masih terus berlangsung yaitu penataan kembali etika dan efektifitas koalisi, evaluasi terhadap kinerja menteri tersebut tidak terkait langsung," katanya.

Sudi menjelaskan Presiden Yudhoyono tidak pernah mengatakan akan melakukan reshuffle dalam waktu dekat.

Pernyataan seragam itu akhirnya ditutup oleh Presiden Yudhoyono saat membuka sidang kabinet paripurna di kantor kepresidenan, Kamis (10/3).

Presiden menegaskan, dirinya tidak pernah mengatakan akan melakukan reshuffle dalam jangka waktu tertentu.

"Kepada masyarakat luas, sabar jernih dan logis terutama mereka yang terus goreng isu reshuffle dengan persepsi sendiri, saya akan lakukan reshuffle bila sungguh diperlukan, jangan ada pemaksaan, percayalah semua ada tujuan, alasan dan aturan manakala reshuffle dilakukan," katanya.

Pada kesempatan itu, presiden tidak menyinggung secara khusus dan rinci pernyataan yang dia sampaikan sebelumnya bahwa ada satu atau dua partai politik yang telah melanggar kesepakaran koalisi.

Pernyataan para pihak lingkaran dalam Istana itu senada. Mereka menegaskan, komunikasi politik yang terjadi adalah untuk menata koalisi. Hal itu membuat pendapat sejumlah pihak tentang reshuffle menjadi teriakan yang semakin sayup-sayup.

Mengulangi pernyataan Juru Bicara Kepresidenan, Julian Aldrin Pasha, komunikasi antara presiden dengan sejumlah petinggi partai itu bisa jadi hanya berujung pada kompromi alias kesepakatan.

Kebiasaan berkompromi para elit ini sebenarnya sudah diprediksi oleh Antonio Gramsci, seorang pemikir politik asal Italia.

Puluhan tahun silam, dia berkata "Politikus membayangkan manusia sebagaimana adanya, dan pada saat yang sama, sebagaimana seharusnya, untuk mencapai tujuan tertentu; tugas ini memaksa orang untuk bergerak, keluar dari adaan mereka sekarang agar dapat mencapai tujuan-tujuan bersama, artinya `menyesuaikan diri` dengan tujuan tertentu."
*****

Politik Gertak Sambal

Sejak hampir lima abad silam, seorang menteri disamakan dengan seorang pelayan yang wajib mengabdi kepada atasannya. Seorang atasan memiliki hak untuk mengizinkan atau tidak mengizinkan seseorang bekerja sebagai pelayan.

Niccolo Machiavelli, filosof politik asal Italia, adalah orang yang menyatakan hal itu. Machiavelli secara tegas menyatakan hal tersebut dalam sebuah buku yang dia tulis pada 1513, "The Prince".

"...seorang pangeran, dengan sekelompok pembantu yang mendampinginya sebagai para menteri untuk memerintah kerajaan atas namanya dan dengan izinnya," demikian diungkapkan Machievelli dalam buku itu.

Dia dikenal sebagai filosof yang blak-blakan menyatakan bahwa seorang penguasa yang ingin tetap berkuasa haruslah akrab dengan tipu muslihat, kelicikan, dan dusta. Meski demikian, filosofi politik dan kekuasaan yang ditawarkannya mengilhami sejumlah praktik kenegaraan di berbagai belahan bumi.

Akhir-akhir ini, "gonjang-ganjing" posisi menteri melanda dunia politik Indonesia. Hal ini terutama dialami oleh para menteri yang juga petinggi partai politik.

Alam politik Indonesia, menurut sejumlah pihak, penuh dengan gertak sambal. Politisi saling gertak, meski tidak menggunakan bahasa yang kasar dan menghentak. Namun, maksud yang disampaikan cukup jelas, yaitu untuk saling mengunci dan mematahkan pendapat.

Masih jelas teringat ketika sejumlah media massa memberitakan pernyataan politisi Partai Demokrat, Ruhut Sitompul yang terang-terangan berniat membuka keburukan Partai Golkar. Ruhut bersuara keras setelah muncul gejala bahwa partai berlambang pohon beringin itu akan tetap mengusung hak angket DPR yang terkait dengan mafia perpajakan.

Jika suara keras Ruhut itu dianggap sebagai gertakan, maka sebaliknya, pihak Partai Demokrat dan kubu pendukungnya juga menganggap niat sejumlah partai untuk menggunakan hak angket perpajakan merupakan sebuah gertakan dan manuver politik.

Lepas dari siapa menggertak dan isi gertakannya, kemelut hak angket perpajakan itu dimenangkan oleh kubu Partai Demokrat.

Rapat paripurna Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) akhirnya memutuskan menolak usulan hak angket pajak. Hasil pemungutan suara menunjukkan 266 suara menolak dan 264 menerima.
Dalam pemungutan suara itu, anggota Fraksi Partai Demokrat hadir 145 orang dan seluruhnya menyatakan menolak.

Sementara, F-PAN hadir 43 orang dan solid menyatakan menolak. Begitu juga F-PPP yang hadir 26 orang dan sepakat untuk menolak.

Sementara itu, F-PKB hadir 28 orang, 26 orang di antaranya menolak. Sedangkan dua orang, yakni Lili Wahid dan Effendi Choirie menyatakan menerima usulan hak angket. Dan F-Gerindra yang hadir 26 orang, seluruhnya menyatakan menolak.

Sementara itu, F-PG hadir 106 orang dan solid untuk menerima. Sedangkan dari F-PDI-P yang hadir 84 orang seluruhnya sepakat untuk menerima usulan hak angket.

F-PKS hadir 56 orang dan seluruhnya menyatakan menerima. Dan terakhir dari F-Hanura hadir 16 orang dan solid menerima.

Gertak koalisi

Keputusan rapat paripurna DPR itu paling tidak menjadi penanda untuk dua hal. Pertama, Partai Demokrat dan pendukungnya masih terlalu tangguh untuk dilawan; dan kedua, publik semakin bisa membedakan partai politik yang berjalan bersama pemerintah, dan partai yang mengambil jalan berbeda.

Hal ini menjadi perhatian Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Setelah melakukan evaluasi mendalam, presiden akhirnya memberikan pernyataan.

"Saya ingin kalau memang semua masih tetap ingin bersama-sama, berjuang dalam koalisi untuk rakyat, bangsa, dan negara, maka semua kesepakatan yang disebut "code of conduct" atau tata etika yang sebelas butir ini harus betul-betul dipatuhi, diindahkan, dan dijalankan," katanya.

Menurut presiden, salah satu butir nota kesepahaman yang ditandatangani oleh pimpinan partai politik dengan dirinya pada Oktober 2009 adalah koalisi dilaksanakan atau berlaku di bidang eksekutif dan legislatif.

Presiden bahkan sudah secara tegas menyebut kemungkinan pemberian sanksi kepada mereka yang tidak patuh. Dia juga sudah mulai membahas perombakan kabinet, sesuatu yang selama ini selalu ditutupi.

"Jika tidak, ke depan tentu sanksi harus diberikan. Dalam penataan kembali koalisi yang Insya Allah akan kami lakukan dalam waktu dekat ini, jika memang ada partai politik tidak lagi bersedia mematuhi atau menaati kesepakatan yang sudah dibuatnya bersama-sama saya dulu, tentu partai politik seperti itu tidak bisa bersama-sama lagi dalam koalisi," tuturnya.

Presiden memang tidak secara gamblang menyebut nama partai politik yang sudah dianggap menyimpang. Namun, berdasar gambaran umum yang terjadi di DPR, sejumlah pengamat menyimpulkan bahwa kedua partai itu adalah Golkar dan PKS.

Wakil Ketua Umum DPP Partai Golkar yang yang juga Menko Kesejahteraan Rakyat, Agung Laksono, menyatakan, Golkar tidak pernah ingkar terhadap nota kesepahaman yang dibuat dengan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.

Menurut dia, yang terjadi sebenarnya hanyalah perbedaan pendapat yang merupakan suatu pilihan terbuka yang bisa saja terjadi di wilayah parlemen.

"Kalau saya baca partai, selama ini tidak ada pengingkaran. Isunya satu pendapat boleh berbeda. Memang kemudian menjadi seolah tidak kompak, tapi itu suatu pilihan yang dibuka di parlemen. Itu yang terjadi," tuturnya.

Ia mengusulkan, Presiden Yudhoyono perlu mengundang partai politik anggota koalisi guna memperbaiki komunikasi.

Agung berpendapat, Golkar seharusnya tidak diposisikan sebagai berbeda pendapat dan sebaliknya justru sudah cukup membantu dalam koalisi.

Sementara itu, Menteri Komunikasi dan Informatika yang juga politisi PKS, Tifatul Sembiring menyatakan siap untuk "direshuffle" (diganti) jika presiden mengambil langkah tersebut.

"Kita siap, karena kita memang ditugaskan untuk siap, mati saja siap. Bagi saya jabatan ini sebuah amanah," kata Tifatul.

Dia menegaskan, yang terjadi antara PKS dan Demokrat adalah perbedaan pendapat, bukan perselisihan. Menurut dia, hal yang terpenting saat ini adalah melakukan komunikasi dengan baik agar masalah serupa tidak terulang lagi.

Presiden Yudhoyono menekankan perlunya kesetiaan para anggota koalisi, paling tidak kesetiaan terhadap komitmen bersama.

Hal itu juga yang ditekankan oleh Machiavelli dalam "The Prince". Pada bab 22, Machiavelli menulis, jika seorang pangeran dan pelayan sudah tidak saling percaya, maka cerita akan berakhir laksana bencana bagi salah satu dari mereka.

Prinsip menuntut kesetiaan menteri dalam "The Prince" memang sedang dimainkan di atas panggung politik Indonesia.

Namun, di belakang panggung, Machiavelli juga menyusun prinsip-prinsip untuk membuat seorang pelayan setia dan jujur.

"Untuk membuat seorang pelayan jujur, seorang pangeran harus mempelajarinya, menghormatinya, memperkaya, dan memperlakukannya dengan baik," kata Machiavelli.

*****

Monday, March 07, 2011

Still Got The Blue(s), Pak Presiden

Ini tulisan tidak penting. Saya sarankan anda tidak perlu membacanya.

Ancol mendadak ramai pagi itu, Jumat pagi, 4 Maret 2011. Orang-orang berkerumun di salah satu ruang terbuka, dikenal dengan kawasan Ecopark. Mereka serempak memakai kaos putih bergambar bola dunia berwarna hijau. Tulisan di kaos itu pun sebagian besar berwarna hijau.

Mulai dari pejabat sampai petugas kebersihan hampir senada dalam hal warna. Memang sih, nasib mereka berbeda.

Semua sibuk, semua berusaha tampil menawan, semua ingin acara berjalan lancar karena Pak Presiden SBY dijadwalkan hadir. Pak presiden akan menanam pohon di kawasan itu.

Panitia sudah mengatur tempat sedemikian rupa. Kursi-kursi "berbaris" rapi seperti tentara. Karpet membentang menjadi alasnya.

Kursi-kursi itu menghadap dekorasi berwarna hijau menyala, lengkap dengan tulisan yang juga menjadi tema besar acara itu "We Do Green". Untaian bunga dan tanaman hias lainnya mempercantik dekorasi tersebut. Semuanya serba hijau, sesuai dengan tema acara.

Panitia juga memastikan agar semua yang hadir di acara itu tidak kepanasan, apalagi kehujanan. Sebuah tenda besar, lengkap dengan juntai-juntai kain, berdiri tegak.

Satu hal yang menarik perhatianku adalah warna biru yang ikut-ikutan muncul di acara yang serba hijau itu. Memang sih ada warna putih di sana. Tapi entah kenapa, warna biru ini menarik perhatianku. Boleh-boleh saja kan? Warna biru itu adalah warna kain yang menjadi ornamen tenda besar yang menjadi peneduh mereka yang hadir di acara itu. Kain biru itu membentang ke sejumlah arah dan berpusat pada satu titik di tengah tenda. Rumbai-rumbai kain itu tertata rapi.

Pihak protokol istana kepresidenan memang selalu menempatkan ketepatan berbusana dan pilihan warna sebagai bagian dari suksesnya suatu acara. Bahkan, hampir setiap informasi acara yang akan dihadiri presiden selalu mencantumkan ketentuan berbusana bagi para tamu undangan. Sebagai contoh, ketika presiden akan mengadakan kunjungan kenegaraan ke Brunei Darussalam, semua anggota rombongan dihimbau untuk tidak mengenakan pakaian berwarna kuning---sebab kuning adalah warna kebesaran kerajaan Brunei. Contoh lainnya adalah ketika presiden meresmikan Museum Batak di Sumatera Utara. Saat itu, anggota rombongan disarankan mengenakan batik khas Batak. Memang, busana dan warna menjadi pertimbangan utama di Istana.

Khusus untuk acara di Ancol, entah siapa yang "mengundang" warna biru untuk hadir. Bisa jadi protokol, bisa jadi panitia, bisa jadi tukang pemasang tenda yang mencoba berimprovisasi.

Apapula maksud menggabungkan warna biru dan hijau? tak ada yang mengerti kecuali mereka yang (punya ide) menggabungkannya.

Yang jelas, seorang konsultan warna dan penulis buku More Alive With Colors, Leatrice Eisman, menyatakan biru warna biru memiliki makna kesetiaan, ketenangan. Makna warna biru yang lain--dan cukup menarik--adalah sensitif.

Mungkin nasib sial sedang menghantui mereka yang menyiapkan acara "We Do Green" di Ancol. Tata warna dan dekorasi acara itu batal dinikmati Pak Presiden. Pak SBY memilih arah yang sama dengan para artis Java Jazz. Mereka batal menghadiri acara penanaman pohon itu. Alasannya? masih menjadi misteri :)
*****

SBY dan Inspirasi "Eat, Pray, Love"

Siapa tak tahu film bertajuk "Eat, Pray, Love"? Bahkan presiden pun terinspirasi oleh film yang dibintangi aktris kondang Julia Roberts. Salah satu penyebab film itu begitu dikenal di Indonesia, tentu saja kisah tentang Bali yang disisipkan dalam film tersebut.

Film itu bercerita tentang perjalanan hidup perempuan bernama Elizabeth Gilbert, yang bertekad tidak menikah lagi dan memutuskan untuk berkelana dan mencari arti hidup. Dalam perjalanannya, dia singgah di tiga tempat, yaitu Italia, India, dan Bali--Indonesia.

Di Italia, Gilbert menemukan berbagai hal yang terkait dengan makan. Sedangkan di India, perempuan itu berjibaku dengan devosi terhadap sesuatu yang transenden; dia belajar untuk menemukan diri dalam doa di India.

Penggalan terakhir film ini berkisah tentang Bali. Liz--panggilan Elizabeth Gilbert, belajar untuk mencintai. Sejumlah pengalamannya di Pulau Dewata itu membawanya pada pemahaman tentang cinta.

Rupanya film yang satu ini memberi kesan tertentu bagi Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Presiden terkesan bukan kepada sosok Liz, bukan juga kepada Bali. Yudhoyono terkesan pada pesan dalam film itu, bahwa ciri khas suatu daerah bisa menjadi daya tarik daerah itu sebagai tujuan wisata.

Inspirasi itu dia bawa ke pulau Bintan, Provinsi Kepulauan Riau, pada 26 Februari 2011 lalu. Saat itu, presiden meresmikan kawasan wisata terpadu di pulau yang berbatasan langsung dengan Singapura tersebut.

Yudhoyono juga diberi kehormatan untuk memberikan nama untuk kawasan wisata terpadu di kawasan itu. Kemudian, dipilihlah nama "Pesona Lagoi Bintan", sesuai dengan letaknya di Teluk Sebong, Desa Sebong Lagoi, Kabupaten Bintan.

Menurut Yudhoyono, sebuah daerah tujuan wisata hendaknya memiliki ciri khas yang bisa menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan.

Jika Bali identik dengan "cinta" seperti digambarkan dalam kisah Elizabeth Gilbert, maka dia berharap Bintan bisa menawarkan hal yang lebih. Hal itu sesuai dengan impian untuk menjadikan Bintan sebagai kawasan wisata terpadu.

"Silakan datang ke Bintan, maka anda bisa mendapatkan makanan, anda bisa berdoa, dan anda akan menemukan cinta," kata Yudhoyono dalam bahasa Inggris saat memberikan sambutan dalam acara itu.

Presiden begitu menaruh hati kepada Kepulauan Riau, sehingga dia menggelar rapat khusus pada akhir kunjungan kerja di provinsi itu (27/2).

Tidak tanggung-tanggung, sejumlah menteri terkait langsung datang dari Jakarta. Rapat itu digelar di salah satu ruangan di Bandara Raja Haji Fisabilillah, Tanjungpinang.

Para menteri dan pejabat itu adalah Menteri Lingkungan Hidup Gusti Muhammad Hatta, Menteri Perindustrian M.S Hidayat, Menteri Kehutanan Zulkifli Hasan, Menteri Perhubungan Freddy Numberi, Menteri Kelautan dan Perikanan Fadel Muhammad, dan Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal Gita Wirjawan.

Selain itu, juga ada Menteri Pertanian Suswono dan Ketua Komite Ekonomi Nasional Chaerul Tanjung yang tiba di Tanjungpinang menggunakan pesawat jet khusus.

Beberapa menteri yang lain sudah berada di Tanjungpinang untuk mendampingi presiden, antara lain Menteri Koordinator Kesejahteraan Rakyat Agung Laksono, Menteri Koordinator Perekonomian Hatta Rajasa, Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Jero Wacik, Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro, dan Mensesneg Sudi Silalahi.

Presiden pada awal kunjungan memang sudah mengatakan, akan menggelar rapat khusus sebelum kembali ke Jakarta. Dia meminta para pejabat pemerintah daerah setempat memberikan laporan pelaksanaan pembangunan dan investasi di kawasan tersebut.

"Saya minta dipresentasikan dengan lengkap," kata Yudhoyono.

Nuansa Singapura
Presiden Yudhoyono optimistis Provinsi Kepulauan Riau akan menjadi pusat ekonomi baru, sehingga bisa menyaingi Singapura.

"Tempat kita ini adalah satelit Singapura. Kita akan menjadi new economy center," kata Presiden Yudhoyono saat membuka rapat bersama pejabat Kepulauan Riau dan sejumlah menteri itu.

Yudhoyono meminta semua pihak untuk bekerja keras, sehingga pembangunan Kepulauan Riau bukan hanya menjadi pepesan kosong.

Presiden juga meminta pembangunan Kepulauan Riau memerhatikan empat sasaran utama, yaitu pertumbuhan ekonomi, pertumbuhan tenaga kerja, pengurangan kemiskinan, dan pemeliharaan lingkungan.

"Pada saatnya nanti itu akan menjadi center yang tidak kalah dengan Singapura," katanya.

Yudhoyono juga menyambut baik upaya berbagai pihak untuk mengembangkan Pulau Bintan, sehingga dia dengan senang hati memberikan nama "Pesona Lagoi Bintan" dan berbagi inspirasi "Eat, Pray, Love".

Bintan adalah salah satu dari sekian banyak gugusan pulau di Provinsi Kepulauan Riau. Bintan adalah salah satu "pintu" Indonesia karena tepat berhadapan dengan Singapura di sebelah utara.

Pulau Bintan tidak terlalu besar. Seorang bisa melintas dari Tanjungpinang di sisi selatan hingga Lagoi di sisi utara hanya dalam waktu sekitar dua jam melalui jalur darat, dengan menggunakan mobil.

Sisi utara Bintan, termasuk Lagoi, kini "disulap" menjadi resort alias tempat berlibur. Kawasan ini membentang di sisi utara Pulau Bintan dengan luas mencapai ratusan hektare, dan langsung menghadap Singapura. "Pesona Lagoi Bintan" adalah salah satu proyek wisata yang digarap di kawasan itu.

Direktur PT ND Rekayasa Prima yang juga anggota konsorsium pembangunan proyek tersebut, Noegroho Djadjoesman mengatakan, nilai investasi proyek "Pesona Lagoi Bintan" mencapai Rp16,5 triliun.

"Kami merencanakan penanaman modal lebih dari Rp16,5 triliun," katanya saat memberikan sambutan di hadapan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, dalam acara peresmian proyek tersebut.

Proyek itu dibangun oleh konsorsium yang terdiri dari PT ND Rekayasa Prima, dan dua perusahaan asing, yaitu Landmarks Berhad dan WHT Capital Sdn Berhad.

Noegroho menjelaskan, perusahaan yang berbasis di Malaysia, Landmarks Berhad, telah membeli kawasan seluas 338 hektar itu pada 2006 dan akan membangun kawasan wisata bertema "Water City Resort".

Kawasan itu memiliki sejumlah fasilitas, antara lain terminal kapal ferry internasional, terminal marina, terminal pesawat terbang laut, tempat kunjungan kapal pesiar, pelayanan imigrasi terpadu.

Kawasan itu juga menawarkan sarana wisata air, pusat perbelanjaan, hotel, taman hiburan, dan villa.

Selain itu, pengembang juga akan membangun permukiman, apartemen, ruang pertemuan, universitas, dan rumah sakit, yang semuanya berstandar internasional.

Pembangunan tahap pertama kawasan itu diperkirakan selesai pada 2015 dan terhubung dengan pulau-pulau lain di Provinsi Kepulauan Riau.

Namun, berdasar pantauan, sejumlah fasilitas di kawasan itu sudah dibangun. Lapangan golf yang terawat membentang di sisi kiri dan kanan jalan. Restoran dan sejumlah pusat kebugaran tertata apik, lengkap dengan petugas yang siap melayani dengan senyum sumringah.

Sejumlah pengunjung juga mulai menggunakan fasilitas-fasilitas itu. Berdasarkan ciri fisik dan pengakuan langsung, sebagian besar dari mereka berasal dari Asia, khususnya Singapura. Sementara itu, sebagian pengunjung lainnya berasal dari Eropa dan Amerika.

Cita rasa Singapura di wilayah kedaulatan Republik Indonesia itu memang begitu kental.

Sebuah restoran di kawasan itu dipenuhi oleh warga negara Singapura. Mereka berbusana santai, tapi modis. Mereka berfoto, tertawa, dan bercanda menggunakan bahasa Inggris khas Singapura.

Fasilitas di kawasan itu pun beroperasi dengan memerhatikan kenyamanan pengunjung, khususnya yang berasal dari Singapura. Hal itu terlihat dengan pengaturan tarif khusus yang menggunakan mata uang Singapura, bukan Rupiah.

Sebuah restoran menyediakan informasi sejumlah fasilitas, misalnya lapangan golf lengkap dengan peralatan pendukungnya, sewa mobil lengkap dengan supirnya, sewa vila lengkap dengan perlengkapannya, dan sewa berbagai sarana olah raga lengkap dengan prasarananya. Lagi-lagi, semua tarif diatur dalam mata uang dolar Singapura.

Infrastruktur di kawasan itu juga serba bagus. Lebar ruas jalan di kawasan itu mencapai sekitar 15 meter. Tidak ada lubang di semua ruas jalan, sehingga kendaraan bisa melaju dengan lancar.

Pihak pengembang juga memperhatikan keindahan dengan menanam berbagai tanaman hias di samping ruas jalan.

Hal itu berbeda dengan kondisi jalan di sekitar tempat tinggal penduduk setempat. Ruas jalan bagi masyarakat setempat lebih sempit dan kadang berlubang.

Pihak pengembang membangun pos penjagaan dan pagar pembatas yang secara nyata memisahkan kawasan wisata terpadu dengan permukiman penduduk.

Harapan presiden untuk menjadikan pembangunan kawasan Kepulauan Riau sebagai pendongkrak perekonomian lokal hendaknya ditaati dan diwujudkan. Hendaknya masyarakat setempat bisa ikut menikmati keindahan, bukan hanya melihat wisatawan Singapura yang sedang berlibur.

Hendaknya inspirasi "Eat, Pray, Love" bisa menyentuh masyarakat Bintan, sehingga mereka bisa makan, berdoa, dan merasakan cinta di tanah kelahiran.

Hendaknya Bintan benar-benar menjadi milik Indonesia, bukan menjadi "negara bagian" Singapura.
*****

Tuesday, March 01, 2011

BBB: Buku Bagus BuAni

Pak presiden SBY memang gemar menggelar rapat. Betapa tidak? Pak presiden masih punya tenaga untuk memimpin rapat setelah melakukan kunjungan kerja di Tanjungpinang selama tiga hari, akhir Februari 2011.

Sebelum pak presiden terbang ke Jakarta, sejumlah menteri berduyun-duyun datang ke Bandara Raja Haji Fisabilillah, Tajungpinang. Ya, mereka tidak ingin terlambat menghadiri rapat yang dipimpin langsung oleh Pak SBY.

Para menteri dan pejabat itu adalah Menteri Lingkungan Hidup Gusti Muhammad Hatta, Menteri Perindustrian M.S Hidayat, Menteri Kehutanan Zulkifli Hasan, Menteri Perhubungan Freddy Numberi, Menteri Kelautan dan Perikanan Fadel Muhammad, Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal Gita Wirjawan.

Selain itu, juga ada Menteri Pertanian Suswono dan Ketua Komite Ekonomi Nasional Chaerul Tanjung yang tiba di Tanjungpinang menggunakan pesawat jet khusus.

Beberapa menteri yang lain sudah berada di Tanjungpinang untuk mendampingi presiden, antara lain Menteri Koordinator Kesejahteraan Rakyat Agung Laksono, Menteri Koordinator Perekonomian Hatta Rajasa, Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Jero Wacik, Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro, dan Mensesneg Sudi Silalahi.

Di dalam rapat, mereka bicara tentang pembangunan dan gelontoran dana investasi di Kepulauan Riau.

SBY memang pintar, begitu kata banyak orang. Kata orang juga, pidatonya memukau; bahkan sampai dibukukan sebagai pidato yang mengguncang dunia.

Bicara soal buku, Pak SBY sempat digempur dengan kabar pembagian buku di sejumlah sekolah di Jawa Tengah. Buku-buku itu berisi seluk beluk SBY; seorang mantan jenderal yang menjadi presiden....yang masih sempat mecipta lagu saat masyarakat bingung dengan kenaikan harga cabai.

Bicara soal pembagian buku, saya sempat mengintip kajadian menarik di Tanjungpinang.

Alkisah, semua orang setia menunggu pak presiden yang sedang memimpin rapat. Ada yang menunggu di dalam ruangan, ada yang menunggu sambil duduk di kursi yang tertata rapai di koridor, ada juga yang nunggu sambil berpanas-panas di pinggir landasan pacu.

Beberapa dari mereka adalah ibu-ibu pejabat daerah. Jangan sekali-kali anda berpikir ibu-ibu itu menunggu sambil berpanas-panasan. Ajudan dan panitia telah menyediakan kursi untuk diduduki, tepat di bawah atap yang tak tertembus sinar terik mentari.

Entah dari mana asalnya, tiba-tiba saja ada sepasang petugas yang menghampiri para istri pejabat itu. Satu petugas pria membawa tas plastik besar, dan seorang petugas wanita mendampingi.

Di depan salah seorang ibu pejabat yang sedang duduk manis, petugas wanita tadi mengambil sejumlah buku yang berada di dalam kantong plastik yang dibawa rekannya.

Melihat sampulnya, saya langsung mengenali buku yang dibagikan. Buku itu adalah biografi Ani Yudhoyono yang juga pasangan hati pak presiden. Judul buku itu adalah "Ani Yudhoyono, Kepak Sayap Putri Prajurit".

Namun, saya tidak begitu tahu tentang buku lain yang juga dibagikan. Yang jelas, ada gambar Bu Ani di sampul buku-buku itu.

Saya tidak sempat bertanya kepada ibu-ibu pejabat kenapa mereka mendapat buku-buku itu. Saya juga tidak sempat bertanya apakah buku itu dibeli atau gratis. Yang jelas saya tidak melihat transaksi jual beli di sana.

Ibu-ibu itu girang. Mereka bolak-balik buku itu, sambil terus tersenyum tentunya. Ibu-ibu lain yang melihat menjadi penasaran. Alhasil, hinggaplah buku Bu Ani itu dari satu tangan ke tangan yang lain.

Sepertinya, membaca buku adalah kegiatan yang sudah membudaya di keluarga Pak SBY.

Akhir-akhir ini, saya juga mulai melihat kebudayaan lain dari anggota keluarga pak presiden; 'membukukan' diri supaya dibaca orang lain. Mengapa demikian? sepertinya hanya beliau-beliau yang tahu.

Ah, saya jadi ingat kata-kata Pak Frederick Douglass, salah satu tokoh reformasi sosial di Amerika. Dia bilang, "Once you learn to read, you will be forever free".

Semoga ibu-ibu pejabat daerah itu menemukan kebebasan setelah membaca buku tentang Bu Ani, bukan malah tepenjara dalam alam pikiran tertentu.
*****

Monday, February 07, 2011

Berpisah Dengan Orang Tua di Mesir

Rambut gadis itu berminyak. Bukan minyak wangi, namun minyak yang keluar dari pori-pori kulit kepala yang membasahi rambut sebahu itu.

Rambutnya saling silang, tak tersisir rapi layaknya bocah sebaya yang selalu dimanja dalam hangat dekapan orang tua.

Kaos lengan panjang bercorak garis-garis melintang yang dia kenakan memang masih terlihat cerah, namun kusut.

Afna, bocah yang baru empat tahun berada di dunia itu, harus merasakan sepinya hati. Dia terpisah dari kedua orang tuanya yang kini sedang mengadu nasib dalam kemelut di Mesir. Jarak dan waktu memisahkan mereka.

Di samping Afna, seorang bocah mungil lainnya duduk termangu. Namanya Ala, saudara sekandung Afna yang hanya dua tahun lebih tua.

Penampilan Ala tak jauh berbeda. Kaos kuning yang dia kenakan tak lagi rapi, terlipat tak teratur.

Matanya sembab dan basah oleh air mata yang terus mengalir. Jilbab yang menutup sebagian wajah tak mampu menutup kesedihan yang terpancar dari mata mungilnya.

Mulut mereka selalu terkatup, hanya terbuka ketika rintih tangis tak tertahan.


Kasih

Afna dan Ala masih bisa bercengkerama ketika Mesir masih damai. Mereka berada di negeri orang karena harus bersama sang ayah, Muhammad Taisri, yang sedang menuntut ilmu di Kairo. Sang ibu, Umi Khulsum, juga turut serta.

Keluarga itu hidup dalam kebersamaan, hingga pada akhirnya Mesir tersulut amarah demonstran yang menuntut Presiden Hosni Mubarak turun tahta.

Amuk masa membuat semua orang tertunduk haru, termasuk keluarga Afna. Namun, masih ada kasih di dalam amuk masa. Kasihlah yang menyelamatkan Afna dan Ala.

Setelah kerusuhan melanda Kairo, keadaan sangat mencekam. Semua orang seperti berlomba untuk lari dari kerusuhan. Beberapa dari mereka berusaha keluar dari Mesir, sedangkan yang lain tetap tinggal dan berusaha mengunci pintu rumah rapat-rapat.

Pemerintah sejumlah negara pun saling beradu cepat untuk menyelamatkan warga negaranya yang terjebak. Pemerintah Indonesia juga turun tangan.

Ribuan warga Indonesia tinggal di Mesir, jumlahnya sekitar 6.149 orang. Sebagian besar dari mereka adalah mahasiswa beserta keluarganya, sedangkan sisanya adalah tenaga kerja dan wisatawan.

"Sekarang mereka berkomunikasi melalui 20 posko," kata Menteri Luar Negeri, Marty Natalegawa dalam keterangannya di Jakarta.

Beberapa hari setelah kerusuhan, para petugas Kedutaan Besar Republik Indonesia di Kairo mengumumkan bahwa akan dilakukan evakuasi udara bagi warga negara Indonesia.

Evakuasi itu akan dilakukan secara bertahap. Untuk itu, semua warga negara Indonesia diminta berkumpul di lokasi yang telah ditentukan. Setelah itu, petugas akan membimbing mereka ke bandara untuk selanjutnya diterbangkan menuju Tanah Air.

Afna, Ala, dan kedua orang tua mereka juga sibuk berbenah. Tak butuh waktu lama, mereka bergabung dengan rombongan menuju bandara dengan satu tujuan, pulang ke Indonesia.

Sesampainya di bandara, mereka masih harus menunggu. Keinginan untuk kembali ke Tanah Air harus dipendam sesaat setelah mereka mengetahui keterbatasan yang ada.

Pemerintah saat itu hanya menyediakan satu pesawat terbang berkapasitas sekitar 400 orang. Mau tidak mau, pemerintah harus membuat keputusan yang mungkin pahit bagi sebagian orang, termasuk keluarga Afna.

Hanya sebagian warga negara Indonesia yang bisa pulang saat itu. Orang tua Afna dan Ala tidak termasuk di dalamnya.

Pemerintah sebenarnya mengutamakan pemulangan kepada wanita dan anak-anak. Namun, nasib baik memang belum berpihak. Ibunda Afna tidak masuk dalam daftar.

Pada saat-saat yang menentukan itu, Muhammad Taisri dan Umi Khulsum membuat keputusan. Kasih membimbing mereka untuk tabah terpisah dari buah hati, Afna dan Ala.

Dua gadis kecil itu dititipkan kepada orang lain supaya bisa pulang ke Indonesia. Adalah Asep Anwar Mustofa (30) yang memikul kepercayaan untuk mengantar dua gadis itu ke Indonesia.

"Kita ketemu di airport, ternyata ini anaknya, kemudian mereka menitipkan ketika ketemu di bandara," kata Asep.

Pria asal Garut, Jawa Barat, itu juga mahasiswa di Kairo. Dia bersama istrinya, Kharifah Khairani, menerima tanggung jawab itu dengan tulus.


Mencekam

Asep dan Kharifah tak sampai hati untuk menolak permintaan rekannya. Dia tidak tega meninggalkan Afna dan Ala di Mesir yang sedang berkecamuk.

Selama penerbangan menuju Jakarta, kedua bocah itu selalu bersama Asep dan Kharifah. Bahkan, kata Kharifah, gadis-gadis mungil itu selalu memeluk erat.

Sejak saat itu, dia bertekad menyelamatkan Afna dan Ala.

"Pesannya supaya segera ditemukan dengan nenek mereka di Jakarta," kata Kharifah menirukan keinginan hati orang tua Afna dan Ala saat berpisah di Mesir.

Asep menambahkan, warga negara Indonesia di Kairo hanya berpikir bagaimana cara supaya keluar dari negeri itu.

Menurut dia, situasi Kairo sudah tidak terkendali dan mencekam. Semua warga tidak boleh keluar rumah sejak pukul tiga sore sampai tiga dini hari waktu setempat.

Ketika warga memutuskan untuk ke luar, mereka harus berhadapan dengan tentara.

"Di tiap belokan ada penjagaan dari tentara Mesir," kata Asep.

Asep juga menyatakan, jumlah makanan semakin menipis. Bahkan, katanya, persediaan bahan pangan di sejumlah tempat mulai habis. Kalaupun ada, harganya sangat mahal.

"Apalagi kami tidak bisa mengambil uang dari bank atau ATM," katanya menambahkan.

Suasana semakin mencekam, ketika sejumlah stasiun televisi memberitakan kaburnya puluhan tahanan dari penjara dan maraknya penjarahan.

Hal-hal itulah yang membuat Asep dan Kharifah mau membimbing Afna dan Ala pulang ke Indonesia.

Sedikitnya 411 warga negara Indonesia berhasil pulang ke Indonesia. Sujud syukur, tangis haru, hingga tawa berderai ketika mereka tiba di terminal haji Bandara Soekarno Hatta, Tangerang, Rabu (2/2) siang.

Mereka bertemu sanak saudara, saling berpelukan. Begitu banyak orang berkumpul, sehingga kursi yang berjajar rapi di terminal itu terpakai, tak tersisa.

Di kursi barisan depan, Afna duduk di pangkuan Kharifah. Dia peluk erat tubuh perempuan yang bukan ibunya itu, dengan mata yang masih berkaca-kaca.

Di sebelahnya, Ala bersandar lunglai di bahu Asep. Lelaki yang bukan ayahnya itu tak henti mengelus pundak si gadis kecil.

Afna dan Ala masih harus menunggu untuk bisa bertemu orang tua yang masih bertahan hidup di Mesir.

Wednesday, January 05, 2011

"Jangan!...Bapak Presiden Tidak Senang"

Dia tidak banyak bicara. Bahasanya ringkas. Suaranya berat, seakan tertekan oleh timbunan otot tubuhnya. Kalimat bertingkat jarang keluar dari mulutnya ketika berbicara di hadapan sejumlah wartawan di Komplek Istana Kepresidenan.

Dia adalah Kolonel Eko Margiono. Jangan main-main dengannya. Mendengar jabatannya saja mungkin anda akan berpikir ulang untuk "cengengesan". Dia adalah Komandan Grup A Pasukan Pengamanan Presiden.

Sebelum mulai berbicara, Pak Eko harus meninggikan penyangga mikrofon yang baru saja digunakan oleh pembicara sebelumnya. Rupanya, penyangga mikrofon itu tidak terlalu tinggi untuk menyesuaikan dengan postur sang kolonel.

Saat itu, 4 Desember 2010, pak kolonel didaulat untuk memberikan arahan tentang "kode etik" peliputan di komplek Istana Kepresidenan.

Tanpa banyak cakap, pak kolonel menegaskan pihak Paspampres tidak berniat untuk membatasi dan mencampuri pekerjaan para kuli tinta. Paspampres, katanya, hanya berusaha menegakkan perilaku ideal bagi setiap orang yang bertugas di Istana, termasuk wartawan.

Dan sejumlah larangan pun disampaikan.

Saya hanya mampu mengingat beberapa larangan saja. Yang paling saya ingat adalah soal rokok. Semua yang masuk ke komplek Istana dilarang keras merokok di sembarang tempat. Sejumlah ruangan khusus telah disediakan bagi mereka yang "kebelet" menghisap lintingan tembakau yang sengaja dibakar itu.

Pak kolonel tidak menyebut alasan kesehatan untuk larangan merokok itu. Satu-satunya alasan yang dia sebutkan adalah kenyataan bahwa Pak Presiden SBY tidak merokok.

"Kalau masuk ke suatu tempat dan tercium bau rokok, bapak presiden tidak senang," begitu kira-kira pak kolonel menjelaskan.

Dengan alasan itu, Paspampres akan sangat leluasa melarang siapapun untuk merokok sembarangan ketika ada presiden di tempat itu.

Pak kolonel mengaku pernah menegur seorang pejabat tinggi sebuah stasiun televisi swasta di dalam pesawat kepresidenan. Saat itu, sang pejabat sedang asyik mengepulkan asap rokok yang baru saja dia hisap di dalam kabin pesawat. Saat itu juga, sang kolonel menegur dan memberikan dua pilihan, matikan rokok atau pergi kokpit pesawat jika tetap ingin merokok.

Kolonel Eko tidak melanjutkan cerita. Entah apa akhirnya yang dipilih oleh bos televisi itu. Yang jelas, dia harus melewati para menteri dan presiden jika "ngotot" merokok di kokpit. Waduhh...saya tak bisa membayangkan kalau harus "mundhuk-mundhuk" di depan presiden :)

Larangan berikutnya terkait dengan rambut. Pak Kolonel menghimbau semua yang masuk ke Istana atau mengikuti kegiatan presiden untuk menata rambut dengan rapi.

"Tidak harus cepak," katanya.

Dia kemudian menjelaskan, rambut panjang boleh, asalkan ditata dengan rapi. Ketika pak kolonel bicara soal rambut, saya langsung membayangkan pak presiden SBY yang berambut rapi jali...bahkan selalu basah tertata setiap kali tampil di hadapan rakyatnya.

Selain rokok, Paspampres juga sangat perhatian dengan urusan jongkok. Tapi kali ini tidak disampaikan oleh Kolonel Eko.

Alkisah, ada seorang wartawan wanita yang sedang jongkok di suatu tempat di komplek istana. Si mbak wartawan melakukannya setelah seorang anggota Paspampres meminta rombongan wartawan untuk menghentikan langkah karena iring-iringan mobil kepresidenan akan memasuki istana. Mungkin si mbak jongkok sambil menunggu instruksi untuk kembali melangkah.

Posisi enak si mbak wartawan tidak bertahan lama. Pak Paspampres dengan sigap memintanya kembali berdiri. "Nanti pak presiden lihat," kata Pak Paspampres.

Oke, cukup. Sekarang kita bicara tentang pakaian. Kali ini, giliran Kepala Biro Pers dan Media, DJ Nachrowi yang memberikan pembekalan kepada para wartawan.

Pria yang akrab disapa Pak DJ (baca: pak dije) itu mengulas pakaian yang pantas bagi semua "penghuni" istana. Pak DJ merinci pakaian yang layak versi istana adalah celana atau rok berbahan bukan jins, kemeja, batik, dan sepatu resmi.

"Istana adalah simbol kenegaraan," begitu kurang lebih alasan Pak DJ.

Pak DJ mengatakan, semua yang masuk ke istana, termasuk wartawan, tidak boleh memakai "blue jeans". Tapi, bapak yang satu ini tidak menjelaskan apakah jins dengan warna lain boleh dipakai atau tidak.

Pak DJ juga tidak memberikan toleransi kepada segala macam jenis celana berbahan elastis dan melakat ketat di kulit. Anak sekarang menyebutnya "legging". Pakaian jenis ini tidak boleh dikenakan di dalam istana, meski dipadukan dengan jenis pakaian resmi yang lain. Mohon pecinta atau pemerhati mode untuk memaklumi, hehehe...

Sepatu olah raga dan sandal juga menjadi "barang terlarang" di istana. Intinya kegiatan di istana, kecuali kegiatan khusus, adalah acara resmi yang hanya boleh dihadiri oleh mereka yang berpakaian resmi pula. Wah..saya jadi khawatir, bisa jadi saudara-saudara kita di pedalaman--yang juga warga negara--harus menanggalkan identitas kebudayaan dan kearifan lokal jika hendak ke istana :(

Omong-omong soal sandal; kalau memang sandal tidak boleh dipakai di istana, apa arti foto berikut menurut anda?

*****
Foto-foto diunduh dari www.google.co.id

Monday, January 03, 2011

Kedahsyatan Bahasa Inggris Pak Presiden

Pagi itu, iring-iringan mobil kepresidenan meluncur ke kawasan elit di Jalan Jenderal Sudirman, Jakarta. Deretan mobil mengkilat dan puluhan puluhan anggota pasukan pengamanan presiden berjajar rapi, tepatnya di depan gedung Bursa Efek Indonesia.

Ya, hari itu..3 Januari 2010, Pak SBY akan membuka perdagangan saham perdana.

Seperti biasa, persiapan kedatangan pak presiden sungguh sangat matang. Semua alat kelengkapan, termasuk Podium Garuda, disiapkan. Maklum, pak presiden akan berpidato di acara itu.

Pak SBY pun tiba di tempat acara. Tanpa berlama-lama, pemandu acara langsung mengambil alih komando dan meminta hadirin memberikan tepuk tangan meriah untuk menyambut sang presiden.

Nampaknya, acara itu dihadiri orang-orang kaya, penting, dan pintar. Semua mengenakan baju batik, rapi, dan...wangi. Mereka yang bukan berasal dari kalangan itu dilarang bergabung. Orang-orang tak penting itu, termasuk aku, ditempatkan di ruang tertentu...terpisah dari pusat acara.

Namun, kami masih beruntung karena boleh mendengarkan dan menyaksikan pidato pak presiden melalui layar televisi.

Aku berharap mendapat pelajaran berharaga dari pidato itu, khususnya tentang seluk beluk saham dan perekonomian.

Rambutku seperti rontok seketika setelah mencerna kata demi kata dalam pidato pak presiden. Banyak kata asing yang tak kumengerti. Ya, pak presiden mengumbar sejumlah kata dalam bahasa Inggris.

Sepertinya rambutku tak kuat menancapkan akarnya setelah kulit kepalaku memanas karena otakku bekerja keras menerka maksud yang ingin disampaikan pak presiden dalam pidatonya. Maklum, orang kampung ini tak fasih berbahasa Inggris.

Pak SBY berpidato sekitar satu jam. Dalam satu jam itu pula, rangkaian kata asing berderet seperti semut yang girang karena menemukan tumpukan gula. Mereka berjubel, berdesakan.

Pak presiden paling gemar menerjemahkan kata dari bahasa Indonesia ke dalam bahasa Inggris, misalnya “Dalam melakukan evaluasi kita harus merujuk pada parameter dan ukuran yang jelas. Correct measurement”.

Keberuntungan memang belum memihakku. Aku harus terus memutar otak ketika pak presiden menggbungkan serentetan kata bahasa Inggris untuk menggantikan sejumlah kata bahasa Indonesia sekaligus. Misalnya ketika pak SBY berkata, “Sambil kita membangun diri menuju emerging power, emerging nation, emerging country, emerging economy, mari kita pastikan tiga pilar itu berjalan secara simultan.”

Bahkan, dalam beberapa kalimat, pak SBY nampak lugas membuat terobosan dalam kaidah berbahasa Indonesia. Dia memadukan kata asing sedemikian rupa sehingga diucapkan dalam nuansa bahasa Indonesia. Singkat kata, kata-kata asing itu dipaksa untuk menjadi kata dalam bahasa Indonesia.

Coba anda perhatikan kalimat berikut ini, “Unemployment menurun. Banyak negara yang meledak unemploymentnya,”

"Kita punya RPJPN yaitu time horizonnya 2025."

Atau kalimat yang satu ini, “Apa faktor yang bisa menggagalkan pencapaian sasaran itu, atau dari perspektif yang lain what kind of assumptions yang bisa kita tetapkan…”

Ah...saya jadi ingat Cinta Laura. Pasti anda tahu siapa dia...

Sudahlah, saya tidak akan lama-lama bercerita. Harapanku untuk mendengarkan pidato yang mudah dimengerti telah sirna.

Mungkin aku terjebak pada berita yang menyebutkan presiden kita ternyata adalah salah satu dari enam tokoh berbahasa Indonesia lisan terbaik versi Pusat Bahasa Departemen Pendidikan. Beliau menerima penghargaan itu pada 2003 silam, ketika masih menjadi Menko Polkam.

Bahkan, pada awal Januari 2009, pak SBY pernah menyindir Kapolri Jenderal Pol Bambang Hendarso Danuri untuk menghindari penggunaan kata asing dan selalu berusaha menggunakan bahasa Indonesia yang benar.

Ah..sudahlah, mungkin aku yang terlalu bodoh...tak pintar berbahasa Inggris. Atau justru bahasa Indonesia sudah tidak menarik lagi, sehingga orang lebih memilih berbahasa asing?

Kalau punya waktu, silahkan mencermati daftar kalimat hasil kawin silang antara bahasa Indonesia dan bahasa Inggris yang diucapkan Pak SBY dalam pidato di Bursa Efek Indonesia berikut ini.

Oh iya, sekedar catatan. Dalam 60 menit pidato, paling tidak ada 54 kalimat berisi sejumlah kata campuran dari kedua bahasa itu. Dengan kata lain, hampir setiap menit, pak presiden menyelipkan bahasa Inggris dalam pidatonya :)


1. Dalam melakukan evaluasi kita harus merujuk pada parameter dan ukuran yang jelas. Correct measurement.

2. Jangan mengukur sesuatu yang tidak menjadi rencana yang dijalankan pemerintah pada 2010 kemarin, termasuk means yang kita gunakan…

3. …bukan hanya ditinjau dari implementasi dari kinerja pemerintah. Tetapi, secara umum, in general, kita harus juga melihat…

4. Pemulihan ekonomi untuk menjaga kesejahteraan rakyat, atau dengan bahasa bebas saya katakan minimizing the impact of the global economic crisis.

5. Kita tetapkan sejumlah kebijakan, policies, dan tindakan nyata, actions.

6. …dan segala upaya yang intinya adalah economic recovery dan maintaining people’s welfare.

7. …mari kita lihat satu persatu, pertumbuhan ekonomi growth

8. Insya Allah tahun 2010 ini kita bisa mencapai enam persen, close to six percent.

9. …tujuan untuk sebuah pemulihan ekonomi, economic recovery itu dicapai.

10. Inilah yang mendongkrak perekonomian kita sekarang ini, dan insya allah growth itu akan menjadi lebih sustain.

11. Unemployment menurun. Banyak negara yang meledak unemploymentnya.

12. Kalau kita bicara pertumbuhan harus disertai dengan pemerataan, growth with equity.

13. …didukung tata kelola good governance.

14. Sekarang seperti apa structure, magnitude dan sasaran APBN 2011..

15. Supaya saudara tau makna dan arti penting APBN sebagai means sebagai tools untuk mencapai tujuan dan sasaran.

16. APBN dalam arti government expenditure, government spending

17. …menuju sebuah anggaran yang berimbang, balance budget.

18. …yang menyakitkan, yang painful.

19. … ternyata hanya mencapai 0,62 persen. Why? Bukan karena kita tidak membelanjakan, tetapi revenue itu ternyata lebih tinggi sepanjang 2010.

20. Tapi, kami pemerintah mengatakan, it is achievable, bisa dicapai.

21. …lebih baik yang realistic, achievable, attainable.

22. Apa faktor yang bisa menggagalkan pencapaian sasaran itu, atau dari perspektif yang lain what kind of assumptions yang bisa kita tetapkan…

23. …semua proyeksi, semua estimate, di semua negara bagus, global economy will grow.

24. Tidak ada yang meramalkan, semuanya everything is nice.

25. Dunia ini ada siang ada malam, ada good news, ada bad news.

26. Bad news yang saya maksudkan adalah we have to anticipate kita harus mengantisipasi sesuatu yang bisa memberikan dampak pada perekonomian kita.

27. Dunia tengah menyusun kembali, economic order atau financial architecture.

28. Kebijakan mata uang yang “dilemahkan” , dalam teori ekonomi adalah strategic currency untuk kepentingan special purpose.

29. Ini kalau melebihi kepatutan, dicari-cari, menjadi tidak sehat, menjadi unfair. Meskipun kita tahu ekonomi itu ya unfair memang.

30. Ekonomi itu unfair, unstable, unsustainable.

31. …yang juga menjadi faktor adalah climate change.

32. Chile bulan februari dihantam gempa bumi 8.8 skala richter. This morning dihantam lagi 7,1 skala richter. Memang chile sama dengan Indonesia pada ring of tectonic plates itu yang mudah sekali terjadi gempa dan tsunami.

33. Perubahan climate yang ekstrim mengubah pola pertanian. Bisa mengganggu supply pada komoditas pangan dunia.

34. Insya allah tidak ada lah negara yang menyerang Indonesia secara militer itu. Tetapi yang non-traditional security threat itu banyak.

35. Kita pegang pula tujuan dan sasaran pembangunan yang harus kita capai yang handak kita capai dan mari kita pahami kebihajan dan strategi yang telah kita tetapkan to achieve our national goal yang saya sampaikan tadi.

36. Kita ingin menjadi emerging nation.

37. Kita punya RPJPN yaitu time horizonnya 2025.

38. KiIta ingin menjadi emerging nation dengan tingkat kemajuan level of development dan kesejahteraan the prosperity yang jauh lebih baik dibandingkan sekarang.

39. That’s our vision, 2025. Long term vision, strategic vision.

40. Sambil kita membangun diri menuju emerging power, emerging nation, emerging country, emerging economy, mari kita pastikan tiga pilar itu berjalan secara simultan.

41. …maka kita bisa menjaga sustainable growth with equity pertumbuhan ekonomi berkeadilan berkelanjutan.

42. Saya ingin membawa saudara ke sesuatu yang fundamental sesuatu yang makro big picture dari perjalanan pereknomian kita.

43. …harus didorong untuk menciptakan lapangan pekerjaan lebih banyak, job creation.

44. …agar ada special treatment, ada special policy could be insentive bagi industry bagi manufaktir apapun yang creating more job membuka lapangan pekerjaan yang besar.

45. Last but not least, kalau kita bicara four track strategy, adalah pro environtment.

46. …saya pelajari growth model model pertumbuhan yang dipilih dari satu negara ke negara lain.

47. …itu salah satu choice, apakah kita memilih itu, low growth.

48. Ini godaan untuk emerging economy, godaan untuk developing nation.

49. …sehingga tidak dibayangi generasi mendatang dengan hutang yang tinggi low debt dan controllable carbon use.

50. Barangkali inilah path atau jalan yang kita pilih menuju emerging economy.

51. Pendekatan neoclassical kadang-kadang sudah irrelevant.

52. Kita ini harus terus menerus pandai mencari peluang dalam arti finding and creating opportunities

53. Kita akan menjadi the looser dalamera globalisasi kalau tidak pandai mendapatkan dan mencari dan menciptakan peluang.

54. There is no shortcut, saudara tau tidak ada jalan pintas. There is no magic formula, tidak ada resep ajaib untuk bikin negara kita makmur.

*****

Foto:

http://antarafoto.com/bisnis/v1294026312/pembukaan-perdagangan-saham