Dua ekor sapi itu berada di dalam komplek Masjid Istiqlal, Jakarta, Rabu pagi. Keduanya diikat dengan tali kekang pada bagian leher dan kepala. Kemudian, tali kekang itu diikatkan pada dua batang pohon.
Kedua sapi itu berada di dalam taman, tepat di samping salah satu pintu masuk masjid yang konon paling besar se-Asia Tenggara itu.
Pintu masuk itu adalah pintu khusus karena akan dilewati oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan Ibu Negara Ani Yudhoyono.
Presiden dan Ibu negara berada di Masjid Istiqlal untuk menunaikan shalat Idul Adha 1431 H.
Dinding di sekitar pintu masuk itu berhias kain warna-warni. Warna merah, putih, dan biru sangat dominan di ruangan itu.
Sejumlah pejabat negara dan beberapa pasukan pengamanan bersiaga di lokasi tersebut. Bahkan, taman tempat dua ekor sapi itu berada juga tak luput dari penjagaan khusus.
Singkat kata, dua ekor sapi yang akan dikurbankan itu beruntung. Bagaimana tidak? berdasar pantauan, hanya dua sapi itu--selain tentunya para pejabat negara--yang bisa berada di dekat presiden saat orang nomor satu itu memasuki Istiqlal. Sementara itu, hewan kurban yang lain ditempatkan jauh dari pintu masuk tersebut.
Maklum saja, dua ekor sapi itu adalah hewan kurban yang diserahkan oleh Presiden Yudhoyono dan Wakil Presiden Boediono kepada pengelola Masjid Istiqlal.
Yunus bersaudara
Meski berada di taman dan dekat dengan pintu masuk bagi presiden, kedua sapi itu terlihat tidak begitu nyaman.
Kedua hewan kurban itu beberapa kali mengibaskan ekor ke segala arah. Mereka bahkan kadang memukulkan ekor ke bagian tubuh tertentu.
Mereka hentakkan kaki keras-keras, sambil sesekali mendongakkan kepala ke atas sehingga tali kekang yang membelenggu mereka menegang.
Sapi-sapi itu terlihat berusaha menghilangkan tanah basah yang melekat pada kaki mereka, dengan menghentakkan kaki atau mengoleskan tanah itu ke pohon atau bagian tubuh yang lain.
Hanya sebagian kaki-kaki sapi itu yang kotor. Selebihnya, kedua sapi itu tampak putih bersih. Tidak ada bercak tanah basah atau kotoran lain melekat pada tubuh hewan tambun itu.
Adalah Wahyu Yunus yang mampu mengenali gerak tubuh sapi-sapi tersebut. Dia bahkan berani menegaskan, kedua sapi itu tidak merasa nyaman berdiri di tanah basah yang mengotori sebagian kakinya.
"Biasanya mereka berdiri di atas karpet karet," katanya tenang.
Bersama saudaranya, Muqorrobin Yunus, Wahyu bagaikan sahabat karib kedua sapi itu. Mereka begitu mengenal tingkah laku dan kebiasaan dua hewan kurban itu.
Wahyu Yunus dan Muqorrobin Yunus adalah kakak beradik yang didaulat untuk merawat sapi pesanan Presiden dan Wakil Presiden.
Bersama ayah mereka, Wahyu dan Muqorrobin mengelola bisnis perawatan sapi di kawasan Mampang, Jakarta Selatan.
Menurut Wahyu, bisnis yang dikelola keluarganya selalu diminta oleh pihak Istana Kepresidenan untuk merawat sapi khusus, terutama setiap kali presiden dan wakil presiden akan berkurban pada Hari Raya Idul Adha.
Dengan bangga, Wahyu Yunus mengaku telah merawat "sapi kepresidenan" yang dijadikan hewan kurban sejak Susilo Bambang Yudhoyono menjadi presiden pada 2004.
Sapi emosional
Yunus bersaudara merawat sapi milik Presiden dan Wakil Presiden selama kurang lebih satu bulan, sebelum dikurbankan di Istiqlal.
Kakak beradik itu membagi pekerjaan untuk menunaikan tugas mulia tersebut. Sang kakak, Wahyu Yunus, bertugas mengurus sapi milik Presiden Yudhoyono. Sedangkan si adik, Muqorrobin Yunus, bertugas merawat sapi pesanan Wakil Presiden Boediono.
Meski ada pembagian tugas, mereka saling membantu dalam bekerja.
Setiap sapi memiliki sifat berbeda, kata Muqorrobin Yunus. Untuk tahun ini, sapi milik Presiden Yudhoyono dan Wakil Presiden Boediono cukup emosional.
"Mereka kadang marah, tidak mau dipegang bagian tubuh tertentu," katanya.
Menurut Muqorrobin, sapi-sapi itu juga tidak senang jika tidak ditempatkan di tempat yang tidak senyaman lokasi perawatan.
Dia kemudian menjelaskan, sapi-sapi pesanan itu tidak nyaman berdiri di atas tanah basah di samping Istiqlal karena keduanya biasa berdiri di lantai yang dilapisi karpet yang terbuat dari karet.
Meski demikian, Yunus bersaudara memperlakukan sapi-sapi "istimewa" itu laiknya sahabat. Mereka merawat dan memberikan makanan khusus.
Mereka juga memandikan sapi-sapi itu secara rutin terutama menjelang dibawa ke Istiqlal, tempat penyerahan sapi dari Presiden Yudhoyono kepada pengelola masjid.
Selain itu, kakak beradik itu juga menyediakan makanan sehat. Secara rutin, mereka menyediakan kulit jagung, ampas tahu, kedelai, dan singkong untuk pakan.
Muqorrobin menjelaskan, berbagai jenis pakan itu digiling atau diaduk menjadi satu. Adonan pakan itu kemudian dicampur garam secukupnya supaya lebih berasa.
Tidak ada waktu khusus untuk memberi makan sapi-sapi itu. Menurut Muqorrobin, sapi pesanan presiden dan wapres itu hobi makan.
"Jadi kalau sudah terlihat lapar, ya langsung kita kasih makan lagi," katanya.
Muqorrobin mengatakan, pakan khusus itu terbukti menyehatkan dan bisa menambah bobot sapi. Setelah menjalani perawatan sebulan penuh, katanya, sapi milik presiden berbobot 1,8 ton dan sapi milik wakil presiden berbobot 1,2 ton dalam usia tujuh tahun.
Meski bercerita banyak tentang cara perawatan sapi, Yunus bersaudara tidak mau buka mulut ketika ditanya tentang jenis dan harga sapi yang beratnya diukur dalam satuan "ton" itu.
Keduanya juga tidak mau menjawab ketika ditanya jumlah honor untuk merawat dua "sapi kepresidenan" itu.
Berdasarkan ciri fisik, sapi milik presiden dan wakil presiden itu termasuk jenis Sapi Ongole. Setidaknya hal itu diuraikan dalam laman Kementerian Pertanian.
Ciri-ciri fisik Sapi Ongole yang diuraikan dalam laman itu sama persis dengan ciri sapi milik presiden dan wakil presiden yang "dipajang" di Masjid Istiqlal.
Sapi Ongole adalah sapi potong yang berwarna putih. Beberapa bagian tubuhnya, terutama ujung ekor dan hidung, berwarna hitam.
Sapi jenis ini bergelambir, mulai dari rahang hingga dada. Dia berbadan besar, panjang, berpunuk, dan bertanduk. Hewan ini juga memiliki daya adaptasi yang cukup baik, serta bisa tumbuh dengan cepat.
Sebuah biro iklan di Ciputat, Jakarta Selatan, mematok harga Rp12 juta untuk seekor sapi jenis ini dengan berat 350 kilogram.
Sedangkan data Dinas Kesehatan Hewan Provinsi Kalimantan Barat pada September 2010 merinci, harga sapi jenis ini bisa mencapai Rp35 ribu per kilogram berat hidup.
Sementara itu, Kementerian Pertanian pada Mei 2010 menyatakan harga rata-rata sapi potong adalah Rp25 ribu per kilogram berat hidup.
Berdasar harga rata-rata sapi potong versi Kementerian Pertanian, maka Presiden Yudhoyono harus mengalokasikan dana sedikitnya Rp45 juta untuk membeli seekor sapi dengan berat 1,8 ton. Sebuah harga yang jauh lebih tinggi daripada harga sapi milik korban dan pengungsi letusan Gunung Merapi yang akan diganti pemerintah dengan uang Rp5 juta sampai Rp10 juta per ekor.
*****Kedua sapi itu berada di dalam taman, tepat di samping salah satu pintu masuk masjid yang konon paling besar se-Asia Tenggara itu.
Pintu masuk itu adalah pintu khusus karena akan dilewati oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan Ibu Negara Ani Yudhoyono.
Presiden dan Ibu negara berada di Masjid Istiqlal untuk menunaikan shalat Idul Adha 1431 H.
Dinding di sekitar pintu masuk itu berhias kain warna-warni. Warna merah, putih, dan biru sangat dominan di ruangan itu.
Sejumlah pejabat negara dan beberapa pasukan pengamanan bersiaga di lokasi tersebut. Bahkan, taman tempat dua ekor sapi itu berada juga tak luput dari penjagaan khusus.
Singkat kata, dua ekor sapi yang akan dikurbankan itu beruntung. Bagaimana tidak? berdasar pantauan, hanya dua sapi itu--selain tentunya para pejabat negara--yang bisa berada di dekat presiden saat orang nomor satu itu memasuki Istiqlal. Sementara itu, hewan kurban yang lain ditempatkan jauh dari pintu masuk tersebut.
Maklum saja, dua ekor sapi itu adalah hewan kurban yang diserahkan oleh Presiden Yudhoyono dan Wakil Presiden Boediono kepada pengelola Masjid Istiqlal.
Yunus bersaudara
Meski berada di taman dan dekat dengan pintu masuk bagi presiden, kedua sapi itu terlihat tidak begitu nyaman.
Kedua hewan kurban itu beberapa kali mengibaskan ekor ke segala arah. Mereka bahkan kadang memukulkan ekor ke bagian tubuh tertentu.
Mereka hentakkan kaki keras-keras, sambil sesekali mendongakkan kepala ke atas sehingga tali kekang yang membelenggu mereka menegang.
Sapi-sapi itu terlihat berusaha menghilangkan tanah basah yang melekat pada kaki mereka, dengan menghentakkan kaki atau mengoleskan tanah itu ke pohon atau bagian tubuh yang lain.
Hanya sebagian kaki-kaki sapi itu yang kotor. Selebihnya, kedua sapi itu tampak putih bersih. Tidak ada bercak tanah basah atau kotoran lain melekat pada tubuh hewan tambun itu.
Adalah Wahyu Yunus yang mampu mengenali gerak tubuh sapi-sapi tersebut. Dia bahkan berani menegaskan, kedua sapi itu tidak merasa nyaman berdiri di tanah basah yang mengotori sebagian kakinya.
"Biasanya mereka berdiri di atas karpet karet," katanya tenang.
Bersama saudaranya, Muqorrobin Yunus, Wahyu bagaikan sahabat karib kedua sapi itu. Mereka begitu mengenal tingkah laku dan kebiasaan dua hewan kurban itu.
Wahyu Yunus dan Muqorrobin Yunus adalah kakak beradik yang didaulat untuk merawat sapi pesanan Presiden dan Wakil Presiden.
Bersama ayah mereka, Wahyu dan Muqorrobin mengelola bisnis perawatan sapi di kawasan Mampang, Jakarta Selatan.
Menurut Wahyu, bisnis yang dikelola keluarganya selalu diminta oleh pihak Istana Kepresidenan untuk merawat sapi khusus, terutama setiap kali presiden dan wakil presiden akan berkurban pada Hari Raya Idul Adha.
Dengan bangga, Wahyu Yunus mengaku telah merawat "sapi kepresidenan" yang dijadikan hewan kurban sejak Susilo Bambang Yudhoyono menjadi presiden pada 2004.
Sapi emosional
Yunus bersaudara merawat sapi milik Presiden dan Wakil Presiden selama kurang lebih satu bulan, sebelum dikurbankan di Istiqlal.
Kakak beradik itu membagi pekerjaan untuk menunaikan tugas mulia tersebut. Sang kakak, Wahyu Yunus, bertugas mengurus sapi milik Presiden Yudhoyono. Sedangkan si adik, Muqorrobin Yunus, bertugas merawat sapi pesanan Wakil Presiden Boediono.
Meski ada pembagian tugas, mereka saling membantu dalam bekerja.
Setiap sapi memiliki sifat berbeda, kata Muqorrobin Yunus. Untuk tahun ini, sapi milik Presiden Yudhoyono dan Wakil Presiden Boediono cukup emosional.
"Mereka kadang marah, tidak mau dipegang bagian tubuh tertentu," katanya.
Menurut Muqorrobin, sapi-sapi itu juga tidak senang jika tidak ditempatkan di tempat yang tidak senyaman lokasi perawatan.
Dia kemudian menjelaskan, sapi-sapi pesanan itu tidak nyaman berdiri di atas tanah basah di samping Istiqlal karena keduanya biasa berdiri di lantai yang dilapisi karpet yang terbuat dari karet.
Meski demikian, Yunus bersaudara memperlakukan sapi-sapi "istimewa" itu laiknya sahabat. Mereka merawat dan memberikan makanan khusus.
Mereka juga memandikan sapi-sapi itu secara rutin terutama menjelang dibawa ke Istiqlal, tempat penyerahan sapi dari Presiden Yudhoyono kepada pengelola masjid.
Selain itu, kakak beradik itu juga menyediakan makanan sehat. Secara rutin, mereka menyediakan kulit jagung, ampas tahu, kedelai, dan singkong untuk pakan.
Muqorrobin menjelaskan, berbagai jenis pakan itu digiling atau diaduk menjadi satu. Adonan pakan itu kemudian dicampur garam secukupnya supaya lebih berasa.
Tidak ada waktu khusus untuk memberi makan sapi-sapi itu. Menurut Muqorrobin, sapi pesanan presiden dan wapres itu hobi makan.
"Jadi kalau sudah terlihat lapar, ya langsung kita kasih makan lagi," katanya.
Muqorrobin mengatakan, pakan khusus itu terbukti menyehatkan dan bisa menambah bobot sapi. Setelah menjalani perawatan sebulan penuh, katanya, sapi milik presiden berbobot 1,8 ton dan sapi milik wakil presiden berbobot 1,2 ton dalam usia tujuh tahun.
Meski bercerita banyak tentang cara perawatan sapi, Yunus bersaudara tidak mau buka mulut ketika ditanya tentang jenis dan harga sapi yang beratnya diukur dalam satuan "ton" itu.
Keduanya juga tidak mau menjawab ketika ditanya jumlah honor untuk merawat dua "sapi kepresidenan" itu.
Berdasarkan ciri fisik, sapi milik presiden dan wakil presiden itu termasuk jenis Sapi Ongole. Setidaknya hal itu diuraikan dalam laman Kementerian Pertanian.
Ciri-ciri fisik Sapi Ongole yang diuraikan dalam laman itu sama persis dengan ciri sapi milik presiden dan wakil presiden yang "dipajang" di Masjid Istiqlal.
Sapi Ongole adalah sapi potong yang berwarna putih. Beberapa bagian tubuhnya, terutama ujung ekor dan hidung, berwarna hitam.
Sapi jenis ini bergelambir, mulai dari rahang hingga dada. Dia berbadan besar, panjang, berpunuk, dan bertanduk. Hewan ini juga memiliki daya adaptasi yang cukup baik, serta bisa tumbuh dengan cepat.
Sebuah biro iklan di Ciputat, Jakarta Selatan, mematok harga Rp12 juta untuk seekor sapi jenis ini dengan berat 350 kilogram.
Sedangkan data Dinas Kesehatan Hewan Provinsi Kalimantan Barat pada September 2010 merinci, harga sapi jenis ini bisa mencapai Rp35 ribu per kilogram berat hidup.
Sementara itu, Kementerian Pertanian pada Mei 2010 menyatakan harga rata-rata sapi potong adalah Rp25 ribu per kilogram berat hidup.
Berdasar harga rata-rata sapi potong versi Kementerian Pertanian, maka Presiden Yudhoyono harus mengalokasikan dana sedikitnya Rp45 juta untuk membeli seekor sapi dengan berat 1,8 ton. Sebuah harga yang jauh lebih tinggi daripada harga sapi milik korban dan pengungsi letusan Gunung Merapi yang akan diganti pemerintah dengan uang Rp5 juta sampai Rp10 juta per ekor.
Foto: koleksi pribadi
Cerita ini juga bisa dibaca di: http://www.antaranews.com/berita/1289973525/bersahabat-dengan-sapi-pak-presiden
Cerita ini juga bisa dibaca di: http://www.antaranews.com/berita/1289973525/bersahabat-dengan-sapi-pak-presiden