Puri Cikeas, siapa yang tak mengenalnya? Penduduk kawasan itu mendadak mengalami penyempitan ruang gerak akibat pemadatan penghuni akhir-akhir ini.
Pemadatan itu tentu terjadi karena adanya daya tarik. Dan tak bisa dipungkiri Pak SBY, presiden kita, adalah salah satu daya tarik itu. Pak Presiden sudah beberapa lama tinggal di kawasan itu.
Sore itu, 22 Agustus 2010, Puri Cikeas ramai sekali. Mobil-mobil mengkilat berderet menyemut menuju kediaman pak Presiden.
Dari bawah gardu ronda di salah satu tikungan, saya bisa melihat sejumlah tokoh turun dari mobil-mobil tadi.
Oo...pantas mobilnya bagus-bagus, karena yang punya ternyata tokoh-tokoh penting, para kader dan pengurus Partai Demokrat. Sore itu, mereka akan berbuka puasa bersama Pak Presiden yang juga panutan mereka...Ketua Dewan Pembina Partai Demokrat.
Sungguh bersyukur karena rakyat jelata sepertiku bisa bergabung dalam acara tersebut. Murah hari nian sang empunya rumah.
Seperti biasa, acara yang dihadiri oleh Pak Yudhoyono berlangsung tertib, serba diatur. Setiap pasang mata kader Partai Demokrat tertuju kepada Pak SBY yang berpidato di mimbar. Setiap pasang telinga mengarah pada untaian kalimat rapi jali yang diucapkan oleh pak Presiden.
Soliditas partai nampak dan terasa dari setiap riuh tepuk tangan yang tertata dan terukur. Tentu saja, tepuk tangan meriah, lengkap dengan senyum sumringah para kader.
Loyalitas para kader Partai Demokrat tak perlu dipertanyakan. Sia-sia rasanya meragukan loyalitas awak partai yang sukses meraup dan mendulang suara dalam pemilihan anggota DPR dan presiden itu.
Berbicara tentang loyalitas, saya terhenyak! Bukan karena loyalitas kader telah memenangkan Partai Demokrat, tapi karena potongan wortel.
Kenapa wortel? ya, wortel adalah salah satu sajian untuk acara buka puasa di kediaman Pak Yudhoyono petang itu.
Awalnya biasa saja. Namun, lama kelamaan saya semakin tertarik dengan jenis sayuran yang, katanya, baik untuk kesehatan mata itu. Saat itu, saya tertarik bukan karena khasiatnya, namun karena bentuk...bentuk yang menurut saya terkait dengan loyalitas tadi.
Wortel itu disajikan secara "menyimpang" dari pakem yang biasa dianut kebanyakan orang. Daripada menggunakan kata "menyimpang", telinga sebagian orang mungkin lebih nyaman mendengar bila saya gunakan kata "inovasi". Ya..wortel itu disajikan dengan inovasi tinggi.
Bukannya disajikan dengan memotong wortel melintang sehingga menghasilkan potongan berbentuk lingkaran, tiap irisan wortel Cikeas itu dibentuk sedemikian rupa sehingga menyerupai lambang Partai Demokrat, kalau saya tidak salah melihat.
Awalnya, saya menyangka ibu atau bapak yang bertugas menyajikan wortel itu terinspirasi dengan salah satu logo merk produk otomotif kenamaan.
Namun, setelah celingukan, saya tidak menemukan logo perusahaan otomotif itu terpampang sebagai sponsor acara buka puasa tersebut.
Tidak seperti saat upacara kenegaraan di halaman Istana Merdeka, ketika logo perusahaan produsen bahan bangunan dan induk sejumlah usaha, termasuk asuransi, terpampang dalam cenderamata yang dibawa pulang oleh para tamu undangan.
Saat itu saya hakul yakin tidak ada logo perusahaan otomotif terpampang sebagai sponsor kegiatan di kediaman Pak Presiden. Atau saya saja yang kurang cermat mengamati...?
Karena tidak menemukan logo tersebut, benak saya seraya melayang dan mencitrakan logo lain yang sedikit mirip, yaitu logo Partai Demokrat.
Jika prasangka saya benar, wah...hebat sekali ibu atau bapak penyaji menu sore itu. Loyalitas bisa mendorong mereka untuk berinisiatif, sehingga segala pernik acara sore itu terkesan "matching". Acara Partai Demokrat, aksesoris juga harus bernuansa demokrat, termasuk wortel.
Atau bisa jadi saya salah. Tidak pernah ada inisiatif dari bapak ibu yang bekerja di dapur. Bisa jadi para penyaji itu hanya menjalankan tugas, menjalankan arahan, seperti biasanya. Memang, semuanya telah disiapkan dan diatur.
Salam teratur.
F.X. Lilik Dwi Mardjianto
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment