Wednesday, March 23, 2011

Sayup-Sayup Reshuffle

Aburizal Bakrie melangkah tenang memasuki komplek Istana Kepresidenan. Ketua Umum DPP Partai Golkar yang sering disapa Ical itu masuk istana melalui pintu yang sering dilalui oleh para menteri yang ingin menghadap Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.

Politikus yang juga pengusaha itu datang ke Istana pada Selasa sore (8/3) dengan menggunakan sedan Lexus bernomor polisi B 1907 A. Dia masuk ke Istana melalui gerbang bagian luar yang menghadap Jalan Veteran.

Mobil itu kemudian berhenti di tempat parkir yang biasa digunakan untuk memarkir mobil para menteri.

Beberapa saat kemudian, mobil itu merapat ke gerbang lapis berikutnya--gerbang yang biasa dilewati sejumlah pejabat menuju bagian dalam komplek istana.

Aburizal kemudian keluar dari mobil setelah sampai di depan gerbang yang dijaga ketat itu. Dia langsung mengayunkan kaki dengan tenang dan memasuki halaman dalam istana tanpa bersedia memberi keterangan kepada wartawan.

Aburizal datang ke komplek Istana Kepresidenan untuk hadir dalam pertemuan empat mata dengan Presiden Yudhoyono. Mereka membicarakan permasalahan koalisi partai politik.
Pertemuan kedua tokoh itu berlangsung singkat, tidak sampai satu jam. Meski singkat, keduanya mencapai kata sepakat.

"Iya sepakat. Untuk memperbaiki koalisi menjadi lebih baik," kata Aburizal setelah pertemuan.

Ia menegaskan, Golkar mendukung upaya partai-partai koalisi untuk menyelesaikan berbagai masalah prinsipil sehingga pengelolaan negara bisa berjalan lebih baik.

"Nanti secara bersama-sama kita benahi, kita cari objektifnya untuk sesuatu tujuan yang lebih baik. Tujuan yang lebih baik untuk kesejahteraan rakyat. Itu yang kita bicarakan," katanya menambahkan.

Dalam pertemuan itu, menurutnya, Presiden Yudhoyono menekankan perlunya evaluasi sehingga masalah-masalah kecil tidak lagi menggangu kerja sama partai-partai koalisi pemerintah.

"Kita sepakat bahwa ini tinggal tiga setengah tahun lagi. Efektifnya tiga tahun dalam pemerintahan. Kita sepakat bahwa tiga tahun ini harus dimanfaatkan secara maksimal," kata Aburizal.

Kesepakatan

Pertemuan Presiden Yudhoyono dan Aburizal laksana pendulum atau bandul yang bergantung pada seutas tali. Tanpa pendulum, tali itu akan berkibas tak tentu arah karena tertiup angin. Kata "kesepakatan" yang diucapkan beberapa kali oleh Aburizal menyerupai pendulum yang bisa meredam gerakan, sehingga kini tali dalam posisi stabil.

Fakta yang muncul adalah, dua hari setelah komunikasi Presiden Yudhoyono dengan Aburizal Bakrie, sejumlah pihak lingkaran dalam Istana seperti sepakat untuk mengatakan bahwa komunikasi politik yang dilakukan oleh Presiden Yudhoyono tidak berhubungan langsung dengan perombakan kabinet (reshuffle-red).

Juru Bicara Kepresidenan Julian Aldrin Pasha mengatakan, komunikasi itu bisa berujung pada penyesuaian dalam kesepakatan baru antarpartai koalisi pendukung pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.

"Bisa saja ada beberapa penyesuaian dalam kesepakatan baru. Namun persisnya akan kembali pada keputusan akhir yang disepakati antara presiden dan pimpinan parpol," katanya.

Sehari setelah itu, Staf Khusus Presiden Bidang Komunikasi Politik, Daniel Sparingga menegaskan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono belum membicarakan nama orang dalam komposisi Kabinet Indonesia Bersatu II karena presiden masih fokus pada penataan koalisi di tingkat partai politik.

"Belum sampai pada pos dan orang," katanya.

Menurut dia, Presiden sampai saat ini baru membangun komunikasi pada tingkat partai politik. Komunikasi dengan pimpinan partai politik itu akan terus dilakukan sampai ada kesepakatan tentang penataan koalisi.

"(komunikasi dengan parpol) masih berlangsung, dan proses itu akan memasuki babak baru, yaitu merumuskan pertimbangan-pertimbangan penting untuk pada akhirnya dipakai sebagai bahan pertimbangan menata koalisi," ujarnya.

Menurut dia, diskusi tentang perombakan kabinet itu sebenarnya adalah akibat jika ada hal-hal tertentu yang terjadi dalam penataan koalisi.

Namun, dia kembali menegaskan, sampai saat ini presiden belum pernah membicarakan nama orang dalam susunan kabinet.

"Percakapan mengenai orang, sebenarnya sampai hari ini, belum menyentuh membicarakan orang," katanya menegaskan.

Pada hari yang sama, Menteri Sekretaris Negara Sudi Silalahi juga menegaskan, evaluasi dan komunikasi Presiden dengan partai politik yang tergabung dalam koalisi maupun di luar koalisi tidak terkait dengan reshuffle kabinet.

"Dikaitkan dengan apa yang tengah dilakukan oleh Presiden Yudhoyono saat ini dan kegiatan ini masih terus berlangsung yaitu penataan kembali etika dan efektifitas koalisi, evaluasi terhadap kinerja menteri tersebut tidak terkait langsung," katanya.

Sudi menjelaskan Presiden Yudhoyono tidak pernah mengatakan akan melakukan reshuffle dalam waktu dekat.

Pernyataan seragam itu akhirnya ditutup oleh Presiden Yudhoyono saat membuka sidang kabinet paripurna di kantor kepresidenan, Kamis (10/3).

Presiden menegaskan, dirinya tidak pernah mengatakan akan melakukan reshuffle dalam jangka waktu tertentu.

"Kepada masyarakat luas, sabar jernih dan logis terutama mereka yang terus goreng isu reshuffle dengan persepsi sendiri, saya akan lakukan reshuffle bila sungguh diperlukan, jangan ada pemaksaan, percayalah semua ada tujuan, alasan dan aturan manakala reshuffle dilakukan," katanya.

Pada kesempatan itu, presiden tidak menyinggung secara khusus dan rinci pernyataan yang dia sampaikan sebelumnya bahwa ada satu atau dua partai politik yang telah melanggar kesepakaran koalisi.

Pernyataan para pihak lingkaran dalam Istana itu senada. Mereka menegaskan, komunikasi politik yang terjadi adalah untuk menata koalisi. Hal itu membuat pendapat sejumlah pihak tentang reshuffle menjadi teriakan yang semakin sayup-sayup.

Mengulangi pernyataan Juru Bicara Kepresidenan, Julian Aldrin Pasha, komunikasi antara presiden dengan sejumlah petinggi partai itu bisa jadi hanya berujung pada kompromi alias kesepakatan.

Kebiasaan berkompromi para elit ini sebenarnya sudah diprediksi oleh Antonio Gramsci, seorang pemikir politik asal Italia.

Puluhan tahun silam, dia berkata "Politikus membayangkan manusia sebagaimana adanya, dan pada saat yang sama, sebagaimana seharusnya, untuk mencapai tujuan tertentu; tugas ini memaksa orang untuk bergerak, keluar dari adaan mereka sekarang agar dapat mencapai tujuan-tujuan bersama, artinya `menyesuaikan diri` dengan tujuan tertentu."
*****

No comments: